Jumat, 11 April 2014

Menyejahterakan Nelayan

Menyejahterakan Nelayan

Danang Probotanoyo  ;   Peneliti Centre for Indonesia Reform Studies, Alumni UGM
REPUBLIKA, 10 April 2014
                                      
                                                                                         
                                                             
Penyakit jantung hingga kini masih menduduki tangga teratas penyebab kematian di Indonesia. Kalau dulu penyakit jantung identik sebagai penyakit orang tua, kini orang-orang muda dan produktif pun bisa terkena penyakit jantung. Data dari Kementerian Kesehatan saja sudah menunjukkan bahwa 7,2 persen atau sekitar 14 juta orang Indonesia terkena penyakit jantung. Penyebabnya sangat banyak, namun hiperkolesterolemia (kolesterol tinggi) merupakan penyebab utama (40 persen).
Dimungkinkan 80 persen penderita kolesterol tinggi bisa meninggal mendadak akibat serangan jantung. Sekitar 50 persen di antaranya tanpa menampakkan gejala terlebih dahulu. Hulu dari semua itu adalah pola hidup, utamanya pola makan yang kurang diperhatikan.

Orang cenderung suka mengonsumsi daging yang berkolesterol tinggi karena nikmat. Padahal, sekarang ini harga daging sangatlah mahal, sebab 20 persen kebutuhan daging dalam negeri masih impor.

Sejatinya ada satu jenis pangan yang memiliki cita rasa tak kalah nikmat dibanding daging, namun relatif lebih murah dan manfaat klinisnya justru mencegah penyakit jantung. Salah satunya adalah ikan laut. Mengonsumsi ikan laut justru dapat mencegah gangguan jantung. Dengan kata lain, ikan laut aman buat jantung kita.

Ada ribuan hasil penelitian di dunia ini yang menunjukkan hal tersebut. Salah satu hasil studi fenomenal mengenai hal itu adalah yang dilakukan dua peneliti Denmark pada 1970. Mereka menemukan fakta rendahnya kasus kematian orang Eskimo akibat penyakit jantung koroner (PJK). Padahal, orang Eskimo nyaris setiap hari mengonsumsi makanan berlemak tinggi. Rahasianya ternyata terletak pada kebiasaan orang Eskimo untuk menyantap daging ikan.

Kandungan lemak omega-3 ikan mampu melindungi jantung. Daging ikan juga mampu menurunkan kolesterol dalam darah, memperbaiki fungsi dinding pembuluh darah, menurunkan tekanan darah, serta mencegah terjadinya penggumpalan darah. Manfaat lain dari ikan terutama ikan laut adalah yodiumnya mampu mencegah penyakit gondok dan dapat mengurangi produksi hormon thyroid yang bisa melemahkan daya kerja otak.

Ternyata, manfaat ikan yang sangat luar biasa bagi kesehatan, khususnya ikan laut, tak serta merta paralel dengan nasib manusia yang menghasilkannya, yakni nelayan. Data dari Koordinator Program Koalisi Rakyat untuk Keadilan Perikanan (Kiara) menyebutkan, jumlah nelayan miskin saat ini 7,87 juta orang.

Jumlah tersebut mendudukkan kaum nelayan sebagai penyumbang sekitar 25,14 persen dari penduduk miskin nasional.

Ini ironis, Indonesia sebagai negara maritim yang memiliki laut seluas 5,8 juta km2 tapi nelayannya tidak sejahtera. Indonesia pun memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia, yakni 81 ribu km dan gugusan pulau sebanyak 17.845 pulau. Potensi ikan laut yang mampu dihasilkan tak kurang dari 6,26 juta ton per tahun. Namun, potensi sebesar itu belum mampu dipenuhi oleh para nelayan kita, akibatnya mereka belum sejahtera hidupnya.

Kendala nelayan bermacam-macam, namun secara garis besar: tiadanya peralatan, teknologi, dan sarana prasarana pendukung yang memadai yang dimiliki nelayan kita. Mayoritas nelayan Indonesia masih nelayan tradisional. Nelayan nasional hanya bermodalkan perahu-perahu kecil dengan alat tangkap sederhana dan tanpa dukungan teknologi. Akibatnya, mereka hanya mampu mencari ikan di zona yang tidak jauh dari garis pantai.

Nasib yang tak menguntungkan itu masih ditambah kurang dukungan dari berbagai pihak. Para nelayan kerap kesulitan mendapatkan solar bersubsidi serta dirugikan para tengkulak yang membanjiri pasar ikan dan tempat pelelangan ikan. Nasibnya lebih parah lagi bila cuaca sedang ekstrem sehingga mereka tak bisa melaut. Kalau sudah begitu, untuk hidup sehari-hari mereka terpaksa berutang.

Perbaikan nasib nelayan harus menjadi perhatian pemerintah! Berikan nelayan kapal dan peralatan yang memadai dengan berbagai skema kepemilikan yang meringankan, jika perlu beri hibah.

Dirikan pula stasiun pengisian bahan bakar di setiap dermaga atau kantong- kantong nelayan serta jamin pasokannya.

Yang tak kalah penting, adanya jaminan sosial dari pemerintah kepada nelayan dan keluarganya, terutama saat mereka tak bisa melaut karena kendala alam. Jangan hanya sewaktu kampanye pemilu lantas pada tergopoh-gopoh menyambangi nelayan dengan mengobral janji semata. Nelayan tak butuh janji, tapi aksi konkret untuk mengentaskan mereka dari perangkap kemiskinan.

Dengan ngopeninelayan, selain mendukung terwujudnya ketahanan dan kedaulatan pangan, rakyatnya pun bisa hidup sehat karena makan ikan. Kita sudah terlalu lama berorientasi ke darat, sehingga "melupakan" nelayan. Kini saatnya kita menoleh kembali ke kodrat kita sebagai negara kepulauan, negara yang hampir 70 persen wilayahnya terdiri atas laut. Bukankah "nenek moyangku seorang pelaut?"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar