Jumat, 18 April 2014

Renungan Paskah untuk Cinta Kasih

Renungan Paskah untuk Cinta Kasih

Benny Susetyo  ;   Budayawan
MEDIA INDONESIA, 17 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
PASKAH tahun ini Paus Fransiskus telah memilih tema Dia menjadi miskin sehingga dengan kemiskinanNya kalian menjadi kaya, demikian diumumkan Vatikan. Tema itu diambil dari sebuah ayat dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Umat di Korintus, tempat Santo itu mempro mosikan sikap bela rasa dalam memberi dan keinginan untuk `menguji kasih yang tulus dari kalian melalui perhatian kalian kepada orang lain'.

Situasi saat ini di negeri ini juga berbarengan dengan agenda untuk menciptakan perubahan bangsa dalam suatu pemilihan umum. Kita sudah memilih wakil rakyat dan berikutnya akan memilih presiden sebagai pemimpin bangsa.

Dalam memilih wakil rakyat, sebagian besar dari kita mungkin ragu memilih mereka yang sering kali menggunakan kekerasan dan tindakan memalukan: melakukan politik uang, korupsi, dan lainnya. Jumlah mereka cu kup banyak. Bagaimana kita memilih sebagian dari mereka yang masih memperjuangkan hati nurani?

Dalam memilih pemimpin bangsa, kita ragu karena sebagian dari mereka sering terbukti melanggar HAM, melakukan represi, politik uang, korupsi, dan sering tidak mau mendengar dan melihat penderitaan rakyat di bawah. Bagaimana kita bisa menentukan sebagian kecil dari mereka yang masih memiliki sifat-sifat mengayomi dan melindungi?

Di samping menentukan berbagai agenda kebangsaan di masa depan, pemilu dipandang penting karena akan menentukan siapa pemimpin kita yang mampu mengentaskan Indonesia dari jurang krisis.

Selama ini dalam berbagai pengalaman yang kita miliki, pemilu hanya mampu melahirkan penguasa yang kurang respek terhadap permasalahan rakyatnya (dan sering justru menciptakan berbagai permasalahan di tengah masyarakat). Pemilu-pemilu kita selama ini belum mampu melahirkan pemimpin yang benar-benar dirindukan kehadirannya oleh rakyat.

Apa perbedaan penguasa dan pemimpin? Penguasa adalah sosok yang meletakkan kekuasaan semata-mata sebagai target politik yang sudah tercapai dan kurang/tidak begitu hirau dengan permasalahan yang melilit rakyatnya. Penguasa akan identik dengan pemihakan pada kaum yang secara ekonomi mapan, guna melanggengkan kekuasaannya. Pemimpin adalah sosok bijak yang berusaha keras untuk selalu memihak pada kaum miskin, dan bersikap adil terhadap segala persoalan kebangsaan.

Renungan Paskah

Lalu apa maknanya dalam Paskah kita kali ini? Di tengah kebuasan sistem birokrasi yang penuh rekayasa dan nafsu, kita diajak merenungkan kembali keimanan kita. Adakah sudah menjelma menjadi daya pendorong bagi kita untuk meningkatkan kepedulian sosial?

Dalam Paskah ini kita juga diundang pesta di tengah kepanikan masyarakat yang tidak lagi merasa aman karena harga-harga selalu melambung tinggi, di tengah segala ketidakpastian dan harapan akankah pemilu bisa melahirkan perubahan. Kita diundang pesta di tengah ketidakpastian segala hal.

Kita diundang untuk merayakan perjamuan Tuhan. Perayaan perjamuan ialah sebuah kemenangan karena Tuhan tidak membalas tindakan pengkhianatan dengan kekerasan, tetapi dengan cinta kasih.

Cinta kasih yang begitu besar yang ada di dalam diri Tuhan itulah yang membuat Ia melakukan tindakan yang sulit diterima akal. Dia mengundang para murid bukan sekadar merayakan liturgi Paskah. Dia mau menyata kan tindakan para murid itu diampuni-Nya. Dia tahu bahwa di antara mereka ada yang menjadi pengkhianat, bunglon, dan penipu, tapi semua itu disadari Yesus Kristus bahwa kerapuhan para murid tak mungkin disangkal.

Yesus sadar dan tahu bahwa saatnya akan tiba. Dia melakukan tindakan yang hina dan hanya akan dilakukan oleh para budak. Para murid terkejut mengapa semua ini harus diperbuat? Bukankah hal ini tidak masuk akal? Seorang Rabi yang memiliki kuasa dan wibawa luar bisa tiba-tiba dia melakukan perbuatan yang hina dina? Bukankah hal ini merupakan pelecehan terhadap sebuah wibawa? Demikian pikir para murid.

Namun, dalam Paskah kita belajar bahwa semua bahasa dan perilaku kekerasan dilebur dalam bahasa kasih. Kasih akan menjadi nyata bukan hanya dengan penghalusan katakata, tetapi yang lebih penting ialah bagaimana praktiknya dalam realitas sosial.

Kasih adalah sebuah tindakan nyata seperti Tuhan sendiri merelakan harga diri mau menjadi hamba dengan membasuh kaki. Itu bukan hanya sekadar pengakuan bahwa dosa-dosa sudah diampuni. Lebih jauh lagi, jika engkau menyebut diri sebagai murid, engkau harus melakukan hal sama seperti diperbuat Tuhan.

Dalam Paskah kali ini, kita perlu memperjuangkan terwujudnya kasih sebab kasih itu 
membebaskan manusia dari segala kejahatan! Sebagai insan yang memahami kasih, kita perlu membela wong cilik, membela mereka yang tergusur, membela mereka yang tertindas. Setidaknya hal itu dilakukan dengan cara tidak memilih para politikus busuk serta para pemimpin korup yang tidak mau empati terhadap penderitaan rakyat kecil. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar