Renungan
Paskah untuk Cinta Kasih
Benny Susetyo ; Budayawan
|
MEDIA
INDONESIA, 17 April 2014
PASKAH tahun ini Paus
Fransiskus telah memilih tema Dia menjadi miskin sehingga dengan kemiskinanNya
kalian menjadi kaya, demikian diumumkan Vatikan. Tema itu diambil dari sebuah
ayat dari Surat Kedua Rasul Paulus kepada Umat di Korintus, tempat Santo itu
mempro mosikan sikap bela rasa dalam memberi dan keinginan untuk `menguji
kasih yang tulus dari kalian melalui perhatian kalian kepada orang lain'.
Situasi saat ini di negeri
ini juga berbarengan dengan agenda untuk menciptakan perubahan bangsa dalam
suatu pemilihan umum. Kita sudah memilih wakil rakyat dan berikutnya akan
memilih presiden sebagai pemimpin bangsa.
Dalam memilih wakil
rakyat, sebagian besar dari kita mungkin ragu memilih mereka yang sering kali
menggunakan kekerasan dan tindakan memalukan: melakukan politik uang,
korupsi, dan lainnya. Jumlah mereka cu kup banyak. Bagaimana kita memilih
sebagian dari mereka yang masih memperjuangkan hati nurani?
Dalam memilih pemimpin
bangsa, kita ragu karena sebagian dari mereka sering terbukti melanggar HAM,
melakukan represi, politik uang, korupsi, dan sering tidak mau mendengar dan
melihat penderitaan rakyat di bawah. Bagaimana kita bisa menentukan sebagian
kecil dari mereka yang masih memiliki sifat-sifat mengayomi dan melindungi?
Di samping menentukan
berbagai agenda kebangsaan di masa depan, pemilu dipandang penting karena
akan menentukan siapa pemimpin kita yang mampu mengentaskan Indonesia dari
jurang krisis.
Selama ini dalam berbagai
pengalaman yang kita miliki, pemilu hanya mampu melahirkan penguasa yang
kurang respek terhadap permasalahan rakyatnya (dan sering justru menciptakan
berbagai permasalahan di tengah masyarakat). Pemilu-pemilu kita selama ini
belum mampu melahirkan pemimpin yang benar-benar dirindukan kehadirannya oleh
rakyat.
Apa perbedaan penguasa dan
pemimpin? Penguasa adalah sosok yang meletakkan kekuasaan semata-mata sebagai
target politik yang sudah tercapai dan kurang/tidak begitu hirau dengan
permasalahan yang melilit rakyatnya. Penguasa akan identik dengan pemihakan
pada kaum yang secara ekonomi mapan, guna melanggengkan kekuasaannya.
Pemimpin adalah sosok bijak yang berusaha keras untuk selalu memihak pada
kaum miskin, dan bersikap adil terhadap segala persoalan kebangsaan.
Renungan
Paskah
Lalu apa maknanya dalam
Paskah kita kali ini? Di tengah kebuasan sistem birokrasi yang penuh rekayasa
dan nafsu, kita diajak merenungkan kembali keimanan kita. Adakah sudah
menjelma menjadi daya pendorong bagi kita untuk meningkatkan kepedulian
sosial?
Dalam Paskah ini kita juga
diundang pesta di tengah kepanikan masyarakat yang tidak lagi merasa aman
karena harga-harga selalu melambung tinggi, di tengah segala ketidakpastian
dan harapan akankah pemilu bisa melahirkan perubahan. Kita diundang pesta di
tengah ketidakpastian segala hal.
Kita diundang untuk
merayakan perjamuan Tuhan. Perayaan perjamuan ialah sebuah kemenangan karena
Tuhan tidak membalas tindakan pengkhianatan dengan kekerasan, tetapi dengan
cinta kasih.
Cinta kasih yang begitu
besar yang ada di dalam diri Tuhan itulah yang membuat Ia melakukan tindakan
yang sulit diterima akal. Dia mengundang para murid bukan sekadar merayakan
liturgi Paskah. Dia mau menyata kan tindakan para murid itu diampuni-Nya. Dia
tahu bahwa di antara mereka ada yang menjadi pengkhianat, bunglon, dan
penipu, tapi semua itu disadari Yesus Kristus bahwa kerapuhan para murid tak
mungkin disangkal.
Yesus sadar dan tahu bahwa
saatnya akan tiba. Dia melakukan tindakan yang hina dan hanya akan dilakukan
oleh para budak. Para murid terkejut mengapa semua ini harus diperbuat?
Bukankah hal ini tidak masuk akal? Seorang Rabi yang memiliki kuasa dan
wibawa luar bisa tiba-tiba dia melakukan perbuatan yang hina dina? Bukankah
hal ini merupakan pelecehan terhadap sebuah wibawa? Demikian pikir para
murid.
Namun, dalam Paskah kita
belajar bahwa semua bahasa dan perilaku kekerasan dilebur dalam bahasa kasih.
Kasih akan menjadi nyata bukan hanya dengan penghalusan katakata, tetapi yang
lebih penting ialah bagaimana praktiknya dalam realitas sosial.
Kasih adalah sebuah
tindakan nyata seperti Tuhan sendiri merelakan harga diri mau menjadi hamba
dengan membasuh kaki. Itu bukan hanya sekadar pengakuan bahwa dosa-dosa sudah
diampuni. Lebih jauh lagi, jika engkau menyebut diri sebagai murid, engkau
harus melakukan hal sama seperti diperbuat Tuhan.
Dalam Paskah kali ini,
kita perlu memperjuangkan terwujudnya kasih sebab kasih itu
membebaskan
manusia dari segala kejahatan! Sebagai insan yang memahami kasih, kita perlu
membela wong cilik, membela mereka
yang tergusur, membela mereka yang tertindas. Setidaknya hal itu dilakukan
dengan cara tidak memilih para politikus busuk serta para pemimpin korup yang
tidak mau empati terhadap penderitaan rakyat kecil. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar