Memetakan
Kerja Otak Ustaz Somad
Badrul Munir ; Dokter/Dosen Neurologi
Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya Malang; Penulis Buku-Buku Neuroreligi
|
REPUBLIKA,
29 Desember
2017
Setiap masa ada tokohnya
dan setiap tokoh ada masanya, rasanya kalimat ini cocok untuk ustaz Abdul
Somad (UAS). Pada usia 40 tahun, dai asal Riau ini menjadi dai terkenal dan
banyak pengikut jamaah di Indonesia, fenomena ini mengingatkan kita dengan
kemunculan almarhum KH Zainuddin MZ pada awal 1990-an.
Namun, ada yang berbeda
dengan UAS ini, UAS muncul pada "zaman now" dan berdakwah lebih
banyak menggunakan dunia maya, sementara KH Zainuddin yang kala itu memikat
masyarakat dengan kepiawaiannya mengolah kata di podium banyak disaksikan
lewat radio dan televisi.
Satu hal yang menarik
adalah adanya penolakan dari sebagian kecil elemen bangsa yang merasa tidak
pas dengan ceramah dai ini, penolakan dan persekusi di Bali serta terakhir
ceramah di Hongkong oleh pihak otoritas di sana.
Penolakan UAS berceramah
justru menjadi media untuk melambungkan nama beliau. Terbukti jutaan simpati
mengalir baik dari masyarakat, bahkan kedatangan UAS dalam setiap ceramahnya
di beberapa daerah sangat ditunggu oleh jutaan jamaahnya.
Dominasi
otak
Menarik untuk memetakan
kerja otak UAS ini, psikolog dunia peraih Nobel tahun 1981, Roger W Sperry,
memetakan otak berdasarkan fungsinya menjadi otak kanan dan kiri. Kerja otak
kiri menjadikan seseorang berpikir, mengingat, menganalisis, berhitung, dan
memutuskan sesuatu. Hasil kerja otak kiri menjadikan seseorang sebagai
ilmuwan yang cerdas.
Sedangkan kerja otak kanan
lebih banyak pada hal menalar, memahami, intuisi, merasakan, simpati yang
menjadikan seseorang mengembangkan diri di sisi seni dan humanisme.
Sebenarnya, teori otak kanan dan kiri ini sudah banyak ditentang oleh ahli
neurosains "zaman now, yang mengatakan bahwa kerja otak merupakan satu
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Pembagian otak kanan dan kiri sudah tidak
relevan lagi berdasarkan temuan kedokteran saat ini.
Namun, masih banyak orang
yang mempercayai bahwa untuk kesuksesan harus mendominasikan kerja otak
kanan. Hal ini bisa kita lihat dari banyaknya pelatihan atau buku yang isinya
mengaktifkan otak kanan agar sukses dalam hidupnya.
Teori otak kanan dan kiri
ini sangat menarik bila diaplikasikan untuk UAS ini. Bila kita mengikuti
ceramah dan membaca perjalanan hidup beliau tampak sekali kecerdasan beliau
dalam menghafal dasar-dasar hukum akidah, fikih, dan muamalah.
Bukan hanya menghafal dari
Alquran dan hadis, melainkan menukil pendapat beberapa ulama secara perinci
dan lengkap, yang dirangkai dan disandingkan dengan bahasa sederhana untuk
diketahui oleh masyarakat, sehingga masyarakat jadi sangat paham dan tidak
menyalahkan perbedaan dalam hal agama yang sering dipertentangkan di
masyarakat awam. Poin ini menjadi salah satu kelebihan UAS dibandingkan dai
lainnya.
Keluasan dan kedalaman
ilmu agama ini bisa dimaklumi mengingat UAS adalah alumnus Universitas Al
Azhar dan Maroko yang sangat terkenal itu. Untuk bisa kuliah di sana, UAS
harus mengalahkan 900 calon mahasiswa lainnya dengan seleksi yang sangat
ketat, tentunya dibutuhkan otak cerdas yang didominasi otak kiri.
Kerja otak kiri UAS sangat sempurna, menurut
neurosains memori atau kecerdasan disimpan berdasarkan waktunya. Memori
sesaat hanya disimpan di korteks (kulit luar) otak sehingga muda lupa,
sedangkan memori jangka pendek disimpan lebih dalam lagi, yakni dibawa
korteks sehingga mudah. Memori jangka panjang disimpan di bagian otak yang
sangat dalam, yakni di lobus frontalis, temporalis dan hipokampus bagian C1,
C2.
Kemampuan seseorang dalam
mengingat sesuatu atau kecerdasan dipengaruhi oleh banyaknya jonjot saraf
(sinaps) yang ada di otaknya. Banyaknya sinaps dipengaruhi oleh stimulus atau
paparan yang didapat sejak bayi lahir, bahkan sejak janin dalam kandungan dan
bisa kita lihat dari kemampuan seseorang menjawab atau merespons pertanyaan
yang disampaikan.
Saat ceramah dan tanya
jawab, UAS sangat piwai menjawab semua pertanyaan jamaah dengan jawaban yang
holistis, sistematis, dan mengompilasi beberapa pendapat ulama besar dalam
kitab kuning dengan bahasa yang jelas lugas dan sederhana, sehingga pendengar
sangat paham secara menyeluruh.
Kecerdasaan UAS juga bisa
kita lihat dari karya ilmiah dalam bentuk buku tentang permasalahan agama
yang telah dicetak dan menjadi best seller di berbagai penjualannya. Walaupun
sesungguhnya bukan keuntungan materi yang diharapkan dari buku tersebut,
melainkan media dakwah dalam bentuk tulisan. Buktinya buku tersebut bisa
dimiliki dan diunduh gratis di internet.
Bagaimana dengan otak
kanan, ternyata UAS juga sangat dominan otak kanannya. Hal ini bisa kita
lihat dari kemampuan mengendalikan massa saat ceramah dengan guyonan dan
candaan berkelas tinggi sesuai audiennya, memahami perasaan orang lain,
memberi solusi dari pertanyaan dengan memakai bahasa lugas, tapi dibalut
dengan kelucuan dan membuat bahagia merupakan cermin otak kanannya.
Konsistensi dalam pendapat
dan ucapan menunjukkan kerja otak kanan yang luar biasa. Dan justru sikap
inilah yang kadang tidak disukai oleh sebagian orang yang merasa terusik
dengan pendapat UAS ini. Akibatnya, UAS diperkusi dan dicekal di Bali serta
tidak boleh masuk Hongkong karena bisikan gaib dari orang Indonesia yang
tidak nyaman dengan fenomena UAS ini.
Pemahaman agama UAS yang
holistik, termasuk dalam urusan muamalah dan syiasiyah (berpolitik)
kadangkala berbenturan dengan kepentingan politik kelompok lain. Hal inilah
kemudian diperlukan kearifan dari UAS dalam berdakwahnya, tetapi tetap
menjunjung tinggi kebenaran di antara kemajemukan Indonesia.
Sebagai penutup, tetaplah
berdakwah ustaz Somad, sampaikan kebenaran walaupun kadang pahit dirasakan.
Percayalah kami tetap ada di belakangmu dan semoga Allah meridai dan
melindungi kita semua. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar