Jumat, 18 April 2014

Perjuangkan Terus Perempuan

Perjuangkan Terus Perempuan

Rini Sudarmanti  ;   Direktur Penelitian Paramadina Women Institute
MEDIA INDONESIA, 16 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
PESTA demokrasi baru saja usai pada Rabu, 9 April lalu. Setiap warga negara, baik itu laki-laki maupun perempuan, bebas memilih siapa saja yang dianggapnya dapat dipercaya untuk mewakili opini atau aspirasinya di lembaga legislatif. Ingar-bingar pesan-pesan politik pada masa kampanye mulai diperhitungkan pada hari tersebut. Di antara pesan-pesan politik yang didengungkan terselip pesan `Pilihlah caleg perempuan'.

Mengapa perempuan? April ini merupakan momen berarti buat perempuan. Bukan hanya bagi pemilih perempuan, melainkan juga bagi para caleg perempuan terpilih untuk memastikan dan memantapkan langkah ke depan guna menggariskan langkah upaya memperbaiki kehidupan dan kesejahteraan perempuan sebagaimana dicita-citakan RA Kartini. Pengharapan besar tentunya diemban di pundak para caleg perempuan yang berhasil mendapatkan suara sehingga terpilih menjadi wakil rakyat. 
Cara perempuan mampu memperjuangkan suara perempuan lain dari kacamata sesama perempuan menjadi wacana tersendiri yang merupakan agenda khusus di masa keterwakilannya nanti.

Hasil sensus penduduk mencatat proporsi penduduk perempuan mencapai sekitar 49,7%. Itu jumlah yang hampir sama banyak dengan penduduk laki-laki. Proporsi tersebut pun merupakan gambaran bahwa jumlah perempuan di Indonesia merupakan aset potensial yang penting untuk berperan dalam pembangunan bangsa. Namun, sayangnya, potensi itu tidak sebanding dengan peran partisipasi mereka di hampir semua bidang kehidupan, yang umumnya masih didominasi laki-laki.

Kondisi tersebut dapat dilihat, misalnya, dari nilai indeks kesejahteraan gender untuk aspek pendidikan. Secara nasional, kesempatan penduduk perempuan berumur 15 tahun ke atas yang dapat melek huruf atau mampu membaca menulis hanya sekitar 0,40 atau kurang dari separuhnya bila dibandingkan dengan penduduk laki-laki dalam rentang usia yang sama.

Kesejahteraan perempuan yang belum mumpuni juga bisa dilihat dari gagalnya penurunan jumlah angka kematian ibu secara signifikan. Berdasarkan hasil survei BKKBN, angka kematian ibu (AKI) Indonesia pada 2012 mencapai 359 per 100 ribu kelahiran hidup. Angka rata-rata itu jauh lebih besar ketimbang hasil survei pada 2007 yang mencapai 228 per 100 ribu kelahiran.

Tidak hanya itu, menurut catatan Komnas Perempuan, kasus kekerasan terhadap perempuan masih terjadi dan mencapai angka 119.107 kasus hingga 2011. Jumlah itu meningkat dibandingkan 2010 yang tercatat 105.103 kasus. Sebanyak 96% di antaranya kasus kekerasan domestik dan bentuknya pun tidak hanya kekerasan fisik, tetapi juga psikologis.

Kesempatan perempuan berpartisipasi dalam barisan angkatan kerja hanya sekitar 1/5 kesempatan lakilaki. Hal itu menunjukkan partisipasi perempuan dalam akses pasar dunia kerja masih lebih rendah daripada laki-laki. Sementara itu, perempuan berpotensi menjadi penganggur lebih tinggi ketimbang laki-laki, yaitu 1,14 kali dibandingkan dengan laki-laki. Perempuan akan menjadi beban ekonomi negara.  
Salah satu langkah yang tampak untuk mengatasi hal tersebut ialah mendorong perempuan untuk berdaya secara ekonomi melalui wiraswasta atau menjadi pengusaha pada level ekonomi kecil dan menengah.

Kendala yang muncul ketika perempuan bekerja dan berkarya ialah waktu. Pada umumnya perempuan masih tetap berusaha menyelaraskan tanggung jawabnya untuk mengurus rumah tangga. Nilai indeks untuk kategori jam kerja, perempuan lebih nyaman bekerja selama 10-14 jam seminggu sebesar 2,37 kali jika dibandingkan dengan laki-laki, sedangkan untuk kategori 35 jam seminggu, perempuan hanya 0,49 kali jika dibandingkan dengan waktu bekerja laki-laki.

Kondisi seperti itu memengaruhi peluang perempuan bekerja dalam ruang publik atau bahkan menjadi pemimpin. Meskipun terlihat ada peningkatan jumlah pemimpin perempuan, dari 9% pada pada 2009 menjadi 16% pada 2013, jumlah tersebut masih belumlah memadai. UndangUndang No 12 Tahun 2003 tentang Pemilu 2004 mengalokasikan kuota 30% keterwakilan perempuan untuk berkiprah di lembaga legislatif. Data dari Biro Pusat Statistik pada periode 1999-2004 mencatat hanya sekitar 45 perempuan atau 9% perempuan yang saat ini duduk di lembaga DPR.

Sementara itu, pada Pemilu 2009, jumlah anggota perempuan meningkat menjadi 101 orang (18,04%). Peningkatan itu tentunya sangat signifikan karena akan memengaruhi suara perempuan dalam proses pembuatan berbagai kebijakan atau keputusan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, terutama untuk kaum perempuan Indonesia sendiri. Tentunya harapan ke depan, hasil Pemilu 2014 ini akan jauh lebih baik daripada tahun-tahun sebelumnya seiring dengan meningkatnya kesadaran perempuan akan hak-haknya termasuk hak politiknya.

Isu perempuan memperjuangkan perempuan menjadi sangat penting untuk diangkat. Perempuan untuk bisa muncul berkiprah dalam ruang publik saja sudah merupakan kesulitan tersendiri, apalagi mem perjuangkan perempuan lainnya. Mata rantai utama pada upaya itu dipegang perempuan-perempuan yang sudah lebih dahulu menggapai mencapai puncak keberhasilan, semisal para wakil rakyat perempuan terpilih, pemimpin perempuan baik itu di lingkungan swasta maupun pemerintahan, komunitas rumah tangga, organisasi, dan bahkan pada sektor pendidikan. Merekalah yang akan menjadi contoh, mengader, dan bahkan kemudian menularkan semangat kepada perempuan-perempuan yang ada di sekitar mereka.

Itu merupakan modal awal yang perlu dimiliki agar dapat dengan bijak mengurai permasalahan dan menjembatani persoalan perempuan yang saat ini sudah telanjur berada dalam konteks sosial kehidupan yang sudah dibangun laki-laki. Bukankah tidak ada perbedaan pemahaman di antara kita semua bahwa perempuan dan laki-laki adalah sama di mata Tuhan? Perempuan dan laki-laki sama-sama diciptakan untuk bahu membahu membangun kehidupan manusia yang adil dan beradab. Mari bersama membangun bangsa. ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar