Tak
Cukup Hanya Soliditas Pimpinan KPK
Bambang
Soesatyo, ANGGOTA KOMISI III
DPR FRAKSI PARTAI GOLKAR
SUMBER : SUARA MERDEKA, 20 Maret 2012
"Penegasan
tentang soliditas pimpinan KPK bukanlah berita atau informasi yang paling
ditunggu-tunggu publik"
SOLIDITAS pimpinan Komisi Pemberantasan
Korupsi (KPK) tidak boleh dibangun dengan fondasi kompromi untuk mengakomodasi
kepentingan figur-figur kuat yang sedang bermasalah dengan hukum. Soliditas itu
tidak boleh mereduksi kinerja KPK. Setelah sekian lama diselimuti kecurigaan
publik tentang terjadinya disharmoni, pimpinan KPK Kamis (15/03) tampil bersama
di depan pers untuk memberi pesan tidak ada perpecahan di antara mereka.
Apa yang terjadi selama ini di antara mereka
dilukiskan sekadar perbedaan pendapat dan tidak bisa serta merta dikatakan
sebagai perpecahan. Agar pesan ini kuat dan tidak lagi menimbulkan keraguan
publik, forum temu media itu dihadiri lengkap semua pimpinan KPK; ketua Abraham
Samad, dan para wakil ketua Bambang Widjojanto, Busyro Muqoddas, Zulkarnain,
dan Adnan Pandupraja.
Bila pimpinan komisi antikorupsi itu merasa
perlu mengumumkan soliditas, boleh diterjemahkan mereka berusaha mengatasi
persoalan internal dan itu wajar lazimnya dinamika organisasi. Tetapi,
penegasan tentang soliditas itu bukanlah berita atau informasi yang paling
ditunggu-tunggu publik. Satu-satunya aspek yang ingin dilihat publik adalah
kemajuan kinerja pemberantasan korupsi, terutama terhadap kasus-kasus besar
yang sudah dan sedang digarap.
Tampilnya semua pimpinan KPK dalam forum temu
media itu memang sangat kontras dibandingkan dengan dua peristiwa penting
sebelumnya. Tatkala komisi itu mengumumkan Miranda Swaray Goeltom sebagai
tersangka kasus cek perjalanan, dan mengumumkan Angelina Sondakh sebagai
tersangka kasus dugaan suap proyek wisma atlet SEA Games di Palembang; Abraham
tampil sendirian sehingga publik mempertanyakan ketidakhadiran empat wakil
ketua lainnya.
Langkah
Mundur
Tidak semua pimpinan KPK berlatarbelakang
birokrat. Pimpinan sekarang ini bahkan didominasi figur yang sebelumnya aktif
dalam berbagai kegiatan masyarakat (LSM). Mereka paham bahwa publik kita
cerdas, dan karena itu tidak bisa dibohongi. Setiap kali menyikapi pernyataan
petinggi negara, publik bisa membedakan mana yang benar dan mana yang sekadar
sandiwara kebohongan demi pencitraan.
Karena itu, jangan berharap semua orang
percaya dengan pernyataan tentang soliditas itu. Masalahnya, beberapa jam
setelah membuat penyataan terkait dengan soliditas itu, KPK mengumumkan dalam
dua bulan ke depan, penanganan kasus dugaan korupsi pada proyek fasilitas
olahraga di Hambalang Bogor senilai Rp 1,3 triliun itu akan mengalami kemajuan
signifikan. Pasalnya, salah satu figur penting di negara ini akan diperiksa
atas dugaan keterlibatannya.
Semua kalangan yang mengikuti penanganan
kasus wisma atlet dan Hambalang tidak happy karena esensi pesan dari pengumuman
itu merefleksikan kemunduran. Beberapa hari sebelumnya, KPK menyatakan segera
memeriksa orang penting itu. Kalau kemudian masih harus menunggu dua bulan
lagi, untuk apa diumumkan sekarang? Boleh jadi, penundaan itu strategi untuk
melengkapi bukti. Tetapi bisa saja publik menafsirkan penundaan itu sebagai
akibat dari tarik-menarik kepentingan di antara pimpinan KPK.
Konsekuensi dari pernyataan tentang soliditas
itu adalah makin beratnya tantangan yang dihadapi komisi itu. Publik sudah
mencatat dan meyakini kebenaran dari semua indikator berkait dengan kasus wisma
atlet ataupun Hambalang. Maka, tantangan menangani dua kasus itu adalah jangan
sampai publik menangkap kesan KPK tebang pilih atau menyederhanakan kasus.
Kesepakatan pimpinan KPK siap memeriksa figur
tertentu dalam kasus Hambalang pun tidak diterima begitu saja. Kesepakatan itu
justru dicurigai sebab sebelumnya dimunculkan dugaan tentang adanya pimpinan
KPK yang keberatan jika figur itu diperiksa atau ditetapkan sebagai tersangka.
Muncul kecurigaan, jangan-jangan pimpinan KPK bersepakat menyederhanakan kasus
Hambalang sehingga figur tertentu bisa diloloskan dari jerat hukum. ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar