Sabtu, 19 April 2014

Orang Penting yang Selalu Baik

Orang Penting yang Selalu Baik

Simon Filantropha  ;   Pendeta GKI
JAWA POS, 18 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
''Baik menjadi orang penting, tetapi yang lebih penting adalah menjadi orang baik.'' 
Hoegeng Iman Santoso (1921-2004), Kapolri 1968-1971

DULU kala menjadi penyiar televisi, Kang Ebet Kadarusman selalu mengakhiri acaranya dengan mengucapkan kalimat bijak yang tertulis tersebut. Ternyata, kalimat itu merupakan buah karya pikir yang menjelma menjadi perilaku hidup almarhum Hoegeng Iman Santoso. Saya berusaha mengingat dan merayakan tindak cara hidup beliau itu pada Hari Raya Paskah 2014.

Saya kali pertama mengenal Pak Hoegeng waktu mendengar dan menyaksikan beliau bersama kawan-kawannya memainkan musik Hawaiian yang mendayu dendang seakan membetot sukma seperti para penari hula-hula ala Hawaii yang memesona. Jenis musik tersebut kini tinggal kenangan di tanah air, Indonesia.

Perkenalan berikutnya melalui guyonan almarhum Gus Dur tentang polisi. Beliau bilang, ''Hanya ada tiga polisi yang jujur di Indonesia. Yakni, polisi tidur, patung polisi, dan polisi yang bernama Hoegeng.'' Saya pun tertawa, lalu bertanya dalam hati, mengapa begitu dan apa keistimewaan Pak Hoegeng?

Terjawablah sudah pertanyaan saya manakala membaca buku riwayat hidup beliau. Selain Kapolri, Hoegeng pernah menjabat kepala Jawatan Imigrasi hingga menteri iuran negara yang mengurus pajak dan bea cukai. Beliau dikenal humoris serta terbuka dan sampai lanjut usia terus melukis.

Masih jelas kuingat, dalam acara Kick Andy (tapi lupa tanggalnya), Meriyati Roeslani, istri Hoegeng, diundang dan diberi hadiah. Yakni, tiket pergi pulang ke Hawaii. Semasa hidup dan bermusik Hawaiian, tentu Hoegeng pernah ke Hawaii tanpa mengajak istrinya ke sana. Padahal, dia bisa saja mengajaknya dengan memakai fasilitas jabatan Kapolri maupun jabatan penting lain yang pernah disandang.

Beliau betul-betul mengajarkan kepada keluarganya bahwa fasilitas yang terkait dengan jabatannya adalah untuk pekerjaan, tidak untuk dimanfaatkan keluarga. Dia memilih hidup tidak punya apa-apa ketimbang menyalahgunakan jabatan. Perilaku hidup bersahaja berani menolak kemewahan.

Penghitungan cepat laga pertarungan menjadi orang penting di negeri kita selesai sudah. Hasil resmi KPU dinanti-nanti dengan harap-harap cemas oleh parpol maupun para caleg. Banyak caleg yang sedang berobat karena yakin kalah, padahal telah mengeluarkan banyak uang supaya menang. Sebagian masih ragu-ragu, lalu berupaya menghibur dan menenangkan diri sambil berkata, ''Tunggu hasil resmi KPU.'' Sebagian lagi yakin pasti menang menjadi orang penting (anggota DPR, DPD, DPRD provinsi, serta DPRD kota/kabupaten) dengan menghalalkan berbagai cara.

Paskah mewartakan dan merayakan kebangkitan Yesus lewat kematian-Nya (Jumat Agung). Kebangkitan Yesus membuktikan bahwa kejahatan dan kebengisan tidak dapat menenggelamkan, apalagi mengalahkan dan melenyapkan, kebaikan. Yang terjadi justru sebaliknya, kebaikan dan kebajikan menang atas keganasan dan kezaliman. Cinta kasih serta damai mengalahkan iri, dengki, benci, dan dendam kesumat.

Sesungguhnya, kebangkitan Kristus melahirkan dan menghadirkan kemilau harapan yang gemilang akan masa depan umat manusia di bumi ini. Selain membuktikan benar-benar bangkit, Yesus menitipkan dan mewariskan begitu banyak kebaikan kepada para murid dan pengikut-Nya untuk melanjutkan serta menyebarsemaikan segala pengalaman hidup bersama Dia dan meneladani cara hidup-Nya supaya hidup menjadi lebih kuat, sehat, serta bermanfaat bagi sebanyak-banyaknya orang.

Hoegeng Iman Santoso mengenal betul detak gerak, desah napas, dan denyut nadi kehidupan bangsa Indonesia yang merindukan banyak kebaikan dari orang-orang pentingnya. Negeri tercinta kita ini terus menantikan para pemimpin berkualitas. Yakni, orang-orang penting yang selalu baik (bukan hanya baik saat hendak dicoblos lima tahunan). Sebab, orang baik pasti mereproduksi kebaikannya.

Hasil akhir arena pertarungan menjadi orang-orang penting di Indonesia masih kita tonton dan tunggu. Bahkan, laga pemilihan orang terpenting (baca: presiden) di Nusantara sudah mendidih dan membara dengan pelbagai seni politik berkomunikasi dan berkoalisi.

Dengarkanlah detak, desah, dan denyut hidup rakyat yang mendambakan dan menunggu datangnya orang-orang penting yang jujur, tidak munafik dan bertopeng riya; berani hidup menolak kemewahan (sekalipun sudah tersedia pesawat kepresidenan); cinta lingkungan; menjunjung harkat dan martabat manusia; menegakkan hukum seadil-adilnya; beretika dalam berpolitik; gemar membangun persahabatan, persaudaraan, dan perdamaian; bersikap wajar tanpa polesan citra; serta merakyat. Itu baru sebagian kebaikan yang kuanggap penting. Niscaya masih banyak kebaikan lainnya.

Saya yakin seyakin-yakinnya, pasti masih banyak orang baik di Indonesia. Masalahnya, ikut berlaga atau tidakkah mereka? Kenal atau tidakkah rakyat dengan mereka? Bisa jadi rakyat pun lebih memilih ''saweran'' ketimbang mencoblos orang baik. Apa pun yang telah terjadi, almarhum Hoegeng mewariskan pesan perjuangannya, ''Indonesia mengutamakan pemimpin, yakni orang-orang penting yang selalu baik!''

Sangat mungkin peristiwa Paskah telah menginspirasi beliau dalam memberikan seantero hidupnya untuk mengabdi bagi bangsa dan negara, Indonesia tercinta.

Selamat Paskah! Selamat menjadi orang penting yang selalu baik!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar