Manajemen
Rantai Pasok Nasional
Anton A Setyawan ; Dosen Prodi Manajemen Fakultas Ekonomika dan Bisnis (FEB) serta
Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
|
SUARA
MERDEKA, 29 September 2014
TANGGAL 29 Septemer 2014, Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS)
menerima kunjungan dari Dr Chih Peng Chu, pakar rantai pasok (supply chain)
terkemuka dari National Dong Hwa University (NDHU) Taiwan. Dia akan
memberikan kuliah umum tentang konsep rantai pasok, dengan contoh kasus
beberapa organisasi di negaranya.
Diskusi tentang manajemen rantai pasok sangat relevan dengan agenda
pembangunan ekonomi pemerintahan Jokowi-Jusuf Kalla. Dalam penjelasan tentang
prioritas program pembangunan ekonomi, Jokowi-JK selalu menyampaikan urgensi
pembangunan infrastruktur sebagai salah satu agenda pembangunan ekonomi.
Pembangunan infrastruktur dalam konteks konsep ekonomi modern merupakan
bagian dari pembangunan sistem rantai pasok (supply chain) sebuah negara. Ada beberapa permasalahan umum yang
sering muncul di negara ini, yaitu kenaikan harga bahan pokok, kelangkaan
bahan baku industri, mekanisme harga yang fluktuatif tanpa sebab jelas.
Selain itu, lambannya proses ekspor impor karena tak ada sistem rantai
pasok yang disepakati dalam cetak biru pembangunan infrastruktur nasional.
Beberapa waktu lalu, kita mengalami masalah berkait kenaikan harga komoditas
tertentu. Bila satu hal itu selesai, muncul persoalan lain.
Terkini, ‘’menghilangnya’’ elpiji 3 kilogram karena ada perubahan
penggunaan bahan bakar itu untuk sektor pertanian. Semuanya memberikan
gambaran nyata bahwa negara ini tidak mempunyai sistem rantai pasok yang
memadai.
Dalam sebuah pernyataannya, wapres terpilih Jusuf Kalla mengatakan
bahwa konsep pembangunan infrastruktur yang dilaksanakan pemerintahannya
adalah membangun pelabuhan, bandara, jalan raya, jalan tol, jalan kereta api,
dan sistem transportasi yang menjamin harga semen di Aceh dan Papua tidak
berbeda jauh.
Pernyataan itu sebenarnya mengindikasikan kesadaran tentang perlunya
sistem rantai pasok nasional. Rantai pasok adalah urutan dari proses bisnis
dan informasi yang menyediakan produk atau jasa mulai dari pemasok, pabrik,
distributor sampai dengan konsumen (Schroeder,
2000; Sahay dan Mohan, 2003).
Manajemen rantai pasok adalah proses perencanaan, desain, dan
pengendalian aliran informasi dan material dalam sebuah rantai pasok guna
memenuhi kebutuhan konsumen dengan cara paling efisien (Schroeder, 2000; Zachariassen dan van Liempd, 2010).
Sebuah rantai pasok mempunyai empat ukuran kinerja, yaitu efisiensi
biaya, kualitas, fleksibilitas, dan waktu pengiriman. Keberhasilan sistem
manajemen rantai pasok bergantung pada seberapa cepat produk atau jasa sampai
ke tangan konsumen dengan kualitas terjaga dan dengan harga yang bisa
diterima.
Dalam sebuah sistem rantai pasok maka titik kritis sangat penting.
Titik kritis adalah bagian dari proses rantai pasok yang paling menentukan
dari sisi efisiensi waktu dan biaya, serta standar kualitas yang terjaga.
Manajemen
Distribusi
Dalam istilah lama, manajemen rantai pasok hampir sama dengan manajemen
distribusi. Hanya dalam manajemen distribusi yang diatur adalah bagaimana
aliran barang fisik sampai kepada yang membutuhkan. Adapun dalam manajemen
rantai pasok, aliran informasi dan lembaga yang terlibat dalam jaringan
distribusi juga harus dikelola baik.
Manajemen rantai pasok yang baik memastikan ada efisiensi biaya dan
waktu dalam distribusi barang dan jasa. Termasuk memastikan bahwa harga yang
harus dibayar konsumen sesuai dengan kualitas yang diharapkan, dan dengan
waktu yang tepat.
Apa keterkaitan manajemen rantai pasok dengan pembangunan
infrastruktur? Seperti sudah disampaikan melalui media, Jokowi-JK mengatakan
akan membangun infrastruktur. Dalam konteks manajemen rantai pasok,
infrastruktur termasuk perangkat keras rantai pasok. Pola pembangunan
infrastruktur harus mengacu manajemen rantai pasok.
Sebagai contoh, percepatan pembangunan pelabuhan diarahkan untuk
mempercepat proses ekspor impor dan mengurangi kenaikan harga karena biaya
transpor yang tak efisien. Dalam konteks manajemen rantai pasok, pembangunan
infrastruktur tanpa sistem yang baik dapat menimbulkan masalah baru. Kita
bisa mencontohkan kasus jembatan timbang.
Jika suatu saat jalan raya, termasuk jalan tol, sudah dibangun dengan
kualitas baik, pemeliharaan jalan itu sangat tergantung pada pengawasan yang
saat ini dipercayakan pada petugas jembatan timbang. Padahal publik tahu
pungli di jembatan timbang sedemikian kronis. Jika tidak ada sistem yang baik
untuk mengatasi pungli itu maka umur jalan bisa jadi lebih pendek.
Contoh lain adalah proses bongkar muat di pelabuhan yang sarat pungli,
penyeberangan feri untuk distribusi antarpulau, serta pungli yang dilakukan
aparat atau preman. Hal ini menyebabkan harga yang harus dibayar konsumen
lebih mahal karena manajemen rantai pasok tidak efisien.
Karena itu, pemerintahan Jokowi-JK sudah seharusnya menyusun kebijakan
infrastruktur dengan lebih cerdas. Pembangunan infrastruktur pun harus dalam
kerangka manajemen rantai pasok yang terintegrasi. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar