Ada
Hubungan Misterius antara China dan Uang Kripto Andreas Maryoto ; Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”)
Kompas |
KOMPAS, 24 Juni 2021
Dalam sepekan ini langkah
China yang melakukan tindakan drastis dengan meminta penghentian penambangan
bitcoin dan juga menghentikan transaksi mata uang kripto telah mengguncang
bursa. Hampir semua mata uang kripto yang sering diperdagangkan mengalami
penurunan nilai secara signifikan. Ada apa di balik tindakan keras China? Investor aset kripto hanya
bisa gigit jari sepanjang pekan lalu hingga pekan ini. Dalam beberapa hari
ini aset mereka turun drastis karena nilai sejumlah mata uang kripto anjlok. Secara total aset senilai
300 miliar dollar AS menguap dari pasar sejak Jumat pekan lalu menyusul
tindakan China itu. Sejumlah mata uang yang turun drastis antara lain
bitcoin, ethereum, dan dogecoin. Harga bitcoin anjlok dari 37.981 dollar AS
per satu bitcoin pada Jumat pekan lalu menjadi 31.716 dollar AS pada Selasa
lalu. Jumat pekan lalu
Pemerintah China meminta agar penambangan mata uang kripto di wilayah Sichuan
ditutup. Wilayah ini merupakan tempat di mana banyak orang melakukan
penambangan dengan membuat fasilitas yang menyerupai industri. Tidak hanya Sichuan, ada
beberapa tempat di China yang menjadi tempat penambangan, seperti Xinjiang
dan Yunnan. Beberapa di antara mereka membuat pembangkit mandiri untuk
memasok listrik bagi fasilitas penambangan. China menguasai sekitar 75 persen
penambangan mata uang kripto global. Tindakan Pemerintah China
itu dilanjutkan dengan meminta agar seluruh transaksi dan penyelesaian jual
beli aset kripto di lembaga keuangan dihentikan. Mereka juga meminta seluruh
lembaga keuangan di negara itu tidak melayani pembukaan rekening dan layanan
lainnya terkait dengan mata uang kripto. Langkah China ini
sebenarnya bukan hal baru. Mereka pernah menekan industri penambangan dan
juga melarang perdagangan bitcoin pada 2013. Perusahaan-perusahaan keuangan
tidak diperkenankan menangani perdagangan mata uang bitcoin. Namun,
penambangan dan perdagangan aset kripto itu tetap berdiri. Pada 2017, mereka
mendorong agar usaha penambangan itu dilakukan di luar negeri. Saat itu,
China juga sempat meminta penutupan bursa jual beli mata uang kripto. Alasan
China melakukan tindakan itu karena ingin mengendalikan perdagangan mata uang
kripto. Akan tetapi, tindakan tahun 2017 tidak juga menghentikan penambangan
yang malah makin marak. Sejak Mei tahun ini, China
telah melakukan langkah keras dengan meminta penutupan aktivitas penambangan
bitcoin. Saat itu harga bitcoin anjlok hingga 30 persen. Beberapa perusahaan
yang melakukan penambangan dan juga menjalankan transaksi mata uang kripto
menghentikan aktivitasnya. Sejumlah perusahaan yang memasok ”mesin
penambangan” juga sudah tidak lagi mengirim fasilitas itu ke China. Beberapa perusahaan
penambangan bitcoin di China telah berpikir untuk berpindah keluar China agar
bisa leluasa menambang bitcoin. Mereka memilih di tempat yang bersuhu rendah
seperti Kanada atau tempat baru seperti Afghanistan. Langkah itu tidak
seluruhnya menghentikan bisnis mereka hingga dilakukan tindakan keras pekan
lalu. Kita jadi menduga-duga,
apa alasan di balik langkah-langkah yang dilakukan China? Beberapa kali
tindakan keras dilakukan, tetapi juga tidak otomatis menghentikan penambangan
dan transaksi mata uang kripto. Sejumlah alasan China
melakukan tindakan itu muncul di sejumlah media. Pada tahun 2017, China,
seperti dikutip laman Time, mengatakan alasan penutupan aktivitas penambangan
karena kehadiran mata uang kripto akan mengganggu stabilitas keuangan. Mereka
ingin agar tidak ada guncangan-guncangan dalam pengelolaan industri keuangan
di negara itu. Namun, kebijakan ini agak
aneh karena saat itu Pemerintah China terkesan tidak melarang atau tidak
mendukung penambangan dan transaksi mata uang kripto. Mereka seperti tutup
mata. Alasan lainnya adalah
Pemerintah China merasa terganggu dengan konsumsi energi oleh industri
penambangan bitcoin. Beberapa waktu lalu banyak pihak menyebutkan bahwa
konsumsi energi penambangan global sangat besar, yaitu sekitar konsumsi
energi Argentina atau Norwegia. Pemilik Tesla, Elon Musk,
juga menghentikan penggunaan bitcoin dengan alasan ini. Penambangan bitcoin
dikhawatirkan akan merongrong rencana program karbon netral China pada 2060.
Tanpa langkah berarti, China memproduksi emisi karbon sekitar 130 juta ton
karbon sampai 2024. Meski demikian, berbagai
alasan itu tidak membuat kalangan analis yakin dengan kebijakan China tersebut.
Ada yang menyebut langkah China sebagai bagian untuk mengetes pasar. Ada pula
yang menyebutkan bahwa ada hubungan misterius atau aneh antara China dan
bitcoin. Sekian tahun mereka tidak mengeluarkan kebijakan yang tegas terhadap
mata uang ini. Ada tarik-ulur dan kadang ada pula kebijakan yang keras,
tetapi mereka juga terkesan tutup mata. Ancaman penutupan telah
berkali-kali dikeluarkan oleh otoritas, tetapi fasilitas penambangan masih
saja bermunculan. Bahkan, fasilitas-fasilitas penambangan cukup besar malah
berdiri. Pemerintah pusat memang
melarang operasi penambangan mata uang kripto, tetapi pemerintah daerah tidak
juga menutup industri penambangan. Mereka seperti berbeda sikap. Perbedaan
yang sangat jarang di negeri itu. ”Tidak ada yang pasti dari
retorika yang dikeluarkan oleh otoritas China,” kata CEO Crypto Compare
Charles Hayter, seperti dikutip laman CNBC. Oleh karena itu, ia memperkirakan
dampak kebijakan China tidak akan besar. Apalagi ia memperkirakan volume
perdagangan di China hanya sekitar 20 persen. Jumlah lebih besar berada di
Amerika Serikat, Jepang, dan Korea Selatan. Lama-lama orang juga sudah
mengetahui bahwa langkah otoritas China itu berubah-ubah sehingga pasar pun
lama-lama kebal. China terkesan melarang penambangan di dalam negeri, tetapi
juga mendorong operasi di luar negeri. Di sini sebenarnya China masih punya
kepentingan terhadap mata uang ini. Tidak aneh apabila ulah
China kali ini dianggap tidak beda dengan kicauan Elon Musk di Twitter.
Keduanya mengguncang bursa dengan sejumlah pernyataan. Bedanya, kali ini yang
melakukan adalah otoritas negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia,
sementara Musk adalah pemilik perusahaan privat yang selalu melakukan
inovasi. Ucapan Musk menjadi
semacam mantra yang kerap diikuti oleh investor. Keduanya seperti tengah
melakukan tes pasar. China mungkin saja hendak memberi sinyal kepada dunia,
”saya juga bisa melakukannya”. Kita lihat saja ke depan apakah keduanya
memang mirip. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar