Komunikasi
Risiko dan Harapan Tajuk Kompas ; Dewan Redaksi Kompas |
KOMPAS, 25 Juni 2021
Presiden Joko Widodo
memilih menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan berskala mikro untuk mengendalikan
laju penularan virus Covid-19. Presiden menegaskan
pernyataan itu di Istana, Rabu, 23 Juni 2021. Presiden menyatakan istilah
PPKM mikro dan lockdown punya esensi yang sama sehingga tidak perlu
dipertentangkan. Sebelum meneguhkan kembali keputusan politik pengendalian
pandemi Covid-19, Presiden mengaku sudah mendengarkan masukan masyarakat.
”Dan, yang paling tepat adalah PPKM mikro,” kata Presiden Jokowi. Indonesia, khususnya Pulau
Jawa, sebenarnya memasuki situasi genting dalam pengendalian Covid-19. Laju
penularannya tinggi. Jumlah kasus terkonfirmasi positif Covid-19 per 21 Juni
2021 sudah menembus angka 2 juta. Hanya butuh waktu 147 hari dari jumlah
terkonfirmasi positif 1 juta pada 26 Januari 2021. Sebelumnya, butuh waktu
331 hari untuk mencapai 1 juta, sejak Presiden Jokowi mengumumkan kasus
pertama terkonfirmasi positif pada 2 Maret 2020. Sejumlah fasilitas kesehatan
kewalahan menangani Covid-19. Para tenaga kesehatan mulai kelelahan. Begitu
juga kondisi psikologis masyarakat. Kebijakan PPKM mikro yang
ditegaskan Presiden Jokowi harus didukung semua komponen masyarakat.
Masalahnya, istilah PSBB (pembatasan sosial berskala besar), PPKM
(pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat), dan lockdown (karantina
wilayah) telanjur dibaca secara politik. Menerapkan karantina wilayah kadang
dirasakan sebagai kekalahan secara politik. Padahal, bisa saja orang yang
memperdebatkan PSBB, PPKM, dan lockdown mempunyai konsep pemahaman
berbeda-beda. Kita mendorong pemerintah
transparan dalam menyampaikan data Covid-19 dan membenahi komunikasi publik,
khususnya komunikasi risiko dan juga komunikasi harapan. Transparansi data
bisa meningkatkan kepercayaan publik kepada elite politik. Libatkan juga
tokoh masyarakat atau pemuka agama informal untuk membantu mengedukasi
masyarakat. PPKM mikro atau apa pun istilahnya tak punya arti tanpa penegakan
aturan. Elite politik hendaknya
berhati-hati dan tak memanfaatkan pandemi sebagai pencitraan politik dirinya.
Pemimpin adalah teladan. Para elite hendaknya bicara sesuai dengan tugas
pokok dan fungsinya terlebih untuk urusan dunia medis. Salah kata atau salah
penyampaian bisa menimbulkan kontroversi tak berkesudahan. Yang perlu
disampaikan adalah harapan. Pemerintah siap mengantisipasi semuanya.
Tunjukkan kesiapan tempat isolasi mandiri baru, tunjukkan pembangunan rumah
sakit darurat. Harapan perlu disampaikan. PPKM membutuhkan
kedisiplinan aturan itu. Percepatan vaksinasi menjadi keharusan. Namun,
pikirkan tenaga vaksinator dan vaksin yang terbatas. Di wilayah hilir, layanan
kesehatan tetap harus diperkuat dan dibangun sistem informasi berbasis
digital yang membuat rakyat mudah mengakses layanan kesehatan. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar