Ekspo
Impor Internasional China
dan
Peluang Indonesia
Wang Liping ; Minister Counsellor
Ekonomi dan Perdagangan
Kedutaan Besar
China untuk Indonesia
|
KOMPAS,
27 Januari
2018
Demi memperdalam keterbukaan kepada dunia
luar dan berbagi kesempatan perkembangan dengan seluruh dunia, di depan Forum
Puncak Kerja Sama Internasional ”Satu Sabuk Satu Jalur” tahun lalu, Presiden
China Xi Jinping mengumumkan bahwa China akan menggelar Ekspo Impor
Internasional mulai 2018.
Ekspo Impor Internasional yang pertama akan
digelar di Shanghai, China, dari 5 hingga 8 November tahun ini. Dalam
kegiatan ekspo tersebut, akan dilakukan pameran barang dan jasa, antara lain
peralatan pintar dan peralatan canggih, pakaian dan barang konsumsi, produk
makanan dan pertanian, desain kreatif, layanan pariwisata, dan lain-lain.
Selain itu, China akan membangun platform
transaksi ”satu pintu” OTO (online to offline) yang mampu menyediakan layanan
pameran dan transaksi daring supaya ekspo dapat berlangsung tanpa henti
selama 365 hari setahun.
Satu ”bintang” saja tidak cukup untuk
menerangi langit gelap. Demi mengumpulkan “bintang-bintang” untuk ”menerangi”
ekspo ini, China telah mengirimkan undangan kepada lebih dari 200 mitra
dagangnya.
Sejauh ini, perusahaan-perusahaan dari
Amerika Serikat, Jepang, Australia, Brasil, Thailand, dan negara-negara
lainnya telah mendaftar untuk kegiatan pameran, sementara staf diplomatik
atau delegasi asosiasi industri dan pemerintah dari Rusia, Perancis, Korea
Selatan, Israel, dan negara lainnya pun telah melakukan kunjungan lapangan.
Di samping itu, China akan mengajak
perusahaan-perusahaan dari sejumlah provinsi dan kota China untuk melakukan
kegiatan belanja ke ekspo. Diperkirakan, jumlah pembeli yang mengikuti
pameran dari dalam dan luar negeri China mencapai 150.000.
Bilateral
China-Indonesia
Pada 2017, total impor China mencapai 1,8
triliun dollar AS. Barang dan jasa
impor yang direncanakan pada lima tahun ke depan akan melampaui 10 triliun
dollar AS.
Sekarang, China merupakan mitra dagang
terbesar sekaligus negara tujuan ekspor terbesar bagi Indonesia.
Menurut statistik China, volume ekspor
Indonesia ke China sebanyak 25,6 miliar dollar AS pada Januari-November 2017,
atau meningkat 37,1 persen. Peningkatan tersebut adalah yang tertinggi
dibanding tingkat pertumbuhan ekspor negara-negara ASEAN lainnya, dibarengi
defisit perdagangan yang mengecil secara signifikan.
Pencapaian tersebut merupakan hasil upaya
bersama antara pemerintah dan perusahaan kedua negara kita. Selain komoditas
seperti batubara, minyak kelapa sawit, dan karet, sejumlah barang konsumsi
khas Indonesia pun memainkan peranan penting dalam mendorong ekspor Indonesia
ke China.
Contohnya jumlah ekspor sarang burung,
kelapa, dan kopi, masing-masing mencapai 87 juta dollar AS, 70 juta dollar
AS, dan 43 juta dollar AS, dengan tingkat pertumbuhan masing-masing 175
persen, 50 persen, dan 225 persen.
Seiring perkembangan ekonomi China, barang
khas Indonesia, seperti ukiran kayu, batu permata, dan kerupuk udang, akan
semakin populer di masyarakat China.
Kalah
dari negara lain
Meskipun demikian, ekspor Indonesia ke
China masih kalah dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, seperti
Malaysia, Thailand, Vietnam, dan Singapura. Di bidang produk manufaktur,
potensi ekspor Indonesia belum dimanfaatkan secara optimal dengan porsi
ekspor yang relatif kecil.
Dari data ekspor Vietnam dan Malaysia ke
China pada periode Januari-November 2017, volume ekspor produk listrik saja
sudah mencapai masing-masing 18,6 miliar dollar AS dan 28,1 miliar dollar AS.
Angka tersebut mendekati atau bahkan melebihi total ekspor Indonesia ke China
pada waktu yang bersamaan.
Selama periode Januari-November 2017,
volume ekspor Indonesia ke China menurut Administrasi Umum Bea Cukai China
adalah sebesar 25,6 juta dollar AS (meningkat 37,1 persen). Sebagai
perbandingan, ekspor Malaysia ke China pada periode yang sama adalah 49,2
juta dollar AS (naik 13,1 persen), Thailand 38,1 juta dollar AS (naik 9,7
persen), Vietnam 35,0 juta dollar AS (naik 44,3 persen), dan Singapura 26,5
juta dollar AS (25,1 persen).
Selain sejumlah komoditas asal Indonesia
termasuk batubara dan minyak kelapa sawit yang menunjukkan kinerja ekspor
lumayan baik, tingkat pengenalan sebagian besar produk Indonesia lainnya pun
perlu digenjot di China.
Mengambil contoh dari komoditas kopi,
Indonesia merupakan salah satu dari empat negara penghasil kopi terbesar di
dunia, bahkan kopi Luwak asal
Indonesia pun mempunyai reputasi global. Akan tetapi, dari 10 perusahaan
dengan penjualan kopi teratas di Tmall.hk, situs e-commerce lintas batas
terbesar di China, tercatat empat perusahaan ASEAN yang berasal dari Malaysia
dan Vietnam. Sementara tidak terlihat satu pun perusahaan Indonesia dalam
daftar tersebut.
Peribahasa bahwa ”Emas akan tetap saja
berkilau di mana pun ditempatkan” tidak lagi relevan untuk digunakan pada
zaman yang ditandai oleh ledakan informasi dan globalisasi ekonomi ini.
Justru publikasi dan promosi yang menjadi kunci sukses dalam ekonomi bola
mata masa ini. Ekspo Impor Internasional yang digelar China merupakan
kesempatan historis bagi Indonesia untuk dapat memperluas ekspor ke China.
Kami berharap sungguh-sungguh bahwa
pemerintah dan perusahaan Indonesia dapat menangkap peluang ini untuk
mempromosikan barang dan jasa khas Indonesia sehingga dapat mendorong ekspor
Indonesia ke China dan bersama berbagi pasar raksasa China.
Bersama kita rayakan Ekspo Impor
Internasional China, ayo nanti kita berjumpa di kota Shanghai, China! ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar