Melindungi
Mimpi ASEAN
Rene L Pattiradjawane ; Wartawan
Senior Kompas
|
KOMPAS,
21 April 2014
MENULIS
mengenai masalah-masalah hubungan internasional dan diplomasi pada tahun 2014
ke depan akan menjadi tantangan tersendiri. Di satu sisi, persoalan
nasionalisme, regionalisme, dan multilateralisme sekarang berhadapan dengan
jalur patahan (fault lines) tatanan
hubungan internasional dan diplomasi selama lima tahun terakhir di semua sisi
kehidupan berbangsa dan bernegara.
Di sisi
lain, dampak berbeda dan implikasi krisis ekonomi yang mulai melanda kawasan
Asia akibat luberan krisis keuangan di AS dan krisis zona euro, ketika
situasi regional di banyak negara Asia secara utuh menggambarkan logika
Doktrin Natalegawa yang dicetuskan Menlu Marty Natalegawa tentang dynamic equilibrium (kesetimbangan
dinamis).
Buah
pikiran Natalegawa sekali lagi menegaskan bahwa persoalan hubungan
internasional dan diplomasi di kawasan Asia tidak akan (dan tidak akan
pernah) menghadirkan sistem hegemoni tunggal di tengah maraknya berbagai
persoalan.
Dalam
konteks ini, kita memahami bahwa tatanan hegemoni, khususnya berkaitan dengan
kebangkitan kekuatan adidaya berhadapan dengan kekuatan tunggal yang ada,
tidak akan lama mampu mengatur dunia sesuai kemauan kepentingan geopolitik,
geostrategi, dan nasionalnya sendiri.
Kunjungan
Presiden AS Barack Obama ke kawasan Asia mulai Selasa (22/4), setelah
membatalkan sepihak kunjungannya tahun lalu dan tidak hadir dalam dua kali
konferensi tingkat tinggi (APEC dan EAS), tidak akan mampu menghadirkan
perubahan signifikan terhadap kebijakan poros (pivot) yang sejak lama dicanangkan. Di tengah krisis Crimea, AS
terkesan sudah kehilangan kemampuannya dalam diplomasi, kekuatan ekonomi, dan
supremasi militer karena pengurangan dana yang diterapkan akibat krisis
keuangan dalam negeri.
Ada
kekhawatiran, ketika sistem internasional dan diplomasi sudah tidak lagi
berjalan sesuai nilai, norma, dan hukum internasional, benturan-benturan
kepentingan strategis dan nasional akan menjadi ancaman baru seperti yang
terjadi di Suriah dan Crimea belum lama ini.
Bersamaan
dengan ini, kita di Asia pun khawatir ancaman yang diproyeksikan Tiongkok
pada klaim tumpang tindih kedaulatan dengan Jepang dan negara-negara anggota
ASEAN akan tergeletak dan bergesekan dengan kepentingan Beijing mengikuti
preseden Suriah dan Crimea.
Sikap
represif Beijing terhadap Filipina karena tuntutan arbitrase ataupun sikapnya
terkait perilaku Jepang yang ingin mengubah posisi pasifismenya berpeluang
menjadi ancaman balkanisasi Asia.
Ketika
pemerintah dan negara sudah tidak saling berbicara satu sama lain, seperti
Beijing-Manila atau Beijing-Tokyo, atas persoalan-persoalan serius yang ada
di antara mereka (bahkan condong saling menghina satu sama lain), ada dua
persoalan yang muncul. Pertama, apakah AS secara default harus menjadi
interlocutor dan wasit, dan kita membiarkan persoalan kawasan diselesaikan
oleh negara luar kawasan?
Kedua,
ketika ketergantungan ekonomi di kawasan Asia sudah sangat tinggi, apakah
kita masih perlu masuk dalam kancah aturan keterlibatan (rules of engagement) atau apakah melalui strategi pengepungan (containment) membiarkan konflik
mengancam melalui penawaran perlindungan keamanan, bahkan perdamaian?
Kita
tidak ingin Beijing ataupun Washington menjalankan kebijakan balkanisasi Asia
atas nama kesejahteraan rakyat, perdamaian, dan stabilitas hanya melulu untuk
memenuhi kepentingan nasional masing-masing. Kita tidak ingin melihat ”Kebangkitan
Tiongkok” yang menerapkan ”politik dan keamanan berkarakteristik Tiongkok”
menjadi terlalu percaya diri dalam proyeksi agresif ”tidak ada alternatif”.
”Jalan
ASEAN” yang kita tempuh selama ini, yang kita sebut sebagai ”jalan tengah”
dalam konsepsi pemikiran Natalegawa, sesuai kepercayaan kita seutuhnya pada
cita-cita ketertiban dunia, khususnya integrasi dan keamanan kawasan Asia.
Dan ini
adalah ”Mimpi ASEAN” yang harus selalu disinkronisasikan dengan ”mimpi siapa
pun”, memastikan kesinambungan perdamaian dan stabilitas sebagai syarat utama
pertumbuhan ekonomi bersama. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar