Selasa, 29 Juni 2021

 

Humor dan Covid-19

Deddy Mulyana ;  Guru Besar Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad; Penulis Buku Komunikasi Kesehatan: Pendekatan Antarbudaya (2021)

KOMPAS, 27 Juni 2021

 

 

                                                           

Seorang sopir membawa rombongan yang akan mudik Lebaran ke Padang. Namun, ia malah membawa kendaraannya ke Bandung. Ia sadar kendaraannya akan dicegat polisi. Ketika hal itu terjadi di Jalan Tol Cikampek, ia menerangkan bahwa rombongan berasal dari Padang dan akan mudik ke Bandung.

 

Meski sopir berkilah bahwa perjalanan ke tujuan sudah dekat, polisi tetap melarangnya dan meminta rombongan kembali ke Padang. Sang sopir menurut, tetapi meminta surat kepada polisi yang menerangkan bahwa rombongannya harus ”kembali” ke Padang. Berkat surat polisi itu, rombongan berhasil mudik ke Padang.

 

Sementara itu, seorang ”wakil rakyat” di Bali saat pandemi Covid-19 dan akan jalan-jalan lagi ke daerah lain menerangkan, ”Karena saya wakil rakyat, saya mewakili Anda untuk jalan-jalan.” Itulah dua humor terkait pandemi Covid-19 yang beredar di media (sosial) belum lama ini.

 

Percayakah Anda bahwa, seperti didukung beberapa penelitian, humor dapat membantu meningkatkan imunitas tubuh kita untuk menangkal Covid-19, penyakit mematikan yang telah melanda negeri kita lebih dari setahun ini?

 

Humor adalah rangsangan apa saja yang membuat kita tersenyum, tertawa, atau merasa terhibur sehingga kita menjadi lebih santai dan puas. Berdasarkan perspektif medis, tertawa memicu munculnya endorfin, hormon yang membangkitkan rasa senang dan rasa bahagia seraya mengurangi rasa sakit.

 

Humor bisa jadi berperan penting dalam ranah kehidupan apa pun: politik, pendidikan, bisnis, dan bahkan keagamaan. Namun, perannya paling penting dalam ranah kesehatan, baik secara fisik maupun secara mental. Banyak ahli ilmu sosial, terutama teoretisi psikologi, berpendapat bahwa humor adalah mekanisme untuk beradaptasi.

 

Kita dapat menggunakan humor sebagai pertahanan melawan rasa takut akan kehidupan yang suram dan memungkinkan kita mampu mengendalikan peristiwa yang tadinya sulit kita kendalikan. Tertawa memungkinkan kita melepaskan ketegangan atau kemarahan sebagai akibat dari pengalaman pahit yang kita hadapi dan menjaga jarak dari masalah tersebut.

 

Menurut Lucas, ”Khalayak mungkin akan berkonsentrasi lebih baik mengenai krisis jika mereka telah santai pada saat-saat antara.” Intinya, humor membantu melepaskan tekanan karena ketegangan dan momen tragis, bukan hanya dalam produksi drama, juga dalam kehidupan nyata (King, 2003). Dalam konteks kekinian, tekanan yang kita hadapi tentu saja adalah pandemi Covid-19.

 

Dalam kisah nyata Dr Hunter Adams yang difilmkan dengan judul Patch Adams dan dibintangi Robin Williams, dilukiskan bahwa menurut dia, pengobatan mujarab untuk menyembuhkan orang sakit tidak selamanya lewat obat-obatan. Baginya, pengobatan terbaik adalah humor: tertawa bisa meringankan dan melupakan rasa sakit yang diderita untuk sementara waktu.

 

Dalam sebuah studi dengan desain longitudinal intensif, berdasarkan penelitian atas kehidupan keseharian para mahasiswa universitas, para peneliti menemukan bahwa orang-orang yang kerap tertawa lebih siap menghadapi peristiwa yang menimbulkan stres (Zander-Schellenberg & Collins, 2020).

 

Banyak penelitian dengan metode eksperimen pun membuktikan bahwa humor menurunkan kecemasan dan meningkatkan kesehatan pada masa krisis atau saat bencana terjadi, seperti yang dikaji ulang Martin dan Ford (2018) serta Morgan dkk (2019). Temuan umumnya adalah bahwa humor berperan lebih besar dalam kelompok yang diberi perlakuan (treatment) untuk menurunkan emosi negatif (misalnya kecemasan dan stres) serta meningkatkan emosi positif (misalnya harapan dan minat) dibandingkan dengan kelompok kontrol.

 

Temuan penelitian lainnya menunjukkan, humor membantu mengatasi stres dengan berbagai cara. Lelucon menarik perhatian dan membangkitkan pikiran. Aktivitas kognitif ini menghilangkan pikiran negatif untuk sementara waktu, membuat orang merasa lebih ringan dan lebih bahagia (Strick dkk, 2009).

 

Dikaitkan dengan pandemi Covid-19, berdasarkan penelitian Madelijn Strick (2021) di Amerika Serikat, Belanda, dan Inggris, penggunaan humor mengurangi emosi negatif dan meningkatkan emosi positif serta daya tahan terhadap krisis yang terjadi, terutama jika digabungkan dengan pesan-pesan yang memberikan harapan, semangat, dan optimisme, tentunya termasuk doa (Strick, 2021).

 

Penelitian lain berdasarkan sampel 180 orang dewasa di AS menunjukkan, humor membuat stres dan ketidakberdayaan subyek penelitian berkurang dalam menghadapi Covid-19 dan meningkatkan perilaku protektif mereka terhadap penyakit tersebut (Olah & Ford, 2021).

 

Walhasil, peran humor ternyata begitu penting dalam kehidupan, terutama sebagai kiat untuk mengatasi stres. Humor itu ternyata serius. Tak mengherankan jika humor telah lama menjadi subyek penelitian yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah, seperti Humor: International Journal of Humor Research, the European Journal of Humor Research, dan the Israeli Journal of Humor Research.

 

Maka, untuk terhindar dari Covid-19 yang entah kapan akan berakhirnya ini, marilah kita tetap riang, optimistis, sambil terus bekerja dan berkarya, seraya tetap menjaga protokol kesehatan, tentunya dengan tidak lupa berdoa. Protokol kesehatan 3M atau 5M yang kita lakukan selama ini agaknya kurang lengkap, karena seharusnya ditambah HD sehingga menjadi 5M+HD (Memakai masker, Mencuci tangan, Menjaga jarak, Menjauhi kerumunan, Membatasi mobilisasi dan interaksi, Humor, dan Doa). ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar