Rabu, 02 April 2014

Indonesia Butuh Pemuda Kuat

Indonesia Butuh Pemuda Kuat

Nur Asma  ;   Alumnus STAIN Malikussaleh Lhokseumawe;
Siswa Sekolah Demokrasi Aceh Utara Angkatan IV (2014)
OKEZONENEWS, 01 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
The will to succeed is important, but what’s more important is the will to prepare
(Bobby Knight)

BANGSA yang kuat ditopang oleh kreativitas pemuda. Jika pemuda lemah, maka sebuah bangsa niscaya akan mudah ditaklukkan. Maka membangun pemuda yang tangguh menjadi keharusan. Manusia-manusia yang sudah tak muda pun harus turut terlibat.

Namun kenyataanya pemuda sekarang gampang putus asa, tidak gigih menghadapi zaman. Pemuda dalam peradaban mutakhir ini jauh dari kesan tough. Ketika dihadapkan pada masalah yang cukup pelik, mereka tidak menyelesaikan dengan tawaran solusi. Alih-alih melihat pemuda mencari solusi  kreatif, kini pemuda cenderung pasif, malas, dan sedikit gunawan.

Sungguh miris membaca berita dalam harian Serambi Indonesia (10/2/2014) dengan judul “Pemuda Tewas Lompat dari Tower”. Sang pemuda disinyalir kehilangan akal sehat atau stress akibat mengonsumsi narkoba. Anda tentu akan mengelus dada pada kenyataan seperti itu. Ironis dan aneh.

Ketika fenomena tersebut ditelisik, biasanya yang muncul adalah dugaan yang begitu sederhana: kurang awasnya keluarga. Narkoba tak henti-hentinya diserukan berbahaya, tetapi berbalik dengan realitas bahwa generasi muda bersikap fairly saja. Inilah keberanian yang terbalik; keberanian untuk mempraktikkan tindakan-tindakan negatif.

Generasi muda harus memiliki sikap mental yang positif dan selalu mendorong untuk mencapai tujuan dengan gigih. Dengan semangat wirausaha, misalnya, tentu pemuda diharapkan mampu membangkitkan bangsa yang tengah rapuh. Begitulah generasi yang segar. Perlu diwujudkan pemuda yang cerdas, kreatif, serta mampu memproduksi kreasi-kreasi positif yang membuahkan hasil, tidak penting apakah itu berdampak besar atau kecil. Capaian itu kelak tercatat dalam karya besar (magnum opus) mereka sesuai dengan kemampuan dan kapasitasnya.

Pemuda, dalam UU Nomor 40 Tahun 2009, didefinisikan sebagai warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 16 sampai 30 tahun. Pembangunan kepemudaan adalah proses memfasilitasi segala hal yang berkaitan dengan kepemudaan yang bertujuan untuk terwujudnya pemuda yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan YME. Semua orang jelas memimpikan pemuda yang berakhlak mulia, cerdas, kreatif, inovatif, mandiri, dan demokratis, bertanggung jawab, berdaya saing serta memiliki jiwa kepemimpinan, kewirausahaan, kepeloporan, dan kebangsaan.

Realitas yang diperbincangkan mengenai pemuda ternyata tidak jauh dari kesan-kesan ganas. Inilah paradoks. Kehidupan pemuda cenderung terkontaminasi aneka pengaruh negatif. Seharusnya haluan dibalik dengan mengelaborasi diri dalam kerja-kerja nyata yang positif dan mendatangkan manfaat. Contohnya mengakses pendidikan yang akan berdampak pada masa depan cemerlang. Banyak kegiatan harus diisi pemuda dengan menjadi penggerak di barisan terdepan serta menunjukkan kriteria pemuda yang bertanggung jawab dalam segala hal.

Pemuda dan Islam

Islam adalah agama yang aturannya memuat segala urusan dan kemaslahatan umat manusia. Islam mengingatkan orangtua dan masyarakat agar tidak melalaikan anak, yang bisa membawa dampak rasa kesepian dan kehilangan pada anak. Islam juga melarang eksploitasi anak dalam suatu pekerjaan yang dapat berakibat langsung pada fisik, mental atau psikologi mereka. Perintah ini bukan hanya pada saat berusia dini, namun sampai dia remaja hingga dewasa sekalipun. Hal ini dapat dipahami dalam Sabda Rasulullah SAW: “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah. Kedua orang tuanyalah yang menjadikannya nasrani, yahudi atau majusi.” (HR. Bukhari).

Firman Allah SWT (QS. Ali Imran: 38): “Ya Rabbi, berilah aku dari sisi Engkau seorang anak yang baik. Sesungguhnya Engkau Maha Pendengar doa”. Sandaran makna yang dihantarkan dalam ayat ini bahwa setiap orangtua sebelum berperan sebagai real parent dianjurkan untuk meminta kepada Allah SWT agar mendapat keturunan yang baik dan saleh. Jika sudah menjadi orangtua tugasnya sungguh akan lebih berat.

Dalam hidup, manusia tentu ingin meraih apa yang diinginkannya. Aral melintang menuju peraihan tersebut membuat manusia berkecil hati, mengecilkan diri, dan menganggap setiap cita-cita sebagai sesuatu yang tak mungkin dicapai. Dalam kondisi demikian, manusia membutuhkan motivasi, baik dari diri sendiri maupun dari orang lain.
   
Di samping itu, pemuda yang mempunyai peranan penting dalam pembangunan nasional sejatinya harus berfungsi sebagai agen perubahan, penegak moral dan kontrol sosial sehingga fungsi tersebut dapat berguna bagi diri dan masyarakat. Pemuda berperan besar untuk mengadakan perubahan dalam tatanan pembangunan nasional.
   
Peran pemuda sebagai penegak moral memberikan kontribusi yang besar dalam pembentukan karakter bangsa untuk membangun bangsa dan negaranya. Dia harus memiliki kepribadian tinggi, semangat nasionalisme, serta memahami pengetahuan/teknologi untuk bersaing secara global. Sudah banyak pemuda Indonesia yang mengharumkan nama bangsa dalam berbagai adu cerdas di level internasional. Ini sebenarnya bisa menghilangkan paradigma negatif selama ini yang menganggap pemuda sebagai pengikut golongan tua dan hanya sebagai penjiplak.
   
Sepanjang apa pun uraian yang disampaikan takkan membuahkan hasil jika tidak dihayati. Banyak hal berguna untuk membangun bangsa dan negara bisa dilakukan. Terlebih oleh pemuda sebagai suatu entitas dengan energi masih prima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar