Makna
Berkurban
Muhammad Yusuf ; Kepala Pusat Pelaporan dan Analisis
Transaksi Keuangan (PPATK)
|
REPUBLIKA,
07 Oktober 2014
Dalam
ibadah kurban kita diajarkan untuk meniru bagaimana keikhlasan, kesabaran,
keberanian, kesetiaan, dan ketaatan Nabi Ibrahim AS kepada Allah SWT. Banyak
hikmah yang dapat dipetik dari peristiwa kurban yang dilakukan Nabi Ibrahim
AS terhadap kekasih sibiran tulang (Ismail AS).
Penulis
mencatat hikmah-hikmah yang bisa kita petik dan terapkan dalam kehidupan pada
masa sekarang. Pertama, yang paling utama adalah dalam menauhidkan Allah SWT.
Nabi
Ibrahim telah diuji oleh Allah SWT agar mengurbankan putranya, Ismail AS.
Namun, beliau rela mengurbankan anaknya karena keyakinannya atas perintah
Allah. Sudah seharusnya kita menjadikan ridha Allah sebagai tujuan utama
kehidupan di dunia. Sudah seharusnya kita tidak menjadikan kehidupan dunia
sebagai tujuan kehidupan kita. (QS Hud: 15 dan 16).
Kedua,
penyembelihan hewan kurban haruslah pula dimaknai bahwa kita harus
menyembelih sifat-sifat buruk pada diri kita, seperti rakus. Rakus itu sifat
yang dimulai dari gaya hidup berpikir instan, ingin cepat berhasil, serta
hedonisme di mana keberhasilan hanya diukur dari sisi materi. Akhirnya, orang
yang memiliki sifat seperti ini akan menghalalkan berbagai cara untuk
mencapai tujuan tanpa peduli harta tersebut bukan haknya.
Terlampau
banyak praktik di masyarakat dapat dijadikan contoh. Bagaimana uang insentif
guru, uang sertifikasi guru yang sudah masuk ke rekening guru masih saja
diakali untuk dimintai pemotongan dengan alasan biaya administrasi. Selain
itu, di sejumlah instansi untuk mendapatkan jabatan, dilakukan dengan
memberikan berbagai hadiah kepada pimpinan instansi, tidak peduli menutup
jalan bagi orang lain yang lebih berhak.
Pada
sektor swasta, kita juga menyaksikan di tayangan televisi, pedagang
mencampurkan makanan dengan zat kimia berbahaya agar makanannya tahan lama
dan terasa lebih nikmat. Hal inilah yang menyebabkan di negeri yang subur
makmur, dengan mayoritas penduduknya beragama Islam. Masjid-masjidnya indah
bertebaran di seluruh pelosok negeri, pesantren, dan perguruan tinggi Islam
ribuan jumlahnya.
Ulama,
kiai, mubaligh bergelar profesor, doktor, bahkan santri penghafal Alquran
begitu banyak, tapi kurang memberi pengaruh positif bagi bangsa Indonesia.
Kemiskinan, kebodohan, dan keterbelakangan seakan membelenggu bangsa ini.
Untuk
itu, penulis mengajak kita menyembelih sifat-sifat hewaniah tersebut, seperti
rakus, serakah, membabi buta egois, mau menang sendiri dengan cara hidup
jujur, menghindari korupsi, kolusi, dan nepotisme. Marilah kita mengislamkan
diri dengan cara makan makanan halal dan baik. Carilah rezeki dan harta yang
halal. (QS al-Baqarah: 188).
Ketiga,
janganlah ikut-ikutan lingkungan yang tidak benar, dan jangan takut untuk
berjuang terhadap kebenaran walaupun hanya sendiri. Terkadang melihat
lingkungan sudah dipenuhi berbagai macam praktik yang tidak benar, kita tidak
berusaha mengingatkan dan bahkan yang lebih menyedihkan kita justru menjadi
larut dalam sistem yang tidak benar.
Perjalanan
hidup Nabi Ibrahim menunjukkan, beliau harus berjuang sendiri melawan umat
yang dipenuhi kesesatan. Namun, hal itu tidak membuat niatnya surut, bahkan
berani menasihati bapaknya sendiri. (QS al-Anam: 74). Sebagai konsekuensi
dari dakwahnya, Raja Namrud memerintahkannya untuk dilempar ke dalam api. (QS
al-Ankabut: 24).
Namun,
Nabi Ibrahim diselamatkan oleh Allah dan akhirnya diberi kenikmatan berupa
kerajaan yang besar. (QS an-Nisa: 54).
Cukuplah
contoh perjalanan hidup Nabi Ibrahim ini memberi pelajaran bahwa Allah SWT
tidak akan menelantarkan hamba-Nya yang selalu berada di jalan kebenaran.
Kesulitan yang kita hadapi hanya ujian sementara, yang apabila kita tabah dan
sabar, Allah berikan ganjaran yang besar.
Keempat,
dalam kondisi masyarakat seperti sekarang ini diperlukan pula suatu cara yang
revolusioner dan radikal, tapi tidak anarkistis. Salah satu pelajaran dari
sosok Nabi Ibrahim AS adalah keberaniannya mengambil tindakan radikal untuk
mengingatkan kaumnya yang sesat. Beliau memotong leher sebagian patung
sesembahan kaumnya dengan kapaknya, lalu kapak itu dikalungkan di leher
berhala paling besar. Ketika kaumnya bertanya, kenapa dia memotong leher sejumlah
patung sesembahan mereka, Ibrahim AS mempersilakan mereka bertanya kepada
patung yang paling besar, yang di lehernya terdapat kapak, jika memang bisa
bicara (QS al-Anbiya: 63).
Saat
ini, pemerintah sedang mengajukan ke DPR, RUU Perampasan Aset (yang
menjadikan gugatan terhadap aset hasil tindak pidana karena pelaku tidak
dapat disidangkan karena meninggal dunia, melarikan diri, sakit permanen atau
perkara telah kedaluwarsa) dan RUU Pembatasan Transaksi Tunai (mengingat
banyaknya praktik suap, gratifikasi, dan pemerasan menggunakan uang tunai
sehingga perlunya dibatasi jumlah penarikan dan penyetoran uang tunai dari/ke
rekening seseorang agar seluruh transaksi yang dilakukan di atas nominal
tertentu melalui transfer bank).
Akhirnya, penulis menggarisbawahi kembali, jangan sampai ibadah yang
kita lakukan hanya sebatas seremonial, melainkan dapat berdampak positif
kepada diri kita. Sudah seharusnya ibadah haji tidak hanya sekadar sebagai
wisata rohani, tapi yang terlebih penting dapat memberikan motivasi agar
dapat menjadi pribadi yang lebih bertakwa kepada Allah SWT. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar