Selasa, 15 April 2014

Peran Buku dalam Menentukan Pilihan

Peran Buku dalam Menentukan Pilihan

Anton Prasetyo  ;   Editor Buku di Penerbit DIVA Press Yogyakarta
MEDIA INDONESIA, 14 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
JELANG pemilu 9 April lalu, penerbitan buku politik sangat gencar. Tak terkecuali, para tokoh politik yang sedang bertarung untuk merebutkan kursi pemerintahan pun tak luput untuk ditulis para kuli tinta. Biografi para bakal calon presiden banyak diterbitkan oleh penerbit-penerbit di seantero Nusantara.

Bagi masyarakat, adanya buku politik yang terjual bebas merupakan wahana untuk mengetahui informasi para tokoh yang akan dipilihnya dalam pesta demokrasi lima tahunan. Mereka berharap, dengan membaca buku-buku ini, akan mengetahui dengan gamblang informasi tentang para tokoh yang akan tampil dalam pertarungan politik.

Banyak dari masyarakat kita yang meyakini bahwa buku adalah media informasi yang sangat bisa dipercaya. Kepercayaan masyarakat terhadap buku jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan koran atau bahkan televisi. Terlebih, saat ini televisi sudah banyak disusupi oleh beragam kepentingan, tak terkecuali politik. Iklan-iklan politik dapat dikemas dengan beragam program acara. Dengan begitu, kepercayaan masyarakat terhadap informasi dari televisi pun semakin hari semakin menurun.

Berbeda dengan penulis dan penerbit, keduanya membuat buku tak selamanya memberikan pencerahan kepada masyarakat. Buku-buku yang diterbitkan tidak selamanya menginformasikan atau membeberkan ilmu pengetahuan dengan lugas. Berbagai kepentingan selalu menjadi dasar para penulis dan penerbit dalam rangka menerbitkan buku.

Terdapat penulis dan penerbit yang membuat buku dalam rangka menyebarkan ilmu pengetahuan dan informasi sebaik-baiknya. Mereka berupaya dengan maksimal sehingga buku yang ada bisa mencerahkan masyarakat dan tanpa adanya tendensi. Buku-buku produk penulis dan penerbit seperti inilah yang dapat dijadikan referensi oleh masyarakat dalam rangka mencari informasi dan ilmu pengetahuan.

Buku-buku semacam ini menyuguhkan ilmu pengetahuan dan informasi dengan sebenar-benarnya. Di samping itu, tidak menonjolkan atau menyamarkan kelebihan atau kekurangan objek yang ditulisnya. Jika ada yang ditonjolkan atau disamarkan, bukan semata untuk menutupi atau membesarkan informasi, melainkan karena pentingnya informasi tersebut. Mereka menonjolkan atau menyamarkan informasi bukan karena adanya kepentingan dari penulis atau penerbit.

Berbeda dengan keberadaan buku yang dibuat oleh penulis dan penerbit yang memiliki tendensi dalam membuat buku. Buku ini dipastikan tidak mencerahkan masyarakat. Bahkan informasi yang dapat dipetik masyarakat pun bersifat ajakan. Penulis atau penerbit sengaja membuat pembaca mengikuti alur pikiran isi buku. Pembaca diajak untuk membenarkan atau menyalahkan objek yang dibahas dalam tulisan.

Tak terkecuali dalam buku-buku politik, banyak dari buku politik yang sengaja dibuat oleh penulis dan penerbit dalam rangka `kampanye' baik sebuah parpol, caleg maupun capres. Buku-buku ini bi asanya membahas keberhasilan seseorang atau parpol yang akan tampil dalam pemiu mendatang. Jika tidak, buku ini memaparkan seluruh parpol dan caleg atau capres, tetapi mengagungagungkan salah satu dengan melemahkan yang lain.

Setiap parpol atau tokoh dipastikan memiliki keunggulan dan kelemahan. Dalam tokoh orang-orang yang akan dicalonkan sebagai presiden, mulai Joko Widodo (Jokowi), Aburizal Bakrie, Mahfud MD, Wiranto, Rhoma, Dahlan Iskan, Surya Paloh, dan tokoh-tokoh lainnya, semua memiliki keunggulan. Lihatlah betapa setiap dari tokoh yang ada memiliki track record yang baik.

Dalam sebuah tulisan, sosok Jokowi memiliki 79 keberhasilan memimpin Jakarta. Tiga dari keseluruhan keberhasilan di antaranya, pertama, efisiensi anggaran pelantikan. Sebelum dilantik, Jokowi sudah menekankan soal anggaran itu nanti bisa ditekan serendah mungkin. Lalu, akhirnya, anggaran pun dikurangi menjadi 500-an juta dari yang asalnya, 1,5 miliar.

Kedua, ia menghilangkan gaya kepemimpinan yang protokoler dan tidak menggunakan voorijder dalam aktivitas kesehariannya atau saat blusukan menginspeksi masalah lapangan. Ketiga, ia menepati janji kampanye untuk lebih lama berada di lapangan dan tidak hanya duduk di belakang meja. Setelah dilantik, Jokowi langsung berkeliling untuk melihat secara langsung permasalahan di tengah-tengah masyarakat, mulai melihat kondisi perkampungan hingga melihat langsung kondisi sungai sungai yang ternyata sangat tidak terurus karena banyaknya sampah. Jokowi pun langsung memerintahkan Dinas PU untuk segera membersihkannya dengan menambah ekskavator (Caritahu.web.id).

Sementara itu, untuk keber hasilan Aburizal Bakrie, ada yang menuliskan dirinya boleh berbangga dengan dinobatkan sebagai orang terkaya di Indonesia dan se-Asia Tenggara. Namun, yang menjadi kebanggaan itu sejatinya bukanlah semata-mata terletak dari besarnya kekayaan yang dimiliki, melainkan lebih kepada prestasi dalam membangun serta memajukan beragam bidang usaha.

Pasalnya, dengan begitu, berarti ia dan keluarganya telah menunjukkan peran yang cukup besar dalam memajukan roda perekonomian nasional, khususnya menciptakan lapangan kerja bagi masyarakat. (Kisahkisah.com).

Untuk Wiranto, ada yang menuliskan kiprahnya dalam menggiring reformasi di Indonesia mendapat banyak pujian dari negara-negara luar negeri. Sebagai Panglima ABRI sekaligus Menteri Pertahanan dan Keamanan pada masa itu, Wiranto telah berhasil mengawal transisi damai dan demokrasi di Indonesia tanpa pertumpahan darah.

Sejarah membuktikan bagaimana kegigihan seorang jenderal menjaga stabilitas negara, meskipun sebenarnya situasi politik pada saat itu sangat mungkin untuk diambil alih kekuasaannya, seperti kudeta yang dilakukan HM Soeharto terhadap Presiden Soekarno.

Wiranto adalah jenderal militer yang lebih mengutamakan dialog ketimbang gencatan senjata kepada masyarakat yang melakukan aksi protes. “Tidak, kita akan menghantarkan pergantian kekuasaan secara konstitusi. Saya tak ingin mendapatkan kekuasaan di atas korban dan puing-puing bangsa saya,“ kata Wiranto saat menjawab pertanyaan Letjen Susilo Bambang Yudhoyono tentang pengambilalihan kekuasaan. (Kompasiana.com).

Tak terkecuali tokoh-tokoh lain, mereka juga memiliki kesuksesan masing masing--yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu dalam tulisan singkat ini. Jika dalam buku keseluruhan tokoh dipaparkan, berarti buku tersebut baik untuk informasi. Namun, jika hanya sebagian, perlu mendapat perhatian dari pembaca.

Buku untuk masyarakat

Beragamnya buku yang ada di pasaran menjadikan masyarakat kesulitan untuk memi lih buku yang bisa dijadikan pedoman. Terlebih dalam masa-masa menjelang pemilu sebagaimana saat ini. Masyarakat mengalami kebingungan dalam menentukan pilihan media informasi. Terlebih buku juga sudah banyak digunakan untuk kepentingan politik.

Masyarakat harus pandai memilah dan memilih buku yang akan dijadikan sebagai rujukan informasi politik. Di antara buku yang bisa dipilih adalah buku-buku yang secara proporsional membahas satu tokoh atau parpol dengan yang lainnya. Di saat satu tokoh diceritakan kebaikan dan keburukannya, tokoh lain pun demikian. Ketika satu tokoh dipaparkan secara sekilas, tokoh yang lain pun sama.

Selain itu, masyarakat juga harus mengetahui dengan pasti penulis dan penerbit buku. Jika penulis dan penerbit adalah netral (baca: tidak berpihak kepada tokoh atau parpol tertentu), buku tersebut mungkin dimaksudkan untuk mencerdaskan masyarakat. Namun, jika penulis atau penerbit condong kepada salah satu tokoh atau parpol tertentu, buku hasil karya itu mungkin memiliki kecondongan terhadapnya.

Meskipun demikian, kecondongan penulis atau penerbit tidak selamanya menjadikan buku itu condong kepada tokoh atau partai tertentu. Ada juga penulis atau penerbit yang condong kepada tokoh atau partai tertentu, tetapi dalam menghasilkan karya buku tetap objektif dan tidak ada kecondongan terhadap tokoh atau parpol.

Karena itu, dalam rangka mendapatkan informasi mengenai pemilu, berhati-hatilah dalam memilih buku. Jadilah orang yang selektif. Dengan kehati-hatian, diri setiap warga akan menjadi dewasa sehingga bisa tepat memilih calon pemimpinnya. Semoga kita menemukan pemimpin yang akan membawa kemajuan bangsa. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar