Menangkap
Tuyul Online
Xavier Quentin Pranata ; Bukan Pemerhati Tuyul
|
DETIKNEWS,
26 Januari
2018
"Pernah
mengantarkan tuyul, Mas?" tanya saya kepada seorang driver online.
Yang
saya tanya hanya tersenyum dan berkata, "Itu kerjaan teman-teman yang
nakal, Pak. Saya sih memilih kerja yang lurus-lurus saja. Hidup hanya sekali
mengapa dibuat bengkok."
Dari
para pengemudi online inilah saya mendengar ada praktik curang yang dilakukan
rekan-rekannya sesama driver. Sopir angkutan online ini diberi bonus oleh
perusahaan jika mereka mendapat poin tertentu. Puncaknya sampai mendekati
angka lima ratus ribu. Bukankah itu jumlah yang menggiurkan? Namun, tentu
saja tidak setiap pengemudi, dan tidak setiap hari mereka bisa mendapatkan
bonus itu, kecuali ya dengan cara "tuyul-tuyulan".
Ada
beberapa praktik "tuyul" yang mereka lakukan. Pertama, sistem
tembak. Beberapa orang driver bekerja sama membentuk satu geng. Jika poin
hari itu belum mencukupi, mereka bisa menghubungi temannya dan berkata,
"Tolong tembak saya ya!"
Artinya,
mereka saling memesan kendaraannya sehingga target terpenuhi. Penumpangnya?
Tidak ada, alias fake passanger. Agar tidak ketahuan, mereka biasa membeli HP
murah dalam jumlah banyak dan diputar pemakaiannya. Pengelola taksi
konvensional sebenarnya punya alat untuk mengetahui apakah armada mereka
benar-benar mengangkut penumpang atau tidak. Dari mana mereka tahu? Dari
berat kendaraan plus penumpang. Jika tidak ada penumpang, beratnya berkurang,
bukan? Mereka punya alat untuk mengukur hal-hal seperti ini.
Kedua,
ya mengantar "tuyul". Mereka menggunakan Fake GPS untuk memainkan
akal-akalan ini. Driver bisa ngopi atau bahkan tiduran di rumah sambil nonton
televisi sementara Fake GPS memainkan peran seolah-olah mobilnya sedang sibuk
mengantar penumpang. "Mobilnya digerakkan saja pakai jari di layar HP,
Pak," ujar seorang pengemudi yang pernah melihat praktik curang
temannya.
Amankah
cara ini? Sepandai-pandainya tuyul mencuri, akhirnya tertangkap juga.
Detikcom menurunkan berita Grab Gandeng Polisi Ungkap Kasus Driver Antar
'Tuyul' di Kota Lain. Bermula dari ditangkapnya para tuyul, eh driver nakal
di Makasar, Grab menggandeng polisi untuk menguak kasus sejenis di kota-kota
lain.
Kasus
"tuyul" ini mengingatkan saya akan cerita tentang bagaimana
orang-orang zaman dulu menangkap tuyul "beneran". Ada dua versi
yang masih melekat erat di ingatan saya.
Kisah
pertama, seorang pembantu rumah tangga risih dengan cara majikannya
mengumpulkan kekayaan yang tidak halal. Dia tidak tahan mendengar keluhan,
bahkan tangisan para tetangga yang kehilangan barang berharga—khususnya
uang—yang dicuri para tuyul majikannya.
Dari
orang pintar di desa itu, dia mendengar bahwa apa yang dikonsumsi tuyul itu
berdampak langsung terhadap majikannya. "Ndhuk, kalau menghidangkan
bubur, jangan panas-panas ya. Biarkan dingin dulu baru ditaruh di meja yang
ada di pojok itu," begitu perintah yang sering dia dengar dari
ndoro-nya.
Meskipun
heran, dia dulu tidak tahu mengapa dia harus menyediakan beberapa mangkok
bubur dan harus ditaruh di meja pojok di sebuah kamar yang remang-remang
mengerikan. Padahal, tuan dan nyonyanya hanya tinggal berdua. Anak-anak
mereka sekolah di luar kota, bahkan di luar negeri. Yang lebih mengherankan,
mereka berdua tidak suka bubur.
"Jangan-jangan
bubur-bubur ini untuk tuyul peliharaan ndoro?" batinnya.
Suatu
malam, seperti ritual sehari-hari, dia memasak bubur. Setelah matang,
alih-alih mendinginkannya, dia langsung membawa mangkok-mangkok berisi bubur
panas itu ke ruang biasanya. Dengan tangan gemetaran dia menaruhnya ke meja
pojok pendek misterius itu.
Keesokan
harinya dia terkejut sekaligus kecut ketika dipanggil majikannya. Tuannya
marah besar, dan menyuruhnya membawa seluruh pakaiannya serta mengusirnya
pulang. Sekilas dia melirik bibir majikannya bengkak melepuh kemerahan.
Kisah
kedua. Tuyul—karena masih kanak-kanak—nature-nya adalah bermain. Oleh sebab
itu, untuk menangkapnya sederhana saja. Kita diminta untuk mencari yuyu alias
kepiting sungai, dan menaruhnya di meja. Agar yuyu tidak lari, sebuah toples
ditaruh terbalik ke atasnya. Dengan demikian, yuyu itu hanya bisa
berkeliling, dan membuat suara berupa ketukan di toples tanpa bisa melarikan
diri.
Kita
taruh yuyu dalam toples itu di meja rumah yang sering kemalingan. Cara ini
membutuhkan kesabaran. Namun, ada cara untuk memancing agar tuyul itu datang.
Sebarkan saja berita bahwa rumah itu baru saja mendapat rezeki entah dari
penjualan panen atau warisan. Tanpa diundang, pada malam harinya para pemilik
tuyul akan mengirimkan peliharaannya itu ke rumah target.
Jika
tuyul itu masuk ke rumah, dia tidak segera mencari uang, melainkan asyik
bermain dengan yuyu dalam toples. Perhatiannya teralihkan. Saat mereka sedang
asyik bermain, konon katanya kita bisa menangkap dan mengikatnya pakai rambut
yang panjang.
Benarkah
kedua kisah di atas? Saya belum pernah melihatnya secara langsung, dan tidak
berminat untuk mencobanya sendiri. Saya pun tidak menganjurkan orang lain
untuk melakukannya. Mengapa? Karena ada tuyul lain yang jauh lebih berbahaya,
yang sering menipu orang yang suka belanja lewat online shop.
Namun,
yang paling berbahaya adalah tuyul yang aktif beroperasi justru menjelang dan
pada saat pilkada serentak yang sebentar lagi dihelat. Mereka bukan saja
mencuri uang, melainkan merampok demokrasi sebuah negara.
Ada
tuyul yang kerjanya mencuri suara. Ada tuyul yang membantu majikannya
mendapatkan tahta dengan menghamburkan uang ke para calon pemilih.
Ada
juga tuyul yang menyebar berita bohong dan kebencian agar lawan politik
majikannya masuk kandang. Cilakanya, orang-orang baik yang tidak memelihara
tuyul pun ikut-ikutan menyebarkan berita dari para tuyul ini tanpa cek dan
recek sumbernya, apalagi kebenarannya. Mereka lebih memilih pembenaran
ketimbang mencari kebenaran.
Itulah
sebabnya saya setuju dengan meme yang memberi definisi berita bohong
demikian: "Hoax itu dibuat oleh orang pintar yang jahat dan disebarkan
oleh orang baik yang bodoh."
Mengapa
orang baik bisa ikut-ikutan menyebarkan berita para tuyul itu? Paling tidak
ada tiga alasan. Pertama, ingin dianggap orang yang up date, sehingga lebih
melek berita ketimbang yang lain. Kelompok ini merasa jika tidak up date,
meraka merasa out of date dan akhirnya ter-delete. Kedua, ingin menolong
orang lain mendapatkan informasi yang benar atau bahkan meluruskan berita.
Ironisnya, mereka justru terbengkokkan.
Ketiga,
ingin mendukung idolanya dengan menyebarkan berita buruk tentang lawan
politik tokoh dukungannya. Mereka tidak sadar bahwa dengan melakukan seperti
ini, jika terbongkar, bukan saja mencoreng reputasi mereka, melainkan juga
menjungkalkan prestasi orang yang mereka junjung. Bukankah efek bumerang bisa
menempeleng setiap orang yang meleng?
Jadi,
serahkan saja para tuyul ini kepada ahlinya sambil berharap agar uang—dan
suara kita—tidak ikut dicuri. ●
|
Bonus spesial kemerdekaan NKRI 2020 Memberikan promo-promo bonus menarik yang akan diikutin oleh semua member setia bolavita ataupun bonus welcome untuk member baru, dalam periode kemerdekaan 17 agustus 2020 kami selaku agen terbesar menyambut rangka kemerdekaan republik indonesia.
BalasHapusPromo berlaku :
• S128
• SV388
• Casino Idn Live
• Miki36
• Wm casino
• Sv casino
• Vivaslot
• Play1628
dikunjungi website atau kontak kami dibawah ini untuk mendapatkan bonus kemerdekaan :
Bonus Spesial Kemerdekaan
WA: 0812-2222-995
Telegram : 0812-2222-995