Puasa
Subsidi BBM
Susilo Siswoutomo ; Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral
|
KOMPAS,
19 April 2014
SEBUAH
kekeliruan apabila ada anggapan bahwa kita masih kaya raya akan sumber energi
fosil. Secara obyektif, sumber energi fosil yang dimiliki Indonesia, terutama
minyak, yang apabila tak ditemukan sumber baru dan dikelola dengan bijak
sejatinya sudah masuk di ambang krisis.
Cadangan
terbukti minyak bumi Indonesia tinggal 3,7 miliar barrel (bandingkan dengan
Venezuela 300 miliar barrel), gas 104 triliun kaki kubik (tcf) (Qatar lebih
dari 1.000 tcf), dan batubara 55 miliar ton (Tiongkok 120 miliar ton).
Singkatnya, dalam energi fosil, republik ini boleh disebut sudah mulai rapuh,
lebih-lebih kalau usaha eksplorasi untuk menemukan cadangan baru diabaikan.
Puasa subsidi
Pada
2013 konsumsi bahan bakar minyak (BBM) kita adalah 1,4 juta barrel per hari
(bph). Ini dipasok dari hasil pengilangan minyak mentah produksi dalam negeri
sebesar 650.000 bph (dari produksi pada 2013 rata-rata 825.000 bph), hasil
proses pengilangan minyak mentah impor rata-rata 350.000 bph (kapasitas
kilang dalam negeri 1 juta bph) dan impor BBM sebesar 400.000 bph. Artinya,
setiap hari kita harus mengimpor rata-rata 350.000 bph minyak mentah plus
400.000-500.000 bph BBM. Dengan harga rata-rata minyak mentah 106 dollar AS
per barel dan BBM impor 120 dollar AS per barel, devisa yang harus diusahakan
negara sekitar 95 juta dollar AS per hari.
Kebutuhan
BBM tersebut tumbuh dan bertambah rata-rata 120.000 bph per tahun, seiring
dengan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,8 persen dan pertambahan penduduk 1,1
persen. Pada 2014 konsumsi BBM akan meningkat menjadi sekitar 1,5 juta bph
lebih, impor BBM akan terus meningkat, demikian juga jumlah devisa yang
dibutuhkan. Konklusinya adalah kita sudah terseok- seok memenuhi konsumsi BBM
domestik sehingga harus dikendalikan.
Oleh
sebab itu, kalau gerak pembangunan nasional berjalan linier, secara rasional
Indonesia perlu waktu lama untuk bisa mengejar dan masuk ke jajaran
negara-negara yang tergabung dalam BRIC (Brasil, Rusia, India, Tiongkok).
Tanpa ketersediaan energi yang memadai, sulit bagi kita bersaing dengan
negara-negara tersebut.
Namun,
potensi ke arah sana terbuka lebar. Mendorong akselerasi pemanfaatan gas bumi
dan pengembangan secara bertahap dan komprehensif energi baru dan terbarukan
akan menjadi katalisator pembangunan nasional. Sekarang saja produk domestik
bruto Indonesia sudah mencapai hampir 1.000 miliar dollar AS. Posisi kita
berada di peringkat ke-16 dari negara-negara anggota G-20. Pada 2040 mimpi
kita Indonesia bisa menjadi empat negara besar dunia.
Salah
satu kunci agar mimpi menjadi negara adidaya itu bisa diraih terletak pada
pengurangan subsidi BBM, apalagi kalau penghapusan subsidi. Jumlah kuota BBM
subsidi pada 2014 yang sudah disetujui Dewan Perwakilan Rakyat adalah 48 juta
kiloliter (atau 48 miliar liter) dan subsidi yang disetujui Rp 200 triliun.
Berarti lebih dari Rp 500 miliar per hari. Jumlah ini besar sekali sehingga
harus dikurangi secara bertahap dan pada saatnya nanti dihapuskan seiring
dengan meningkatnya daya beli masyarakat.
Terkait
ini, saya melontarkan ide tentang gerakan nasional ”puasa subsidi BBM”.
Apabila dua hari dalam satu minggu, katakanlah setiap Senin dan Kamis,
konsumen BBM ”berpuasa” membeli BBM bersubsidi dan membeli BBM sesuai dengan
harga keekonomian (harga nirsubsidi), setiap minggu akan ada efisiensi lebih
dari Rp 1 triliun. Dengan demikian, sebulan akan terkumpul Rp 4 triliun dan
setahun Rp 48 triliun.
Dengan
dana sebesar itu, banyak infrastruktur bisa dibangun di seluruh Tanah Air dan
pertumbuhan ekonomi bisa dijaga. Ini pasti akan mempercepat integrasi ekonomi
nasional sehingga Indonesia tidak saja bisa mengejar BRIC, tetapi juga
menjadi negara adidaya.
Langkah simultan
Agar
mimpi Indonesia menjadi negara adidaya terwujud, pemerintah membutuhkan
dukungan mutlak para pemangku kepentingan, terutama DPR, mengambil risiko
politik bersama guna menghentikan subsidi premium yang sebenarnya justru
memiskinkan masyarakat; salah satunya karena kurang tepat sasaran.
Seiring
dengan itu, secara simultan pemerintah juga akan mendorong restrukturisasi
dan pembangunan kilang minyak, pembangunan infrastruktur distribusi gas sesuai
dengan pertumbuhan kebutuhan konsumen domestik, mengoptimalkan kapasitas
produksi sumber energi primer guna mengamankan pasokan dalam negeri,
pengembangan secara masif energi baru dan terbarukan sekaligus menggiatkan
penghematan energi secara keseluruhan.
Langkah
tersebut akan diperkuat oleh langkah pemerintah dan pemangku kepentingan
terkait untuk mendorong para pelaku industri kontrak kerja sama melakukan
eksplorasi secara masif di area masing-masing. Eksplorasi dimaksud adalah
mencari ladang-ladang minyak di belahan dunia lain, cekungan-cekungan di
frontiers, memfasilitasi para investor dengan berbagai terobosan kebijakan
yang memadai, dan, sekali lagi, jangan lupa ”puasa subsidi bahan bakar
minyak” secara nasional.
Semoga. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar