Selasa, 24 Maret 2015

Bebas Visa dan Potensi Pariwisata Indonesia

Bebas Visa dan Potensi Pariwisata Indonesia

Mari Pangestu  ;  Mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif
KOMPAS, 23 Maret 2015

                                                                                                                                     
                                                                                                                                                           

Keputusan pemerintah untuk memberi bebas visa kepada 30 negara dalam waktu dekat patut disambut baik. Langkah tersebut adalah salah satu cara yang termudah guna meningkatkan devisa yang masuk ke Indonesia tanpa harus meningkatkan investasi baru. Penambahan penghasilan devisa diperlukan saat ini mengingat defisit neraca transaksi berjalan yang dialami dan melemahnya rupiah.

Dari tahun ke tahun, sumbangan devisa dari pariwisata meningkat dari 8,5 miliar dollar AS pada 2012 menjadi 9,8 miliar dollar AS pada 2014. Padahal, pada kurun waktu yang sama, ekspor barang turun dari 182 miliar dollar AS menjadi 175 miliar dollar AS.

Devisa dari perjalanan atau pariwisata merupakan satu-satunya penyumbang net devisa neraca jasa-jasa yang sumbangannya meningkat menjadi 2,2 miliar dollar AS pada 2014 atau lebih dari sepertiga dari surplus neraca perdagangan barang pada 2014 sebesar 6,9 miliar dollar AS. Pariwisata juga penting dari segi sumbangan terhadap lapangan pekerjaan dengan menyumbang 1 dari setiap 11 pekerjaan di Indonesia saat ini.

Permudah perjalanan

Sejak 2011, para pemegang kepentingan di bidang pariwisata secara internasional telah mendorong pentingnya mempermudah perjalanan wisatawan mancanegara tanpa mengurangi aspek keamanan (smart and secure travel). Akses masuk dan keluar negara yang cepat, efisien, dan aman dimungkinkan dengan mengurangi restriksi (bebas visa), melancarkan proses masuk dan keluar, serta penggunaan teknologi (contohnya autogate dan paspor biometrik).

Indonesia sudah mempermudah dengan fasilitas visa kunjungan (visa on arrival/VOA), tetapi baru 15 negara yang memperoleh bebas visa. Penggunaan teknologi juga sudah mulai diterapkan secara bertahap untuk paspor biometrik dan autogate. Sebagai pengguna autogate, saya dapat merasakan peningkatan efisiensi dan pelayanan imigrasi setiap kembali ke Tanah Air dan semoga fasilitas autogate juga akan diperluas untuk pengunjung mancanegara dengan kategori-kategori tertentu (contohnya trusted or frequent traveller).
Berdasarkan studi Organisasi Pariwisata Dunia PBB (United Nations World Tourism Organization/UNWTO) dan World Tourism and Travel Council (WTTC) pada 2011, diestimasi bahwa fasilitas visa dilaksanakan dapat menjadi jawaban pada penciptaan lapangan kerja saat belum pulihnya perekonomian dunia. Relaksasi visa diperkirakan akan meningkatkan jumlah wisatawan 110 juta atau kenaikan sebesar 16 persen, penciptaan 5,1 juta pekerjaan, dan devisa 206 miliar dollar AS.

Beberapa studi kasus juga menunjukkan, fasilitas visa bisa menaikkan 5-25 persen kunjungan dalam kurun waktu tiga tahun. Misalnya dengan Hongkong dan Rusia saling memberi fasilitas bebas visa, terjadi kenaikan kunjungan 133 persen selama kurun waktu 2008-2010.

Pada waktu Indonesia menjadi ketua dan tuan rumah APEC pada 2013 untuk mendukung visi dan target konektivitas di kawasan Asia Pasifik, juga telah dilakukan studi khusus untuk kawasan Asia Pasifik oleh UNWTO dan WTTC. Hasilnya menunjukkan, sekitar 20 persen dari 355 juta wisatawan yang ke APEC pada 2013 masih memerlukan visa.

Jika fasilitas visa dan perjalanan dilakukan pada 2014, terutama bebas visa, dapat meningkatkan lapangan pekerjaan bagi 1,8 juta-2,6 juta orang, tambahan devisa 62 miliar dollar AS hingga 89 miliar dollar AS. Selain itu, ada tambahan 38 juta-57 juta wisatawan ke semua tempat tujuan wisata APEC sampai 2016 dengan kenaikan 12-17 persen.

Kunjungan ke Indonesia

Bagaimana perkiraan kenaikan pengunjung ke Indonesia? Berdasarkan model dan studi 2013, jumlah wisatawan mancanegara yang berkunjung diperkirakan dapat naik 100.000 orang sampai 200.000 orang dalam tiga tahun ke depan atau memberikan sumbangan devisa 120 juta dollar AS sampai dengan 240 juta dollar AS per tahun.

Rendahnya kenaikan kunjungan wisatawan mancanegara di Indonesia dibandingkan dengan negara lain karena daya saing yang lebih rendah berdasarkan ukuran Forum Ekonomi Dunia (WEF), yang terutama disebabkan oleh sejumlah kendala infrastruktur. Namun, jika kita gunakan estimasi 5-25 persen berdasarkan studi kasus, potensi kenaikan jumlah wisatawan mancanegara dalam tiga tahun ke depan dengan dasar 9,44 juta kunjungan pada 2014 adalah sekitar 160.000 sampai dengan 790.000 per tahun. Dengan pengeluaran rata-rata wisman 1.200 dollar AS, hal itu berarti tambahan devisa 188 juta dollar AS sampai dengan 944 juta dollar AS per tahun.

Manfaat yang dapat diperoleh jelas. Jelas pula apa yang perlu dilakukan untuk realisasi potensi sumbangan pariwisata.

Pertama, tentu agar kebijakan bebas visa dan fasilitas masuk dan keluar dari Indonesia dibuat nyaman dan aman dapat di implementasi sesegera mungkin. Keputusan politik telah diambil dan yang penting untuk implementasi adalah koordinasi antara pejabat-pejabat yang terlibat urusan imigrasi, keamanan, perhubungan, dan bandara udara.

Undang-Undang Imigrasi memang menuntut asas resiprositas untuk bebas visa. Namun, juga ada asas manfaat. Untuk saat ini, asas manfaat jelas yang dapat menjadi pertimbangan.

Kedua, imigrasi dan bandar udara merupakan pintu masuk pertama dan kesan pertama bagi pengunjung sehingga fasilitas bebas visa juga perlu diiringi dengan pelayanan imigrasi yang efisien dan ramah. Bandara yang ramah dan efisien (tourist friendly airport) juga penting karena bagian dari kesan "menyambut" dan kenyamanan, yang seharusnya menjadi kenangan positif. Kisi-kisi bandara yang ramah dan efisien adalah kecepatan pengambilan barang, akses dan kelancaran transportasi dari dan ke bandara, kebersihan dan kenyamanan, serta pelayanan informasi pariwisata mengenai kota/negara terkait.

Ketiga, potensi dan dampak yang maksimal dari fasilitas bebas visa memerlukan kesiapan menyambut jumlah wisman yang meningkat. Hal tersebut mulai dari segi pelayanan dan sumber daya manusia sampai dengan infrastruktur. Misalnya jika ingin menyambut jumlah wisman dari Tiongkok dengan jumlah yang besar, kita harus siap dengan pemandu wisata dan sumber daya manusia di berbagai unsur pelayanan pariwisata yang bisa berbahasa Mandarin.

Adapun infrastruktur yang memadai terkait dengan bandara atau pelabuhan, konektivitas transportasi, termasuk penerbangan langsung, prasarana, dan sarana pariwisata.

Keempat, adalah kesiapan tempat tujuan wisata dan ragam produk pariwisata sehingga yang berkunjung akan tinggal lebih lama dan mengeluarkan lebih banyak devisa atau dalam arti lain kualitas wisatawan mancanegara yang juga meningkat.

Selamat datang ke Wonderful Indonesia. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar