Peran
Buku dalam Menentukan Pilihan
Anton Prasetyo ; Editor Buku
di Penerbit DIVA Press Yogyakarta
|
MEDIA
INDONESIA, 14 April 2014
JELANG pemilu 9 April lalu,
penerbitan buku politik sangat gencar. Tak terkecuali, para tokoh politik
yang sedang bertarung untuk merebutkan kursi pemerintahan pun tak luput untuk
ditulis para kuli tinta. Biografi para bakal calon presiden banyak
diterbitkan oleh penerbit-penerbit di seantero Nusantara.
Bagi masyarakat, adanya buku
politik yang terjual bebas merupakan wahana untuk mengetahui informasi para
tokoh yang akan dipilihnya dalam pesta demokrasi lima tahunan. Mereka
berharap, dengan membaca buku-buku ini, akan mengetahui dengan gamblang informasi
tentang para tokoh yang akan tampil dalam pertarungan politik.
Banyak dari masyarakat kita yang
meyakini bahwa buku adalah media informasi yang sangat bisa dipercaya. Kepercayaan
masyarakat terhadap buku jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan koran
atau bahkan televisi. Terlebih, saat ini televisi sudah banyak disusupi oleh
beragam kepentingan, tak terkecuali politik. Iklan-iklan politik dapat
dikemas dengan beragam program acara. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat
terhadap informasi dari televisi pun semakin hari semakin menurun.
Berbeda dengan penulis dan
penerbit, keduanya membuat buku tak selamanya memberikan pencerahan kepada
masyarakat. Buku-buku yang diterbitkan tidak selamanya menginformasikan atau
membeberkan ilmu pengetahuan dengan lugas. Berbagai kepentingan selalu
menjadi dasar para penulis dan penerbit dalam rangka menerbitkan buku.
Terdapat penulis dan penerbit
yang membuat buku dalam rangka menyebarkan ilmu pengetahuan dan informasi
sebaik-baiknya. Mereka berupaya dengan maksimal sehingga buku yang ada bisa
mencerahkan masyarakat dan tanpa adanya tendensi. Buku-buku produk penulis
dan penerbit seperti inilah yang dapat dijadikan referensi oleh masyarakat
dalam rangka mencari informasi dan ilmu pengetahuan.
Buku-buku semacam ini menyuguhkan
ilmu pengetahuan dan informasi dengan sebenar-benarnya. Di samping itu, tidak
menonjolkan atau menyamarkan kelebihan atau kekurangan objek yang ditulisnya.
Jika ada yang ditonjolkan atau disamarkan, bukan semata untuk menutupi atau
membesarkan informasi, melainkan karena pentingnya informasi tersebut. Mereka
menonjolkan atau menyamarkan informasi bukan karena adanya kepentingan dari
penulis atau penerbit.
Berbeda dengan keberadaan buku
yang dibuat oleh penulis dan penerbit yang memiliki tendensi dalam membuat
buku. Buku ini dipastikan tidak mencerahkan masyarakat. Bahkan informasi yang
dapat dipetik masyarakat pun bersifat ajakan. Penulis atau penerbit sengaja
membuat pembaca mengikuti alur pikiran isi buku. Pembaca diajak untuk
membenarkan atau menyalahkan objek yang dibahas dalam tulisan.
Tak terkecuali dalam buku-buku
politik, banyak dari buku politik yang sengaja dibuat oleh penulis dan
penerbit dalam rangka `kampanye' baik sebuah parpol, caleg maupun capres.
Buku-buku ini bi asanya membahas keberhasilan seseorang atau parpol yang akan
tampil dalam pemiu mendatang. Jika tidak, buku ini memaparkan seluruh parpol
dan caleg atau capres, tetapi mengagungagungkan salah satu dengan melemahkan
yang lain.
Setiap parpol atau tokoh
dipastikan memiliki keunggulan dan kelemahan. Dalam tokoh orang-orang yang
akan dicalonkan sebagai presiden, mulai Joko Widodo (Jokowi), Aburizal
Bakrie, Mahfud MD, Wiranto, Rhoma, Dahlan Iskan, Surya Paloh, dan tokoh-tokoh
lainnya, semua memiliki keunggulan. Lihatlah betapa setiap dari tokoh yang
ada memiliki track record yang baik.
Dalam sebuah tulisan, sosok
Jokowi memiliki 79 keberhasilan memimpin Jakarta. Tiga dari keseluruhan
keberhasilan di antaranya, pertama, efisiensi anggaran pelantikan. Sebelum
dilantik, Jokowi sudah menekankan soal anggaran itu nanti bisa ditekan
serendah mungkin. Lalu, akhirnya, anggaran pun dikurangi menjadi 500-an juta
dari yang asalnya, 1,5 miliar.
Kedua, ia menghilangkan gaya
kepemimpinan yang protokoler dan tidak menggunakan voorijder dalam aktivitas
kesehariannya atau saat blusukan menginspeksi masalah lapangan. Ketiga, ia
menepati janji kampanye untuk lebih lama berada di lapangan dan tidak hanya
duduk di belakang meja. Setelah dilantik, Jokowi langsung berkeliling untuk
melihat secara langsung permasalahan di tengah-tengah masyarakat, mulai
melihat kondisi perkampungan hingga melihat langsung kondisi sungai sungai
yang ternyata sangat tidak terurus karena banyaknya sampah. Jokowi pun
langsung memerintahkan Dinas PU untuk segera membersihkannya dengan menambah
ekskavator (Caritahu.web.id).
Sementara itu, untuk keber
hasilan Aburizal Bakrie, ada yang menuliskan dirinya boleh berbangga dengan
dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia dan se-Asia Tenggara. Namun,
yang menjadi kebanggaan itu sejatinya bukanlah semata-mata terletak dari
besarnya kekayaan yang dimiliki, melainkan lebih kepada prestasi dalam
membangun serta memajukan beragam bidang usaha.
Pasalnya, dengan begitu, berarti
ia dan keluarganya telah menunjukkan peran yang cukup besar dalam memajukan
roda perekonomian nasional, khususnya menciptakan lapangan kerja bagi
masyarakat. (Kisahkisah.com).
Untuk Wiranto, ada yang
menuliskan kiprahnya dalam menggiring reformasi di Indonesia mendapat banyak
pujian dari negara-negara luar negeri. Sebagai Panglima ABRI sekaligus
Menteri Pertahanan dan Keamanan pada masa itu, Wiranto telah berhasil
mengawal transisi damai dan demokrasi di Indonesia tanpa pertumpahan darah.
Sejarah membuktikan bagaimana
kegigihan seorang jenderal menjaga stabilitas negara, meskipun sebenarnya
situasi politik pada saat itu sangat mungkin untuk diambil alih kekuasaannya,
seperti kudeta yang dilakukan HM Soeharto terhadap Presiden Soekarno.
Wiranto adalah jenderal militer
yang lebih mengutamakan dialog ketimbang gencatan senjata kepada masyarakat
yang melakukan aksi protes. “Tidak,
kita akan menghantarkan pergantian kekuasaan secara konstitusi. Saya tak
ingin mendapatkan kekuasaan di atas korban dan puing-puing bangsa saya,“
kata Wiranto saat menjawab pertanyaan Letjen Susilo Bambang Yudhoyono tentang
pengambilalihan kekuasaan. (Kompasiana.com).
Tak terkecuali tokoh-tokoh lain,
mereka juga memiliki kesuksesan masing masing--yang tidak bisa penulis
sebutkan satu per satu dalam tulisan singkat ini. Jika dalam buku keseluruhan
tokoh dipaparkan, berarti buku tersebut baik untuk informasi. Namun, jika
hanya sebagian, perlu mendapat perhatian dari pembaca.
Buku untuk masyarakat
Beragamnya buku yang ada di
pasaran menjadikan masyarakat kesulitan untuk memi lih buku yang bisa
dijadikan pedoman. Terlebih dalam masa-masa menjelang pemilu sebagaimana saat
ini. Masyarakat mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan media
informasi. Terlebih buku juga sudah banyak digunakan untuk kepentingan
politik.
Masyarakat harus pandai memilah
dan memilih buku yang akan dijadikan sebagai rujukan informasi politik. Di
antara buku yang bisa dipilih adalah buku-buku yang secara proporsional
membahas satu tokoh atau parpol dengan yang lainnya. Di saat satu tokoh
diceritakan kebaikan dan keburukannya, tokoh lain pun demikian. Ketika satu
tokoh dipaparkan secara sekilas, tokoh yang lain pun sama.
Selain itu, masyarakat juga
harus mengetahui dengan pasti penulis dan penerbit buku. Jika penulis dan
penerbit adalah netral (baca: tidak berpihak kepada tokoh atau parpol
tertentu), buku tersebut mungkin dimaksudkan untuk mencerdaskan masyarakat.
Namun, jika penulis atau penerbit condong kepada salah satu tokoh atau parpol
tertentu, buku hasil karya itu mungkin memiliki kecondongan terhadapnya.
Meskipun demikian, kecondongan
penulis atau penerbit tidak selamanya menjadikan buku itu condong kepada
tokoh atau partai tertentu. Ada juga penulis atau penerbit yang condong
kepada tokoh atau partai tertentu, tetapi dalam menghasilkan karya buku tetap
objektif dan tidak ada kecondongan terhadap tokoh atau parpol.
Karena itu, dalam rangka
mendapatkan informasi mengenai pemilu, berhati-hatilah dalam memilih buku.
Jadilah orang yang selektif. Dengan kehati-hatian, diri setiap warga akan
menjadi dewasa sehingga bisa tepat memilih calon pemimpinnya. Semoga kita menemukan pemimpin yang akan
membawa kemajuan bangsa. Semoga!
●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar