Surabaya,
Sokrates Award, dan Buku
M Anwar Djaelani ; Dosen Universitas Muhammadiyah Malang,
Pengurus
Yayasan Bina Qolam Indonesia
|
JAWA
POS, 23 April 2014
SURABAYA
kembali meraih prestasi. "Kota
Pertama Raih Socrates Award, Sisihkan 110 Kota Sedunia," tulis Jawa
Pos 21/4/2014. Penghargaan itu adalah pengakuan dunia atas kemajuan Surabaya
di aspek kenyamanan kota termasuk yang terkait dengan fasilitas pendidikan,
sosial, dan budaya. Lalu, apa makna penghargaan ini bagi Surabaya dan
Indonesia?
Bunga dan Buku
Surabaya
adalah kota pertama di dunia yang mendapat 'Socrates Award' dalam kategori city of the future. Pemberinya adalah Europe Business Assembly (EBA). Dengan
prestasi itu, Surabaya sejajar dengan kota-kota maju di dunia. Dua di antara
berbagai keunggulan Surabaya adalah tersedianya banyak taman kota yang
membuat warga lebih nyaman dan tersedianya 800 perpustakaan di berbagai
lokasi. Konon, terutama untuk aspek yang disebut terakhir itu, para juri
takjub.
"Surabaya itu cantik," kata
banyak pihak. Penilaian itu tidak berlebihan. Sebab, memang nyaris di setiap
sudut kota terdapat taman bunga yang elok. Predikat sebagai Kota Seribu Bunga juga pantas disandangkan
kepada Kota Pahlawan ini lantaran sangat banyaknya taman bunga.
Hal yang
membuat hati bertambah senang adalah semakin bertambahnya jumlah perpustakaan
atau yang oleh warga Surabaya disebut Taman Bacaan Masyarakat (TBM). Seperti
yang telah disebut di depan, jumlahnya kini mencapai 800 dan tersebar di
berbagai lokasi. Kita bahagia karena jika bunga bisa menjadikan warga kota
lebih nyaman secara lahiriah, buku (yang bermutu) bisa menjadikan warga kota
berperadaban mulia.
Dengan
demikian, Surabaya -setelah dikenal sebagai 'Kota Seribu Bunga'- kini harus
lebih sigap dalam membenahi ratusan TBM yang dimilikinya agar warga kota
lebih sering lagi mengunjunginya.
Implikasinya,
jika TBM semakin ramai dikunjungi warga kota, sangat boleh jadi banyak pihak
akan tertarik untuk berpartisipasi membuat TBM-TBM berikutnya. Pihak-pihak
yang dimaksud, antara lain, berbagai perusahaan (milik pemerintah ataupun
swasta), yayasan, dan orang kaya. Kelak, jika jumlah TBM di Surabaya terus
bertambah dan pengunjungnya selalu ramai, bisa jadi nanti gelar Surabaya
menjadi lengkap, yaitu 'Kota Seribu Bunga' dan 'Kota Seribu Perpustakaan'.
Gelar
'Kota Seribu Perpustakaan' jelas bukan julukan yang main-main. Sebab, "Sulit membangun peradaban tanpa
budaya tulis dan baca," kata T.S. Eliot (1888-1965), penyair
Inggris. Artinya, kita berharap bahwa semakin banyaknya TBM akan membuat
budaya baca-tulis meningkat dan itu akan berpengaruh positif bagi
terbangunnya peradaban agung di Surabaya.
Halo Indonesia
Suka
membaca buku harus kita budayakan. Dalam konteks kekinian, warga Jepang
adalah contoh betapa membaca telah menjadi budaya. Warga di negeri itu sejak
usia dini (kira-kira umur dua hingga tiga tahun) telah diperkenalkan dengan
buku. Sedemikian bagus budaya membaca di Jepang, sampai ada anekdot, "Orang Jepang itu tidur sambil
membaca, sedangkan orang Indonesia membaca sambil tidur."
Gemar
baca buku harus kita tradisikan. Hal ini terutama karena sampai kini
rata-rata warga Indonesia termasuk yang memiliki minat baca yang sangat
rendah. UNESCO pada 2012 melaporkan bahwa indeks minat baca warga Indonesia
baru mencapai angka 0,001. Artinya, dalam setiap 1.000 orang Indonesia, hanya
ada satu orang yang memiliki minat baca (www.poskotanews.com 27/09/2013).
Kita
prihatin bahwa keadaan ini tidak kunjung membaik. Mari sandingkan data di
atas dengan tiga tahun sebelumnya. "Human Development Report
2008/2009" yang dikeluarkan UNDP menyatakan minat membaca masyarakat di
Indonesia berada pada peringkat 96 dari negara di seluruh dunia. Ini sejajar
dengan Bahrain, Malta, dan Suriname. Lalu, pada pertengahan 2009, Organisasi
Pengembangan Kerja sama Ekonomi (OECD) mengatakan bahwa budaya baca
masyarakat Indonesia menempati posisi terendah dari 52 negara di kawasan Asia
Timur.
Terkait
dengan data di atas, jika panitia 'Socrates
Award' kagum dengan adanya 800 perpustakaan di Surabaya, semoga kita bisa
mengambil 'pesan' bahwa ratusan perpustakaan itu diharapkan akan mampu
menaikkan minat baca masyarakat. Artinya apa? Kita harus meniru Surabaya
untuk menyediakan TMB sebanyak-banyaknya.
Kita
tahu, nilai lebih TBM, antara lain, lokasinya yang dekat dengan pusat-pusat
kegiatan masyarakat (seperti di balai RW, stasiun KA, pusat perbelanjaan,
rumah sakit). Harapannya, masyarakat tergoda untuk menghabiskan waktunya
dengan membaca karena posisi bahan bacaan ada di sejangkauan tangan mereka.
Alhasil,
kepada pemerintah kota mana pun di Indonesia, mari seriusi pembangunan dan
pengembangan TBM seserius saat membangun taman-taman bunga. Ayo kita jemput peradaban
mulia, antara lain dengan cara banyak membaca buku. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar