Paskah
Jaminan Keselamatan
Rev Junry Jan Alow ; Pendeta
|
KORAN
JAKARTA, 19 April 2014
Besok
seluruh dunia memperingati Hari Paskah, Kebangkitan Yesus dari kubur sebaga
bukti kemenangan atas maut. Sebelum Paskah, umat Kristiani merayakan trihari
suci yang dimulai Kamis Putih.
Pada
Kamis Putih, umat Kristiani seluruh dunia mengenangkan perjamuan terakhir
Yesus dengan 12 murid. Perayanan dilanjutkan Jumat Agung, saat seluruh umat
mengenangkan kisah sengsara dan wafat Yesus disalib.
Kematian-
Nya merupakan sumber kehidupan. Peristiwa kematian Yesus merupakan bagian
dari tugas-Nya untuk menyelesaikan misi Allah menebus manusia dari dosa.
Persoalan dosa yang tidak bisa diselesaikan manusia, dituntaskan Yesus lewat
jalan kesengsaraan (via dolorosa),
bahkan kematian di Golgota.
Kesengsaraan
yang dipilih Yesus justru menjadi sebuah pembuka jalan atas kebuntuan manusia
dalam menyelesaikan dosa dan kematian. Yesus, yang pada Minggu Palma disambut
gegap gempita saat memasuki Yerusalem, lima hari kemudian, oleh massa yang
sama, Yesus dicemooh, ditolak, dan dibunuh.
Sorak-sorai,
puji-pujian masyarakat Yahudi bisa sangat cepat berubah 180 derajad menjadi
hujatan, hinaan, dan kedengkian. Sama halnya bangsa ini yang bisa cepat
berubah dari sifat ramah dalam sekejap menjadi kejam.
Hanya
karena masalah sepele, masyarakat yang tadinya bersahabat bisa berubah
menjadi pembunuh, seperti kasus Ade Sara yang dihabisi mantan kekasih.
Yesus
harus menerima kenyataan: dihujat, dicaci, dan diludahi oleh orangorang yang
lima hari sebelumnya menyanjungnyanjung. Ini menjadi jalan ketaatan yang
harus dilewati Putra Manusia melalui penderitaan yang dimulai dengan
penolakan serta sorakan kebencian orang Yahudi.
Yesus
yang digadang-gadang membebaskan rakyat Yahudi dari penjajah Roma, ternyata
tak berdaya. Dia kalah dan dinyatakan salah dalam proses hukum yang sangat
tidak adil dan penuh muslihat. Dia disidang dalam proses hukum yang
direkayasa.
Peradilan-Nya
benar-benar tidak adil. Ketidakberdayaan Pontius Pilatus tergambar saat harus
mencuci tangan sebagai simbol lepas tangan sehingga pengambilan keputusan
diserahkan kepada suara orang banyak orang (vox populi).
Jadi,
dalam bahasa Nabi Habakuk, keadilan masyarakat tersebut berjalan terbalik.
Tetapi, jalan itulah yang harus diambil Sang Guru agar kelak di hari Paskah
via dolorosa berubah menjadi pengharapan besar bagi dunia.
Salib,
jalan kesengsaraan menjadi pengharapan umat manusia. Via dolorosa telah menjadi
via delarosa: jalan kesengsaraan menjadi jalan pengharapan. Hal inilah yang
dialami Yesus dalam kematian-Nya melalui peristiwa Jumat Agung (Great Friday) kemarin.
Ini saat
di mana Allah membuka dan menyelesaikan problem dosa serta kematian yang tidak
bisa dirampungkan manusia lewat cara apa pun. Manusia tidak bisa mendapat
keselamatan melalui cara-cara yang biasa ditempuhnya.
Kemampuan
berpikir, intelektual, filsafat, moral, etika, kebajikan, amal atau perbuatan
baik apa pun tidak bisa membawa manusia kepada keselamatan. Hanya berkat
anugerah Allah melalui kematian Putra-Nya, purnalah urusan dosa dan kematian
Kebangkitan
Dengan
kematian Yesus, manusia memiliki pengharapan baru dan jaminan keselamatan
karena Dia memang Jalan, Kebenaran, dan Hidup (Yoh 14: 6). Namun, yang mati
harus bangkit.
Sebab,
"Andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami
dan sia-sialah juga kepercayaan kamu," I Kor 15: 14. Selain itu,
"Jika Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah kepercayaan semua
orang Kristen dan kita akan tetap hidup di dalam dosa," I Kor 15: 17.
Begitulah
Rasul Paulus telah menggariskan makna kematian Yesus yang harus diikuti
kebangkitan pada hari Paskah. Paskah adalah pembenaran. Kebangkitan Yesus
adalah pembenaran karya-karya-Nya oleh Bapa di surga.
Semoga
semangat Paskah tahun 2014 ini menginspirasi pesta demokrasi dalam pemilihan
presiden pada 9 Juli nanti. Semoga semangat Paskah ini memunculkan sebuah
Indonesia baru yang lebih baik. Kiranya, anugerah Paskah memunculkan pemimpinpemimpin
yang bersemangat melayani dan menyejahterakan rakyat sesuai dengan cita-cita
bangsa.
Kebangkitan
adalah puncak karya penebusan. Seluruh rangkaian penebusan sia-sia bila tidak
ada kebangkitan. Natal adalah perisitiwa besar karena Allah mau solider
dengan manusia yang menderita secara lahir batin.
Itulah
solidaritas terbesar Allah pada manusia. Akan tetapi Natal tidak ada artinya,
bila tanpa kebangkitan. Natal sebagai awal karya penebusan yang berpuncak
pada kebangkitan, sehingga itulah awal dan akhir, alfa dan omega lingkaran
penyelamatan.
Natal
dan Paskah tak dapat dipisahkan, sebagai kesatuan karya pembayaran manusia
dari "rumah gadai." Untuk menjawab kebangkitan, maka umat harus
melakukan tindakan konkret agar dapat ikut bangkit pada Paskah abadi.
Salah
satu yang syarat ikut bangkit haruslah mati, sebelum mati umat harus
memanggul salib. Caranya harus berbagi rezeki, empati, dan kepedulian kepada
mereka yang terbuang.
Memberi
dan berbagi kepada mereka yang terbuang merupakan salib karena tidak mungkin
mampu mengembalikan pemberian tersebut. Paskah adalah jaminan keabadian bagi
mereka yang percaya akan peristiwa kebangkitan.
Dengan
kata lain, tawaran keselamatan harus dijawab dengan mengimani kebangkitan
agar seluruh kepercayaan tidak menjadi siasia. Paskah abadi akan diterima
mereka yang mau mati dan bangkit bersama Yesus. Selamat Paskah. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar