Jokowi
dan Kebangkitan Bangsa Maritim
Yussuf Solichien M ; Ketua Umum DPP HNSI
|
SINAR
HARAPAN, 02 Oktober 2014
Visi
presiden terpilih Jokowi untuk menjadikan Indonesia sebagai negara maritim
yang kuat dan mandiri, serta menjadi poros maritim dunia, telah menjadi
pembicaraan dan diskusi di semua kalangan; termasuk para akademikus, pakar,
dan praktisi di bidang kelautan, juga lebih spesifik lagi di bidang maritim.
Alfred
Thayer Mahan (1890) mengatakan, kekuatan maritim merupakan unsur yang sangat
penting bagi kejayaan suatu bangsa. Ia juga menegaskan, “Siapa yang dapat
menguasai lautan, dia akan menguasai Dunia.”
Apa yang
dikatakan Mahan sebenarnya bukan hal yang baru bagi bangsa Indonesia. Nenek
moyang kita telah memahami makna dan kegunaan laut sebagai tempat dan sarana
bagi kepentingan antarbangsa, terutama untuk kepentingan perhubungan dan
perdagangan.
Kerajaan
Sriwijaya (683-1030 M) dan Kerajaan Majapahit (1293-1478 M) merupakan
kerajaan maritim terkuat di Asia Tenggara pada zamannya. Kerajaan Sriwijaya
dan Majapahit mampu membangun kebesaran dan kejayaannya karena ketajaman visi
maritim, serta kesadaran terhadap konfigurasi wilayah kerajaan yang sebagian
besar lautan.
Untuk
mewujudkan Indonesia menjadi poros maritim dunia, yang paling utama dilakukan
adalah membangun Indonesia sebagai negara maritim yang kuat, mandiri,
sejahtera, dan berwibawa di dunia internasional. Dalam dunia internasional
yang anarkistis, hanya negara-negara kuat saja yang dipandang dan disegani
negara-negara seklilingnya.
Untuk
menjadi negara maritim yang kuat dan berwibawa, ada beberapa persyaratan
utama, di antaranya adalah memiliki kepemimpinan nasional, visi maritim,
politik maritim, ekonomi dan budaya maritim yang kuat, serta memiliki
angkatan laut yang kuat, profesional, dan berwibawa.
Kepemimpinan yang Kuat
Untuk
menjadi menjadi negara maritim yang kuat dan mandiri serta menjadi poros
maritim dunia, Indonesia harus memiliki pemimpin yang kuat dengan visi
maritim yang jelas dan menjangkau jauh ke depan.
Dari
berbagai penampilan dan rekam jejak presiden terpilih Jokowi, kita dapat
melihat ia adalah seorang pemimpin kuat, tegas, dan berani. Visi maritim
Jokowi merupakan modal bagi bangsa Indonesia untuk bangkit menjadi sebuah
bangsa maritim yang besar, kuat, sejahtera, dan disegani di dunia
internasional.
Politik Maritim yang Kuat
Politik
negara hingga kini lebih berorientasi ke darat. Padahal, Indonesia adalah
negara maritim. Hal ini dapat dilihat dari pardigma pembangunan nasional
lebih berorientasi ke darat. Akibatnya, pembangunan sektor kelautan
terabaikan. Demikian juga politik anggaran negara, lebih mengutamakan pembangunan
sektor daratan.
Anggaran
yang dialokasikan untuk pembangunan sektor kelautan dan perikanan jauh lebih
kecil ketimbang sektor pertanian, kehutanan, dan sektor darat lainnya. Oleh
karena itu, pemerintahan Jokowi ke depan harus memiliki politik maritim yang
kuat dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan publik dan politik anggaran yang
berorientasi kepada pembangunan sektor maritim yang berkesinambungan.
Ekonomi Maritim yang Kuat
Untuk
menjadi negara maritim yang kuat, Indonesia harus memiliki ekonomi yang kuat
dan khususnya ekonomi maritim yang kuat.
Total
potensi ekonomi kelautan Indonesia mencapai US$ 1,2 triliun (setara PDB
nasional saat ini), yaitu dari usaha perikanan tangkap dan budi daya,
industri pengolahan hasil perikanan, industri bioteknologi, pertambangan dan
energi, pariwisata bahari, transportasi laut, industri maritim, sumber daya
wilayah pulau-pulau kecil, hutan mangrove, dan sumber daya nonkonvensional.
Namun, semua itu belum dikelola dengan baik. Kontribusi sektor ekonomi
kelautan terhadap PDB Indonesia hanya 22 persen.
Visi
maritim Presiden Jokowi merupakan landasan kuat bagi seluruh stakeholders
pembangunan sektor maritim, untuk bahu-membahu dan bergotong-royong
membangkitkan industri maritim sebagai prime mover dalam pembangunan nasional
Indonesia.
Pemerintah
hendaknya turun tangan mendukung industri maritim. Perbankan nasional harus
memberikan kemudahan dan keringanan bagi pelaku usaha industri maritim. Perguruan
tinggi dan lembaga riset terus melakukan pengembangan dan inovasi teknologi
maritim.
Pengalaman
negara-negara ekonomi maju, seperti Jepang, Korea Selatan, dan sekarang
Tiongkok, menunjukkan sinergi kuat antara pemerintah, perbankan nasional,
perguruan tinggi, dan dunia usahanya mengakibatkan kemajuan yang pesat dalam
pembangunan industrinya. Di samping itu, visi industri maritim yang kuat
mengakibatkan mereka bekerja cerdas dan keras untuk mewujudkan visinya.
Contohnya
Korea Selatan, pada 1980-an industri maritimnya yang dimotori Hyundai,
Samsung, dan Daewoo, mencanangkan visi mereka bahwa Industri galangan kapal
Korea dalam 20 tahun ke depan harus mengalahkan industri galangan kapal
Jepang. Dengan visi yang jelas itu, pemerintah, perbankan, perguruan tinggi,
dan industri galangan kapal bahu-membahu mewujudkannya.
Konsep
Tol Laut yang dicanangkan Presiden Jokowi harus segera diwujudkan dengan
melakukan pembenahan-pembenahan pelabuhan niaga, dengan semua sarana
prasarana dan fasilitasnya. Pembangunan kapal-kapal niaga yang modern oleh
galangan kapal dalam negeri, pengembangan industri galangan kapal yang
ditopang dukungan pemerintah, dan perbankan nasional serta penggunaan
teknologi mutakhir dalam pengelolaan sistem transportasi dan sistem logistik
nasional.
Budaya Maritim yang Kuat
Bagi
masyarakat Indonesia, dewasa ini laut dipandang sebagai beranda belakang
rumah dan menjadi “jamban” bagi semua limbah dari aktivitas industri dan
individu manusia Indonesia. Sebagai bangsa maritim, seharusnya laut dijadikan
beranda depan rumah yang indah dan menawan, yang dipelihara kelestariannya
karena laut adalah harapan dan masa depan bangsa Indonesia.
Namun,
sayangnya budaya maritim bangsa Indonesia masih sangat rendah. Hal ini dapat
dilihat dari rumah-rumah di tepi pantai masih menghadap ke darat. Pembangunan
infrastruktur lebih diutamakan pembangunan infrastruktur darat, sehingga
pembangunan infrastruktur laut diabaikan.
Oleh
karena itu, tidak pilihan lain bagi pemerintahan Jokowi, untuk melakukan
gerakan nasional membangkitkan budaya maritim bangsa Indonesia, di seluruh
lapisan sosial masyarakat Indonesia tingkat pusat maupun daerah. Hal tidak
kalah penting adalah adanya hukum yang jelas dan penegakan hukum yang kuat di
laut.
Angkatan Laut yang Kuat
Sebagai
negara maritim, semua akses masuk ke wilayah Negara Indonesia sebagian besar
melalui laut. Untuk melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah
darah Indonesia, memiliki Angkatan Laut yang kuat, profesional, dan berwibawa
merupakan keniscayaan, bukan sebuah kemewahan.
Oleh
karena itu, pengembangan dan pembangunan TNI harus terus dilanjutkan. TNI
yang kuat, profesional, dan berwibawa merupakan faktor penangkal agar
negara-negara lain berpikir beberapa kali untuk menggangu dan melaksanakan intervensi
terhadap Indonesia.
Dengan dimilikinya kepemimpinan nasional, visi maritim, politik
maritim, ekonomi maritim, dan budaya maritim yang kuat serta TNI Angkatan
Laut yang kuat, profesional, dan berwibawa, tidak dapat diragukan lagi
Indonesia kelak akan menjadi Poros Maritim Dunia, seperti yang dicanangkan
Presiden Jokowi. Semoga! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar