WAWANCARA
Kehatian-hatian Kereta Cepat Sudah Pasti
Harus Dipenuhi
Hanggoro B Wiryawan ;
Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC)
|
KOMPAS, 09
Februari 2016
Isu kereta cepat
sangat marak dibicarakan di media saat ini. Ada yang pro dan kontra. Ada yang
menaruh harapan besar, ada pula yang pesimistis. Untuk memberikan gambaran
mengenai proyek ambisius bernilai lebih dari Rp 70 triliun ini, Kompas
berbincang dengan Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC)
Hanggoro B Wiryawan pekan lalu.
Salah satu yang dihebohkan adalah mengapa Tiongkok, bukan
Jepang?
Jepang akan lebih lama
pembangunannya karena harus melalui berbagai proses pembahasan, baik di
Indonesia maupun di Jepang. Saya perkirakan paling cepat urusan di atas kertas
menghabiskan waktu hingga lima tahun. Ini belum urusan prosedur pengurusan
desain dan finansialnya. Tiongkok bisa lebih cepat karena keputusan ini
diambil oleh pemimpin tertinggi kedua negara, yakni Presiden Joko Widodo dan
Presiden Xi Jinping. Kalau dengan Jepang, mereka minta menggunakan APBN dan
ada hierarkinya. Contohnya untuk pembangunan MRT saja, ketika saya duduk di
regulator, saya yang menyiapkan kajian awal sejak tahun 2000. Nyatanya tahap
I MRT baru dibangun sekarang.
Berbeda dengan proyek yang lain, kenapa kereta cepat terkesan
terburu-buru?
Proses kehatian-hatian
sudah pasti harus dipenuhi. Bukan berarti kalau cepat itu tidak hati-hati.
Selama ini saya pernah duduk sebagai regulator, jadi saya pasti akan taat
aturan. Saya sudah bertemu dengan Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, dan
saya sudah bertekad untuk memenuhi semua prosedur dan perizinan. Persoalan
izin bisa lama keluar karena pemrakarsanya malas mengurus izin. Bisa juga
regulatornya tidak siap atau sibuk. Sekarang untuk KCIC kami rajin
berkomunikasi dengan regulator untuk pengurusan izin.
Masih banyak yang rancu, KCIC itu sebenarnya swasta atau bukan,
karena ada unsur BUMN di dalamnya?
Pembentukan sebuah
BUMN itu ada aturannya dan menggunakan peraturan pemerintah. Sementara KCIC itu
dibentuk dari investasi konsorsium BUMN Indonesia dan konsorsium Tiongkok.
Karena ada unsur Tiongkok di dalamnya, status KCIC jadi swasta dengan
mayoritas saham dipegang Indonesia. Yang akan mengaudit nantinya juga kantor
akuntan publik, bukan BPK atau BPKP. Tetapi kalau pemerintah ingin mengaudit,
silakan.
Mengapa hanya Jakarta-Bandung, bukan Jakarta-Surabaya?
Investasi untuk
Jakarta-Bandung mencapai 5,57 miliar dollar AS atau Rp 70 triliun lebih.
Kalau Jakarta-Surabaya yang jaraknya lima kali daripada Jakarta-Bandung, ya,
tinggal dikali lima saja modalnya. Swasta mana yang mau investasi sedemikian
besar? Investasi besar karena semua kebutuhan kami harus sediakan sendiri,
termasuk pembebasan lahan. Bandingkan dengan jalan tol, yang lahannya
disediakan pemerintah.
Ada kekhawatiran KCIC akan merugi karena harga tiket tidak akan
mampu membayar investasi, sementara penjualan properti tidak bisa cepat.
Bagaimana KCIC akan mengatasi masalah itu?
Pembangunan
infrastruktur kereta cepat akan dibarengi dengan sistem transit oriented development (TOD), yakni pembangunan kawasan
properti yang diharapkan bisa mendorong jumlah pelaju kereta cepat. Oleh
karena itu, properti yang dibangun bukan hanya hunian, melainkan juga ada
kawasan bisnis, niaga, dan hiburan, seperti Disneyland dan Universal
Studio.
Mengenai anggapan
investasi properti baru terlihat setelah 10 tahun, kami juga sudah
memperhitungkan. Lima tahun pertama dioperasikannya kereta cepat, pasti masih
merugi, tetapi sudah mulai diimbangi dengan kawasan properti.
Apakah keuangan KCIC kuat menghadapi kerugian di lima tahun
pertama?
Kami mendapat kucuran
pinjaman dari sindikasi perbankan yang akan mengalir selama tiga tahun
pembangunan. Mungkin pencairannya 20-40-40, atau 20-50-30. Dana itu tidak
dihabiskan semua. Kami masih bisa pakai untuk biaya operasional hingga
beberapa tahun ke depan. Lagi pula ada masa tenggang hingga 10 tahun, jadi
cicilan dan bunga baru dibayar di tahun ke-11. Tiongkok tentu juga tidak akan
membiarkan proyek ini rugi karena ada empat BUMN Tiongkok di dalamnya. Kalau
terjadi sesuatu di kemudian hari, tentu bisa dibicarakan bersama, apakah
jangka waktu kredit diperpanjang atau lainnya.
Bagaimana dengan pengembangan kawasan TOD?
Kami sudah menunjuk
tiga konsultan internasional yang sudah berpengalaman mengembangkan kawasan
pada lokasi persinggahan. Jejak karya mereka bisa dilihat di Eropa, Amerika,
Australia, dan Asia. Contohnya Marina
Bay Sands Singapura, Stadion
Nasional Beijing, Dubai Metro, MRT Hongkong, kawasan Sydney Opera House, dan sebagainya.
Apa dampak ekonomi dari pembangunan kereta cepat ini?
Pembangunan ini akan
menstimulus pertumbuhan ekonomi nasional secara signifikan. Tenaga kerja yang
diserap saat konstruksi kereta cepat mencapai 39.000 pekerja, saat konstruksi
TOD 20.000 pekerja, dan saat operasional TOD mencapai 28.000 pekerja. Selain itu,
kami juga akan membangun pabrik rolling
stock (gerbong) kereta cepat untuk dijual ke negara-negara ASEAN karena
negara-negara ASEAN juga akan membangun kereta cepat. Kami juga sedang
mempersiapkan pabrik aluminium, bekerja sama dengan PT Inalum (Persero) untuk
memasok kebutuhan aluminium.
Ada kabar yang menyebutkan kereta cepat Indonesia harganya lebih
mahal daripada Iran. Tanggapan Anda?
Kereta cepat Indonesia
berbeda dengan Iran karena jenis investasinya juga berbeda. Kita investasi
penuh, sementara Iran hanya sebagian pekerjaan. Tekanan memang besar karena
pro dan kontra. Tetapi saya menghadapi dengan tenang. Ini penugasan negara. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar