Orang
Penting yang Selalu Baik
Simon Filantropha ; Pendeta GKI
|
JAWA
POS, 18 April 2014
''Baik menjadi orang penting, tetapi yang lebih penting
adalah menjadi orang baik.''
Hoegeng Iman Santoso (1921-2004), Kapolri 1968-1971
DULU
kala menjadi penyiar televisi, Kang Ebet Kadarusman selalu mengakhiri
acaranya dengan mengucapkan kalimat bijak yang tertulis tersebut. Ternyata,
kalimat itu merupakan buah karya pikir yang menjelma menjadi perilaku hidup
almarhum Hoegeng Iman Santoso. Saya berusaha mengingat dan merayakan tindak
cara hidup beliau itu pada Hari Raya Paskah 2014.
Saya
kali pertama mengenal Pak Hoegeng waktu mendengar dan menyaksikan beliau
bersama kawan-kawannya memainkan musik Hawaiian yang mendayu dendang seakan
membetot sukma seperti para penari hula-hula ala Hawaii yang memesona. Jenis
musik tersebut kini tinggal kenangan di tanah air, Indonesia.
Perkenalan
berikutnya melalui guyonan almarhum Gus Dur tentang polisi. Beliau bilang,
''Hanya ada tiga polisi yang jujur di Indonesia. Yakni, polisi tidur, patung
polisi, dan polisi yang bernama Hoegeng.'' Saya pun tertawa, lalu bertanya
dalam hati, mengapa begitu dan apa keistimewaan Pak Hoegeng?
Terjawablah
sudah pertanyaan saya manakala membaca buku riwayat hidup beliau. Selain
Kapolri, Hoegeng pernah menjabat kepala Jawatan Imigrasi hingga menteri iuran
negara yang mengurus pajak dan bea cukai. Beliau dikenal humoris serta
terbuka dan sampai lanjut usia terus melukis.
Masih
jelas kuingat, dalam acara Kick Andy (tapi lupa tanggalnya), Meriyati
Roeslani, istri Hoegeng, diundang dan diberi hadiah. Yakni, tiket pergi
pulang ke Hawaii. Semasa hidup dan bermusik Hawaiian, tentu Hoegeng pernah ke
Hawaii tanpa mengajak istrinya ke sana. Padahal, dia bisa saja mengajaknya
dengan memakai fasilitas jabatan Kapolri maupun jabatan penting lain yang
pernah disandang.
Beliau betul-betul
mengajarkan kepada keluarganya bahwa fasilitas yang terkait dengan jabatannya
adalah untuk pekerjaan, tidak untuk dimanfaatkan keluarga. Dia memilih hidup
tidak punya apa-apa ketimbang menyalahgunakan jabatan. Perilaku hidup
bersahaja berani menolak kemewahan.
Penghitungan
cepat laga pertarungan menjadi orang penting di negeri kita selesai sudah.
Hasil resmi KPU dinanti-nanti dengan harap-harap cemas oleh parpol maupun
para caleg. Banyak caleg yang sedang berobat karena yakin kalah, padahal telah
mengeluarkan banyak uang supaya menang. Sebagian masih ragu-ragu, lalu
berupaya menghibur dan menenangkan diri sambil berkata, ''Tunggu hasil resmi KPU.'' Sebagian lagi yakin pasti menang
menjadi orang penting (anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, serta DPRD
kota/kabupaten) dengan menghalalkan berbagai cara.
Paskah
mewartakan dan merayakan kebangkitan Yesus lewat kematian-Nya (Jumat Agung).
Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa kejahatan dan kebengisan tidak dapat
menenggelamkan, apalagi mengalahkan dan melenyapkan, kebaikan. Yang terjadi
justru sebaliknya, kebaikan dan kebajikan menang atas keganasan dan
kezaliman. Cinta kasih serta damai mengalahkan iri, dengki, benci, dan dendam
kesumat.
Sesungguhnya,
kebangkitan Kristus melahirkan dan menghadirkan kemilau harapan yang gemilang
akan masa depan umat manusia di bumi ini. Selain membuktikan benar-benar
bangkit, Yesus menitipkan dan mewariskan begitu banyak kebaikan kepada para
murid dan pengikut-Nya untuk melanjutkan serta menyebarsemaikan segala
pengalaman hidup bersama Dia dan meneladani cara hidup-Nya supaya hidup
menjadi lebih kuat, sehat, serta bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya orang.
Hoegeng
Iman Santoso mengenal betul detak gerak, desah napas, dan denyut nadi
kehidupan bangsa Indonesia yang merindukan banyak kebaikan dari orang-orang
pentingnya. Negeri tercinta kita ini terus menantikan para pemimpin
berkualitas. Yakni, orang-orang penting yang selalu baik (bukan hanya baik
saat hendak dicoblos lima tahunan). Sebab, orang baik pasti mereproduksi
kebaikannya.
Hasil
akhir arena pertarungan menjadi orang-orang penting di Indonesia masih kita
tonton dan tunggu. Bahkan, laga pemilihan orang terpenting (baca: presiden)
di Nusantara sudah mendidih dan membara dengan pelbagai seni politik
berkomunikasi dan berkoalisi.
Dengarkanlah
detak, desah, dan denyut hidup rakyat yang mendambakan dan menunggu datangnya
orang-orang penting yang jujur, tidak munafik dan bertopeng riya; berani
hidup menolak kemewahan (sekalipun sudah tersedia pesawat kepresidenan);
cinta lingkungan; menjunjung harkat dan martabat manusia; menegakkan hukum
seadil-adilnya; beretika dalam berpolitik; gemar membangun persahabatan,
persaudaraan, dan perdamaian; bersikap wajar tanpa polesan citra; serta
merakyat. Itu baru sebagian kebaikan yang kuanggap penting. Niscaya masih
banyak kebaikan lainnya.
Saya
yakin seyakin-yakinnya, pasti masih banyak orang baik di Indonesia. Masalahnya,
ikut berlaga atau tidakkah mereka? Kenal atau tidakkah rakyat dengan mereka?
Bisa jadi rakyat pun lebih memilih ''saweran'' ketimbang mencoblos orang
baik. Apa pun yang telah terjadi, almarhum Hoegeng mewariskan pesan
perjuangannya, ''Indonesia mengutamakan
pemimpin, yakni orang-orang penting yang selalu baik!''
Sangat
mungkin peristiwa Paskah telah menginspirasi beliau dalam memberikan seantero
hidupnya untuk mengabdi bagi bangsa dan negara, Indonesia tercinta.
Selamat Paskah! Selamat menjadi orang penting yang
selalu baik! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar