Saatnya
Menarik Rem Darurat Ari Fahrial Syam ; Guru Besar Ilmu Penyakit Dalam FKUI dan
Praktis klinis |
KOMPAS, 18 Juni 2021
Beberapa waktu lalu, saya
mendapat kabar, sejawat dokter umum yang kebetulan pernah bekerja di rumah
sakit tempat saya bekerja paruh waktu, baru saja kehilangan ibu dan suaminya
karena Covid-19. Sejawat tersebut saat ini
juga masih berjuang untuk lolos dari lubang jarum melawan infeksi virus
Covid-19 di salah satu rumah sakit rujukan Covid-19 di Jakarta. Selain itu, yunior saya,
seorang ahli penyakit dalam yang baru saja menyelesaikan konsultannya, saat
ini juga dalam kondisi kritis terpasang ventilator di salah satu rumah sakit
rujukan Covid-19 di Jakarta, juga karena Covid-19. Beberapa minggu terakhir
kita mendengar kabar dokter spesialis dan dokter umum juga gugur karena
Covid-19 walau sebagian dari mereka sudah mendapat vaksin. Rumah sakit sudah
mulai penuh, kemarin ada pasien saya yang kebetulan bertugas di RSUD Jakarta
menyampaikan, tempat tidur isolasi di rumah sakitnya juga sudah penuh dan
sudah mulai merujuk ke rumah sakit lain jika ada pasien yang perlu rawat
inap. Kalau kondisi ini
memburuk, cerita akan berulang, pasien meninggal di instalasi gawat darurat
karena tak ada ruang isolasi dan tak bisa merujuk ke rumah sakit lain karena
rumah sakit-rumah sakit lain itu juga penuh. Dinas Kesehatan DKI
Jakarta juga sudah mengimbau rumah sakit untuk meningkatkan kapasitas ruang
isolasi untuk pasien Covid-19. Penambahan ruang isolasi untuk pasien Covid-19
tentu akan berdampak pada pengurangan ruang rawat untuk pasien non-Covid-19. Tampaknya masa sulit untuk
mencari ruang isolasi di Jakarta akan berulang. Beberapa saat yang lalu ada
pasien saya demam tinggi, batuk, sudah dilakukan swab antigen dan hasilnya
positif. Pasien ini direncanakan dirawat inap, tetapi ruang rawat isolasi
penuh. Beberapa rumah sakit sudah
melaporkan bahwa instalasi gawat darurat (IGD)-nya sudah didominasi kasus
Covid-19. Kondisi di rumah sakit ini juga sejalan dengan positivity rate yang
sudah mencapai 15,6 persen di DKI Jaya. Saya pribadi juga punya
pengalaman. Beberapa waktu lalu, keponakan saya terlambat datang untuk
menghadiri akad nikah adiknya karena harus menunggu hasil swab PCR-nya, sebab
kebetulan ia kedatangan tamu yang membawa anak dan yang diketahui kemudian
bahwa anak temannya tersebut positif Covid-19, tertular dari asisten rumah
tangganya yang baru mudik. Di sisi lain,
bayang-bayang beredarnya virus Covid-19 yang sudah bermutasi juga menambah
kekhawatiran kita. Informasi dari Bangkalan, Madura, ternyata sudah ditemukan
adanya pasien yang tertular dengan virus mutan B117 atau virus mutan Alfa. Seperti yang disampaikan
peneliti dari Institute Tropical Disease (ITD) Universitas Airlangga,
ditemukan varian B117 dari sampel pasien Bangkalan. Bahkan diduga penyebaran
yang cepat terjadi di Bangkalan dihubungkan dengan beredarnya varian B117
ini. Begitu pun informasi dari
Kudus, ternyata peningkatan kasus yang signifikan di Kudus disertai jatuhnya
korban dari tenaga medis, dihubungkan dengan beredarnya varian Delta dari
India. Kekurangan tenaga
kesehatan karena banyak yang jadi korban membuat pemerintah daerah
mempekerjakan dokter sukarelawan yang berasal dari daerah lain. Selain
menambah tenaga kesehatan, sarana prasarana dan ketersediaan obat-obatan juga
harus diperhatikan. Apa
yang terjadi di masyarakat? Sepanjang jalan pergi ke
kantor/rumah sakit dan pulang ke rumah selama beberapa hari terakhir ini,
tidak ada yang berubah. Jalan-jalan di Jakarta, terutama di daerah yang biasa
macet, tetap macet. Sebagian masyarakat di pinggir jalan tidak memakai
masker. Tentu saya berharap mereka selalu sehat karena kalau terinfeksi
Covid-19 dengan gejala dan perlu rawat inap di rumah sakit saat ini, mereka
akan susah mencari ruang isolasi. Begitu pula kerumunan
masih terjadi di tengah masyarakat. Salah satu kerumunan yang terjadi
berhubungan dengan salah satu gerai makan McDonald’s yang berkolaborasi
dengan boyband asal Korea Selatan, Bangtan Boys (BTS), dan meluncurkan BTS
Meal. Ini sangat memprihatinkan kita semua. Prediksi bahwa produk ini akan
dicari banyak orang sehingga terjadi kerumunan tampaknya tidak diantisipasi
dengan baik oleh pihak gerai makanan tersebut. Terima kasih beberapa
pemerintah daerah cepat merespons dengan menutup beberapa gerai makan
tersebut walau kita juga akan melihat apakah akan ada kluster baru akibat
kasus kerumunan BTS Meal ini. Saya rasa BTS mestinya
mengetahui bahwa produknya memang banyak digemari masyarakat Indonesia bahkan
sampai menimbulkan kerumunan di tengah masyarakat untuk mendapat produknya
tersebut sehingga memunculkan potensi kluster baru Covid-19. Saya rasa dalam kondisi
perkembangan Covid-19 yang cenderung memburuk, sampai saat ini belum ada
langkah-langkah yang konstruktif untuk mengatasi masalah ini. Malaysia dan
Singapura sudah melakukan lockdown. Bahkan Malaysia juga memperpanjang lagi
lockdown-nya sampai akhir Juni 2021. Saya berharap pemerintah
daerah, khususnya Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, mengambil keputusan
strategis untuk menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) kembali di
wilayahnya. Fakta sebelumnya menunjukkan bahwa PSBB telah berhasil menekan
penularan Covid-19 di tengah masyarakat. Dalam situasi yang memburuk
saat ini kita juga harus mengingatkan para politikus untuk menahan diri untuk
tidak terburu-buru membicarakan calonnya untuk Pemilihan Presiden (Pilpres)
2024. Apalagi calon-calon dari parpol tersebut juga sedang menjadi kepala
daerah. Mereka juga mulai sibuk melakukan silaturahmi politik yang diliput
media dengan signifikan. Mereka sibuk melakukan
komunikasi politik untuk persiapan Pilpres 2024. Saya berharap di tengah
silaturahmi tersebut mereka tetap juga membicarakan hal terbaik untuk
mengatasi penyebaran Covid-19 di tengah masyarakat. Para kepala daerah yang
juga dijagokan tampaknya juga sibuk untuk menata diri mencari dukungan. Saya juga berharap di
tengah kesibukan untuk pencitraan diri para kepala daerah, mereka tetap
melaksanakan amanah untuk mencari solusi terbaik untuk masyarakat, karena
amanah rakyat untuk mereka adalah bagaimana bisa memperjuangkan nasib
masyarakat menjadi lebih baik. Ini harus diingat oleh mereka dan ini akan
dipertanggungjawabkan kelak kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sekali lagi kita semua
saat ini harus mencurahkan penuh perhatian kita untuk penanggulangan Covid-19
yang terus memburuk penyebarannya di tengah masyarakat. Kita tidak berharap
pelayanan kesehatan kita kembali kolaps karena pengendalian yang gagal di
tingkat hulu. Semoga semua menyadari dan berusaha mencegah hal ini. Mari
bersama melawan Covid-19. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar