Kini
Mereka Bertanding Membangun Kehidupan di Luar Angkasa Andreas Maryoto ; Wartawan (Penulis Kolom “Industri Digital”)
Kompas |
KOMPAS, 17 Juni 2021
Perbincangan di kalangan perusahaan
teknologi digital tidak lagi berkutat pada masalah bisnis digital murni.
Sejak beberapa tahun lalu, diskusi tentang upaya membangun kehidupan di luar
angkasa makin mengemuka. Mereka juga membuat inisiatif untuk terbang ke luar
angkasa. Kini pertandingan untuk
membangun kehidupan baru di luar angkasa makin nyata di kalangan perusahaan
teknologi digital. Pekan lalu, pemenang
lelang terbang dengan wahana New Shepard yang merupakan pesawat buatan Blue
Origin, perusahaan milik CEO Amazon Jeff Bezos, sudah ditentukan meski
namanya belum diumumkan ke publik. Pemenang dan Bezos serta saudaranya akan
terbang pada 20 Juli nanti. Si pemenang kabarnya berhasil mengungguli 6.000
peserta lainnya setelah menawar dengan harga tertinggi, yaitu 28 juta dollar
AS. Penerbangan itu akan
melengkapi prakarsa penerbangan oleh perusahaan swasta ke luar angkasa.
Mereka yang memulai bisnis itu dari pemilik Virgin Galactic, Richard Branson,
hingga pemilik SpaceX, Elon Musk. Tidak hanya mereka, perusahaan rintisan
bernama Axiom Space ikut masuk ke dalam gelanggang. Perusahaan yang dibiayai
secara komersial berhasil mendapatkan pendanaan seri B dengan nilai 130 juta
dollar AS. Pertandingan penerbangan
ke ruang angkasa itu membawa bisnis industri ruang angkasa sudah tidak lagi
sekadar berkait dengan satelit dan data saja. Saat ini sebenarnya adalah
langkah awal dari eksplorasi untuk membangun kehidupan manusia masa depan di
ruang angkasa. Mereka mempunyai impian
tentang kehidupan di luar angkasa setelah lebih dari 50 tahun yang lalu Neil
Armstrong menjejakkan kaki di Bulan. Meski masih banyak yang belum terbuka,
perusahaan-perusahaan penerbangan luar angkasa pasti memiliki impian yang
jauh dari sekadar kita dengar dan kita baca. Mereka tentu juga
memikirkan aspek bisnis dari impian-impian itu. Morgan Stanley menyebutkan
proyek ekonomi ruang angkasa dapat menghasilkan pendapatan hingga lebih dari
1 triliun dollar AS pada 2040. Angka ini melonjak dari 350 miliar dollar AS
pada 2020. Oleh karena itu, ekonomi ruang angkasa akan membutuhkan sejumlah
pekerjaan di luar pekerjaan teknis ruang angkasa. ”Kami membutuhkan ilmuwan
dan juga perekayasa seperti sekarang ini, tetapi kami juga membutuhkan
arsitek ruang angkasa, kami membutuhkan seniman ruang angkasa, desainer ruang
angkasa, serta juga ahli hukum yang akan membantu kami berurusan dengan
kebijakan dan pertanyaan legal yang akan muncul dalam dekade ke depan,” kata
Ariel Ekblaw, pendiri dan Direktur MIT’s Space Exploration Initiative, kepada
Yahoo Finance. Pertandingan terbang ke luar
angkasa dan impian membangun kehidupan di luar angkasa tentu membutuhkan
ide-ide besar agar semua bisa terealisasikan. Ide-ide itu semisal mereka akan
membangun kehidupan di planet lain, memunculkan program wisata luar angkasa,
dan membangun penginapan di luar angkasa. Tidak mengherankan bila di internet
telah bermunculan ide-ide untuk membuat kehidupan di luar Bumi. Saat ini kita
masih menganggap ide-ide itu aneh dan mungkin tidak masuk akal. Namun, semua
bakal berubah. Saat ini penerbangan ke
luar angkasa pasti sangat mahal, tetapi suatu saat harga tiketnya akan
menurun. Mungkin saja pada saatnya penerbangan ke luar angkasa menjadi hal
yang biasa. Hanya orang-orang ”gila” yang memikirkan semua ini.
Pekerjaan-pekerjaan baru akan segera bermunculan dan kompetisi penerbangan ke
luar angkasa sudah pasti akan memunculkan masalah. Tidak hanya antarnegara,
tetapi juga perusahaan-perusahaan yang bersaing untuk memenangi bisnis di
luar angkasa. Seorang penulis lepas
bernama Michael D Shaw di dalam laman Space menulis, jika perusahaan swasta
mulai menjelajahi dan menggapai tujuan akhir, yaitu membangun pos terdepan manusia di Bulan dan
Mars, meluncurkan wisatawan ke luar angkasa, atau bahkan membangun hotel luar
angkasa mewah di orbit, dunia akan membutuhkan undang-undang yang lebih jelas
untuk mengatur penggunaan komersial ruang angkasa. Pengacara dengan keahlian
lebih khusus diperlukan untuk memahami dan menafsirkan undang-undang
tersebut. Dunia memang telah
memiliki beberapa perjanjian yang mengatur apa yang dapat dan tidak dapat
dilakukan oleh entitas pemerintah di luar angkasa, seperti Perjanjian Luar
Angkasa Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun, perusahaan swasta tidak harus
mematuhi aturan yang sama karena tidak mengikat mereka. Saat diluncurkan
mungkin aturan itu dibuat tanpa mempertimbangkan perusahaan swasta masuk ke
dalam industri penerbangan luar angkasa. Masalah akan muncul di sini dan bila
dibiarkan, kompetisi akan makin merusak. Oleh karena itu, Shaw
mengatakan, setiap ilmuwan yang tengah mencari jawaban tentang misteri alam
semesta harus mulai memperhatikan hukum yang mengatur tentang apa yang dapat
kita lakukan di luar angkasa. Jika kebingungan terus berlanjut, tuntutan
hukum dapat meningkat dan biaya penjelajahan ruang angkasa mungkin menjadi tawaran
yang terlalu mahal. Gairah untuk terbang ke luar angkasa bisa saja menjadi
berkurang. Namun, di sisi lain,
kerakusan yang bersumber pada kepentingan diri selalu ada dalam jiwa manusia
sejak dulu. Karena itu, bila tidak diatur, kompetisi membangun kehidupan di
luar angkasa akan merusak. Diam-diam banyak perusahaan berinvestasi di bisnis
ini. Sebuah perusahaan modal ventura memperkirakan pada tahun 2019 saja telah
ada investasi 5,8 miliar dollar AS di bisnis penerbangan ruang angkasa. Ketika perusahaan swasta
memasuki bisnis penerbangan luar angkasa, Badan Penerbangan dan Antariksa
Amerika Serikat (NASA) yang dulu menjadi pemain utama industri ini mulai
mereposisi diri. Di lamannya, NASA menyebutkan berbeda ketika program luar
angkasa dimulai di mana mereka menjadi perintis, sekarang NASA tidak akan
berlomba dengan pesaing. Mereka memilih membangun komunitas kemitraan dengan
kalangan industri, masyarakat internasional, serta kaum akademik yang ditempa
untuk bekerja sama dan melakukan riset di stasiun luar angkasa. NASA melihat perusahaan
komersial kelak akan memainkan peran yang meningkat dalam industri luar
angkasa. Swasta masuk ke dalam bisnis peluncuran roket dan satelit,
mengangkut kargo dan awak, membangun infrastruktur di orbit rendah Bumi.
Sementara NASA akan terus menjadi pemimpin global dalam penemuan ilmiah dan
mendorong peluang untuk mengubah pengetahuan baru menjadi hal-hal yang
meningkatkan kehidupan di Bumi. Kita bisa melihat inovasi
telah mengubah lanskap bisnis penerbangan luar angkasa. NASA tidak lagi
dominan. Swasta makin berperan. Perusahaan-perusahaan yang kini secara
teknologi dan finansial berkuasa pasti akan dominan di dalam bisnis ini. Di samping itu, ide-ide
liar yang selama ini telah diterapkan di industri digital akan makin mendapatkan
tempat di dalam industri yang sangat padat teknologi. Tak sampai di sini,
mereka tentu akan makin mendekatkan kita pada pengalaman hidup di luar
angkasa dan planet lain. Impian yang tak lama lagi bakal terwujud. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar