Jumat, 18 April 2014

Kampus Inkubator Pemimpin Muda

Kampus Inkubator Pemimpin Muda

Saiful Anwar  ;   Mahasiswa Fakultas Syariah dan Ekonomi Islam
IAIN Walisongo Semarang
HALUAN, 16 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Dalam Kamus Be­sar Bahasa Indo­nesia (KBBI), kam­pus adalah tanah lapang yang luas. Secara umum dapat difahami, bahwa kampus merupakan tempat untuk menuntut ilmu. Namun, secara su­bstansial sebagaimana me­ng­u­tip dari ungkapan Dr. Mohammad Nasih, kampus adalah “the bettle field of the theories”, yaitu tempat bertarung berbagai teori.

Fungsi dan peran kam­pus memiliki urgensi untuk membangun bangsa. Seperti yang telah dikemukakan Conny R. Semiawan, kam­pus berfungsi untuk mem­per­siapkan generasi muda menjadi insan yang memiliki perilaku, nilai, dan norma sesuai dengan sistem yang berlaku. Yaitu, memiliki rasa patriotisme. Hal ini, bertujuan untuk mewujud­kan totalitas insan yang utuh dan mandiri guna pengabdian terhadap negara. Akan tetapi, di era globalisasi ini, fungsionalisasi kampus telah hilang dari makna yang sebenarnya.

Perlu digarisbawahi, yang menjadikan kampus hilang dari maknanya bukan kare­na ber­ge­sernya zaman. Tetapi, maha­siswa belum mampu me­ma­hami arti kam­­pus. Mereka, hanya belajar dan bertujuan men­dapat­kan gelas sarjana lalu bekerja. Ini merupakan hal yang sia-sia. Karena, melihat degradasi moral bangsa saat ini, sungguh sangat mem­pri­hatin­kan. Mulai dari golo­ngan kelas atas (pejabat) hingga kelas bawah (rakyat). Yang diharapkan Ibu Pertiwi bukan untuk diri sendiri, tapi untuk negeri.

Sering kita ketahui, para pejabat sering melakukan tindakan yang salah. Seperti, hal-nya korupsi. Belum lagi masyarakat yag akhir-akhir ini juga ikut keblinger dalam prilaku yang salah. Ini membuktikan bahwa  negara ini benar-benar dalam keadaan bahaya. Untuk itu, diharapkan fungsionalisasi kam­pus harus dite­gakkan kembali.

Menetaskan Pemimpin

Dapat dianalogikan kam­pus ibarat sebuah inku­­bator, dan mahasiswa di­ibarat­kan sebagai telurnya. Jika, penetasan tersebut gagal, maka secara otomatis kam­pus boleh dikatakan nihil dalam mencetak generasi muda untuk bangsa. Me­mang tidak mudah dalam menetaskan telur tersebut. Sangat dibutuhkan kesaba­ran dan pelatihan yang ekstra hati-hati. Selain itu, untuk me­netaskan telur tersebut tidak lupa mengatur suhu yang sesuai dalam penetasannya.

Dengan demikian, apabila kampus tidak mampu men­cetak ma­hasiswa dengan baik, sangat sayang generasi yang muncul bukanlah peng­abdi untuk negara. Begitupun sebaliknya, jika mahasiswa terdidik dengan baik, tidak diragukan lagi generasi muda yang hadir adalah pemimpin berdikari yang siap untuk memimpin negara. Pemimpin yang mampu untuk memberi kesejahteraan dan keadilan serta tuntunan untuk mas­yarakat.

Kembali pada pem­baha­san kampus. Walaupun kampus mempunyai bidang yang berbeda-beda, tetapi ini sangat lengkap dalam me­nyiap­kan pemimpin-pemim­pin muda untuk membawa pe­rubahan. Seperti ilmu eko­nomi menangani per­ma­salahan di bidang eko­nomi. Karena, perekonomian Indo­nesia belumlah jelas, terlebih lagi untuk rakyat miskin yang perlu diberikan jaminan hidup layak.  Lalu ilmu politik menyelesaikan perma­salahan pada ranah peme­rintahan. Ilmu agama untuk menyelesaikan bera­gam masalah di bidang agama yang terjadi negara kita yang mengalami deg­radasi moral.

Pada intinya kampus adalah  sebagai tempat inkubasi mahasiswa menjadi garda/agen, yang memiliki tugas untuk membuat peru­bahan yang lebih baik untuk bangsa dan negara. Mulai dari membawa perubahan, mengon­trol, penengah pe­merin­tah dengan rakyat, dan sebagai aset perubahan bangsa. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar