Senin, 28 Juni 2021

 

Ada Hubungan Misterius antara China dan Uang Kripto

Andreas Maryoto ;  Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”) Kompas

KOMPAS, 24 Juni 2021

 

 

                                                           

Dalam sepekan ini langkah China yang melakukan tindakan drastis dengan meminta penghentian penambangan bitcoin dan juga menghentikan transaksi mata uang kripto telah mengguncang bursa. Hampir semua mata uang kripto yang sering diperdagangkan mengalami penurunan nilai secara signifikan. Ada apa di balik tindakan keras China?

 

Investor aset kripto hanya bisa gigit jari sepanjang pekan lalu hingga pekan ini. Dalam beberapa hari ini aset mereka turun drastis karena nilai sejumlah mata uang kripto anjlok.

 

Secara total aset senilai 300 miliar dollar AS menguap dari pasar sejak Jumat pekan lalu menyusul tindakan China itu. Sejumlah mata uang yang turun drastis antara lain bitcoin, ethereum, dan dogecoin. Harga bitcoin anjlok dari 37.981 dollar AS per satu bitcoin pada Jumat pekan lalu menjadi 31.716 dollar AS pada Selasa lalu.

 

Jumat pekan lalu Pemerintah China meminta agar penambangan mata uang kripto di wilayah Sichuan ditutup. Wilayah ini merupakan tempat di mana banyak orang melakukan penambangan dengan membuat fasilitas yang menyerupai industri.

 

Tidak hanya Sichuan, ada beberapa tempat di China yang menjadi tempat penambangan, seperti Xinjiang dan Yunnan. Beberapa di antara mereka membuat pembangkit mandiri untuk memasok listrik bagi fasilitas penambangan. China menguasai sekitar 75 persen penambangan mata uang kripto global.

 

Tindakan Pemerintah China itu dilanjutkan dengan meminta agar seluruh transaksi dan penyelesaian jual beli aset kripto di lembaga keuangan dihentikan. Mereka juga meminta seluruh lembaga keuangan di negara itu tidak melayani pembukaan rekening dan layanan lainnya terkait dengan mata uang kripto.

 

Langkah China ini sebenarnya bukan hal baru. Mereka pernah menekan industri penambangan dan juga melarang perdagangan bitcoin pada 2013. Perusahaan-perusahaan keuangan tidak diperkenankan menangani perdagangan mata uang bitcoin. Namun, penambangan dan perdagangan aset kripto itu tetap berdiri.

 

Pada 2017, mereka mendorong agar usaha penambangan itu dilakukan di luar negeri. Saat itu, China juga sempat meminta penutupan bursa jual beli mata uang kripto. Alasan China melakukan tindakan itu karena ingin mengendalikan perdagangan mata uang kripto. Akan tetapi, tindakan tahun 2017 tidak juga menghentikan penambangan yang malah makin marak.

 

Sejak Mei tahun ini, China telah melakukan langkah keras dengan meminta penutupan aktivitas penambangan bitcoin. Saat itu harga bitcoin anjlok hingga 30 persen. Beberapa perusahaan yang melakukan penambangan dan juga menjalankan transaksi mata uang kripto menghentikan aktivitasnya. Sejumlah perusahaan yang memasok ”mesin penambangan” juga sudah tidak lagi mengirim fasilitas itu ke China.

 

Beberapa perusahaan penambangan bitcoin di China telah berpikir untuk berpindah keluar China agar bisa leluasa menambang bitcoin. Mereka memilih di tempat yang bersuhu rendah seperti Kanada atau tempat baru seperti Afghanistan. Langkah itu tidak seluruhnya menghentikan bisnis mereka hingga dilakukan tindakan keras pekan lalu.

 

Kita jadi menduga-duga, apa alasan di balik langkah-langkah yang dilakukan China? Beberapa kali tindakan keras dilakukan, tetapi juga tidak otomatis menghentikan penambangan dan transaksi mata uang kripto.

 

Sejumlah alasan China melakukan tindakan itu muncul di sejumlah media. Pada tahun 2017, China, seperti dikutip laman Time, mengatakan alasan penutupan aktivitas penambangan karena kehadiran mata uang kripto akan mengganggu stabilitas keuangan. Mereka ingin agar tidak ada guncangan-guncangan dalam pengelolaan industri keuangan di negara itu.

 

Namun, kebijakan ini agak aneh karena saat itu Pemerintah China terkesan tidak melarang atau tidak mendukung penambangan dan transaksi mata uang kripto. Mereka seperti tutup mata.

 

Alasan lainnya adalah Pemerintah China merasa terganggu dengan konsumsi energi oleh industri penambangan bitcoin. Beberapa waktu lalu banyak pihak menyebutkan bahwa konsumsi energi penambangan global sangat besar, yaitu sekitar konsumsi energi Argentina atau Norwegia.

 

Pemilik Tesla, Elon Musk, juga menghentikan penggunaan bitcoin dengan alasan ini. Penambangan bitcoin dikhawatirkan akan merongrong rencana program karbon netral China pada 2060. Tanpa langkah berarti, China memproduksi emisi karbon sekitar 130 juta ton karbon sampai 2024.

 

Meski demikian, berbagai alasan itu tidak membuat kalangan analis yakin dengan kebijakan China tersebut. Ada yang menyebut langkah China sebagai bagian untuk mengetes pasar. Ada pula yang menyebutkan bahwa ada hubungan misterius atau aneh antara China dan bitcoin. Sekian tahun mereka tidak mengeluarkan kebijakan yang tegas terhadap mata uang ini. Ada tarik-ulur dan kadang ada pula kebijakan yang keras, tetapi mereka juga terkesan tutup mata.

 

Ancaman penutupan telah berkali-kali dikeluarkan oleh otoritas, tetapi fasilitas penambangan masih saja bermunculan. Bahkan, fasilitas-fasilitas penambangan cukup besar malah berdiri.

 

Pemerintah pusat memang melarang operasi penambangan mata uang kripto, tetapi pemerintah daerah tidak juga menutup industri penambangan. Mereka seperti berbeda sikap. Perbedaan yang sangat jarang di negeri itu.

 

”Tidak ada yang pasti dari retorika yang dikeluarkan oleh otoritas China,” kata CEO Crypto Compare Charles Hayter, seperti dikutip laman CNBC. Oleh karena itu, ia memperkirakan dampak kebijakan China tidak akan besar. Apalagi ia memperkirakan volume perdagangan di China hanya sekitar 20 persen. Jumlah lebih besar berada di Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan.

 

Lama-lama orang juga sudah mengetahui bahwa langkah otoritas China itu berubah-ubah sehingga pasar pun lama-lama kebal. China terkesan melarang penambangan di dalam negeri, tetapi juga mendorong operasi di luar negeri. Di sini sebenarnya China masih punya kepentingan terhadap mata uang ini.

 

Tidak aneh apabila ulah China kali ini dianggap tidak beda dengan kicauan Elon Musk di Twitter. Keduanya mengguncang bursa dengan sejumlah pernyataan. Bedanya, kali ini yang melakukan adalah otoritas negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia, sementara Musk adalah pemilik perusahaan privat yang selalu melakukan inovasi.

 

Ucapan Musk menjadi semacam mantra yang kerap diikuti oleh investor. Keduanya seperti tengah melakukan tes pasar. China mungkin saja hendak memberi sinyal kepada dunia, ”saya juga bisa melakukannya”. Kita lihat saja ke depan apakah keduanya memang mirip. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar