Awali Mobil Listrik ala Jepang
Rudiono, Alumnus
S-1, S-2, S-3 Ibaraki University, Hitachi, Jepang,
sekarang menjadi konsultan HKI dan dosen
technopreneurship
SUMBER : JAWA POS, 30 Maret 2012
DI tengah hangatnya kabar
kenaikan harga BBM, Presiden SBY serius ingin menyukseskan proyek mobil listrik
nasional. Pemerintah melalui Kemendikbud telah menyediakan dana Rp 100 miliar
dan menunjuk empat universitas papan atas Indonesia untuk menghasilkan prototipe
mobil listrik nasional selambatnya pada 2014.
Sudah barang tentu kita semua berharap tim itu bisa melahirkan prototipe mobil listrik yang andal, bisa bersaing dengan mobil listrik dunia, diperebutkan dunia industri untuk diproduksi, dan menjadi kebanggaan market Indonesia.
Jalan Pintas Jepang
Jepang adalah negara produsen mobil terbesar di dunia. Di bidang electrical vehicle (EV), Jepang menjadi a leading country. Banyak mobil listrik dengan high performance yang telah diproduksi Jepang dan digemari pasar dunia. Riset-riset mereka di bidang EV telah teruji dan berhasil menelurkan produk-produk mobil listrik yang andal.
Dulu Jepang dikenal sebagai peniru. Pada awal industri otomotif di Jepang, salah satu langkah yang dilakukan untuk menguasai teknologi itu adalah membeli mobil dari Amerika dan Eropa, lalu membongkar, mempelajari, dan mengopinya. Kemudian, Jepang memodifikasi, menambah, memperbaiki, serta mengembangkannya sesuai kebutuhan pasar nasional.
Cara Jepang untuk menguasai teknologi secara cepat dan tepat tersebut ternyata juga dilakukan negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok, dan Malaysia. Bahkan, saat menjadi perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengajak rakyatnya ''look East'' atau belajar kepada Jepang.
Sebagaimana halnya negara-negara lain, mungkin kita perlu belajar kepada Jepang. Untuk menguasai teknologi mobil listrik dan menelurkan prototipe ''Putra Petir'' yang bisa diterima pasar dan mampu bersaing dengan produk asing, sebaiknya kita belajar dari Negeri Sakura.
Cukup 16 Mobil
Dengan Rp 100 miliar, dengan asumsi harga satu unit EV mencapai Rp 1 miliar, sekitar 100 mobil listrik bisa dibeli. Untuk bahan riset tahap awal, mungkin diperlukan maksimum 16 unit EV. Misalnya, empat motor listrik, empat mobil listrik, empat bus listrik, dan empat customized mobil listrik yang lain.
Mobil listrik yang sekarang ada di pasar seperti Tesla-Roadster, REVAi, Renault-Fluence-Z.E., Mitsubishi i-MiEV, Nissan-Leaf, Nissan-Townpod, Smart-ED, Wheego-Whip-LiFe, Mia-electric, dan BYD-e6 merupakan alternatif pilihan yang perlu diperhitungkan. Selain ber-performance tinggi, produk-produk itu mengaplikasikan teknologi EV terkini dan terbukti telah diterima pasar dan industri. Enam belas mobil listrik itu akan menjadi acuan untuk lahirnya prototipe Putra Petir.
Belajar dari cara Jepang, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mempelajari, membongkar, mengamati, dan menguasai teknologinya. Praktisi dari industri perakitan, diler-bengkel-servis, komunitas/asosiasi pencinta otomotif, universitas, dan SMK perlu dilibatkan. Ups... jangan lupa merakitnya kembali dan menguji apakah dapat berjalan dengan normal seperti sebelum dibongkar.
Langkah berikutnya adalah membongkar ulang, mengidentifikasi masing-masing part, meneliti, dan mencoba meniru memproduksi masing-masing spare part tepat seperti aslinya. Bagian itu menjadi ujian sekaligus barometer akan kemampuan dan kapasitas teknologi EV anak bangsa. Di sini, para pakar otomotif dari industri otomotif, termasuk industri spare parts dan pakar dari universitas, wajib ikut serta dan bekerja sama.
Level yang lebih dalam adalah memodifikasi, meng-improve, dan mengembangkan masing-masing part secara parsial maupun keseluruhan dan disesuaikan dengan kebutuhan industri serta pasar Indonesia. Wow, level ini penuh dengan tantangan, membutuhkan kesatria-kesatria yang piawai nan brilian, tangan-tangan terampil dan pekerja keras dengan passion dan motivasi tinggi.
Dalam mengembangkan mobil listrik nasional, setidaknya ada tiga bagian utama yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah bodi dan sasis mobil listrik, termasuk konstruksi, interior, serta eksterior. Bagian itu mungkin sudah dikuasai anak bangsa. Lahirnya mobil Esemka merupakan salah satu bukti. Di sini, yang perlu diperhatikan adalah desain mobil dan tata letak battery-charger-motor yang perlu disesuaikan dengan utility dan lingkungan Indonesia. Mengingat, negara kita adalah negara tropis, panas terik, hujan lebat, banjir, dan jalan bergelombang.
Bagian kedua adalah mechanical-parts yang termasuk roda-roda pergerakan, transmisi, suspensi, power-train, steering, break, dan lain-lain yang mirip mobil bensin. Anak bangsa cukup menguasai bagian ini. Tapi, di sini ada bagian yang memerlukan kepiawaian tinggi, yaitu presisi dan efisiensi. Khususnya bagaimana energi dari baterai bisa diubah menjadi tenaga gerak seoptimal mungkin.
Bagian ketiga adalah electrical-parts, mulai battery, charger, electric-motor, termasuk converter, inverter, contactor, controls and switches, distribution, actuators, sensors, dan lain-lain. Bagian ini penuh tantangan bagi anak bangsa. Pakar elektro dan para praktisi dari industri listrik wajib ikut serta. Beberapa bagian yang sangat high-tech seperti power-device-semiconductor, battery-cell, dan semacamnya sebaiknya belum menjadi fokus riset saat ini.
Partisipasi dari semua kalangan, termasuk praktisi, industri, asosiasi/komunitas, dan para pakar di bidang otomotif, mekanik, serta elektro, termasuk material-engineering, sangat dibutuhkan untuk percepatan dan kepastian penguasaan teknologi EV. Yang juga tak kalah penting untuk optimalisasi hasil riset mobil listrik nasional adalah sistem monitoring terhadap kegiatan riset di empat universitas yang ditunjuk pemerintah serta adanya transparansi laporan hasil riset yang dapat diakses dan dievaluasi semua kalangan.
Last but not least, target riset yang jelas dan terperinci sangat diperlukan. Target dapat berupa laporan berkala pencapaian riset, jurnal yang dipublikasikan, dan hak kekayaan intelektual (HKI) berupa paten, desain, cipta, atau merek yang didaftarkan.
Karena riset ini merupakan hasil karya cara Jepang, mudah-mudahan hasilnya sekelas atau melebihi mobil listrik acuannya, yaitu Nisan-Leaf atau Mitsubishi i-MiEV. Semoga berhasil! ●
Sudah barang tentu kita semua berharap tim itu bisa melahirkan prototipe mobil listrik yang andal, bisa bersaing dengan mobil listrik dunia, diperebutkan dunia industri untuk diproduksi, dan menjadi kebanggaan market Indonesia.
Jalan Pintas Jepang
Jepang adalah negara produsen mobil terbesar di dunia. Di bidang electrical vehicle (EV), Jepang menjadi a leading country. Banyak mobil listrik dengan high performance yang telah diproduksi Jepang dan digemari pasar dunia. Riset-riset mereka di bidang EV telah teruji dan berhasil menelurkan produk-produk mobil listrik yang andal.
Dulu Jepang dikenal sebagai peniru. Pada awal industri otomotif di Jepang, salah satu langkah yang dilakukan untuk menguasai teknologi itu adalah membeli mobil dari Amerika dan Eropa, lalu membongkar, mempelajari, dan mengopinya. Kemudian, Jepang memodifikasi, menambah, memperbaiki, serta mengembangkannya sesuai kebutuhan pasar nasional.
Cara Jepang untuk menguasai teknologi secara cepat dan tepat tersebut ternyata juga dilakukan negara-negara seperti Korea Selatan, Taiwan, Tiongkok, dan Malaysia. Bahkan, saat menjadi perdana menteri Malaysia, Mahathir Mohamad mengajak rakyatnya ''look East'' atau belajar kepada Jepang.
Sebagaimana halnya negara-negara lain, mungkin kita perlu belajar kepada Jepang. Untuk menguasai teknologi mobil listrik dan menelurkan prototipe ''Putra Petir'' yang bisa diterima pasar dan mampu bersaing dengan produk asing, sebaiknya kita belajar dari Negeri Sakura.
Cukup 16 Mobil
Dengan Rp 100 miliar, dengan asumsi harga satu unit EV mencapai Rp 1 miliar, sekitar 100 mobil listrik bisa dibeli. Untuk bahan riset tahap awal, mungkin diperlukan maksimum 16 unit EV. Misalnya, empat motor listrik, empat mobil listrik, empat bus listrik, dan empat customized mobil listrik yang lain.
Mobil listrik yang sekarang ada di pasar seperti Tesla-Roadster, REVAi, Renault-Fluence-Z.E., Mitsubishi i-MiEV, Nissan-Leaf, Nissan-Townpod, Smart-ED, Wheego-Whip-LiFe, Mia-electric, dan BYD-e6 merupakan alternatif pilihan yang perlu diperhitungkan. Selain ber-performance tinggi, produk-produk itu mengaplikasikan teknologi EV terkini dan terbukti telah diterima pasar dan industri. Enam belas mobil listrik itu akan menjadi acuan untuk lahirnya prototipe Putra Petir.
Belajar dari cara Jepang, langkah awal yang perlu dilakukan adalah mempelajari, membongkar, mengamati, dan menguasai teknologinya. Praktisi dari industri perakitan, diler-bengkel-servis, komunitas/asosiasi pencinta otomotif, universitas, dan SMK perlu dilibatkan. Ups... jangan lupa merakitnya kembali dan menguji apakah dapat berjalan dengan normal seperti sebelum dibongkar.
Langkah berikutnya adalah membongkar ulang, mengidentifikasi masing-masing part, meneliti, dan mencoba meniru memproduksi masing-masing spare part tepat seperti aslinya. Bagian itu menjadi ujian sekaligus barometer akan kemampuan dan kapasitas teknologi EV anak bangsa. Di sini, para pakar otomotif dari industri otomotif, termasuk industri spare parts dan pakar dari universitas, wajib ikut serta dan bekerja sama.
Level yang lebih dalam adalah memodifikasi, meng-improve, dan mengembangkan masing-masing part secara parsial maupun keseluruhan dan disesuaikan dengan kebutuhan industri serta pasar Indonesia. Wow, level ini penuh dengan tantangan, membutuhkan kesatria-kesatria yang piawai nan brilian, tangan-tangan terampil dan pekerja keras dengan passion dan motivasi tinggi.
Dalam mengembangkan mobil listrik nasional, setidaknya ada tiga bagian utama yang perlu diperhatikan. Yang pertama adalah bodi dan sasis mobil listrik, termasuk konstruksi, interior, serta eksterior. Bagian itu mungkin sudah dikuasai anak bangsa. Lahirnya mobil Esemka merupakan salah satu bukti. Di sini, yang perlu diperhatikan adalah desain mobil dan tata letak battery-charger-motor yang perlu disesuaikan dengan utility dan lingkungan Indonesia. Mengingat, negara kita adalah negara tropis, panas terik, hujan lebat, banjir, dan jalan bergelombang.
Bagian kedua adalah mechanical-parts yang termasuk roda-roda pergerakan, transmisi, suspensi, power-train, steering, break, dan lain-lain yang mirip mobil bensin. Anak bangsa cukup menguasai bagian ini. Tapi, di sini ada bagian yang memerlukan kepiawaian tinggi, yaitu presisi dan efisiensi. Khususnya bagaimana energi dari baterai bisa diubah menjadi tenaga gerak seoptimal mungkin.
Bagian ketiga adalah electrical-parts, mulai battery, charger, electric-motor, termasuk converter, inverter, contactor, controls and switches, distribution, actuators, sensors, dan lain-lain. Bagian ini penuh tantangan bagi anak bangsa. Pakar elektro dan para praktisi dari industri listrik wajib ikut serta. Beberapa bagian yang sangat high-tech seperti power-device-semiconductor, battery-cell, dan semacamnya sebaiknya belum menjadi fokus riset saat ini.
Partisipasi dari semua kalangan, termasuk praktisi, industri, asosiasi/komunitas, dan para pakar di bidang otomotif, mekanik, serta elektro, termasuk material-engineering, sangat dibutuhkan untuk percepatan dan kepastian penguasaan teknologi EV. Yang juga tak kalah penting untuk optimalisasi hasil riset mobil listrik nasional adalah sistem monitoring terhadap kegiatan riset di empat universitas yang ditunjuk pemerintah serta adanya transparansi laporan hasil riset yang dapat diakses dan dievaluasi semua kalangan.
Last but not least, target riset yang jelas dan terperinci sangat diperlukan. Target dapat berupa laporan berkala pencapaian riset, jurnal yang dipublikasikan, dan hak kekayaan intelektual (HKI) berupa paten, desain, cipta, atau merek yang didaftarkan.
Karena riset ini merupakan hasil karya cara Jepang, mudah-mudahan hasilnya sekelas atau melebihi mobil listrik acuannya, yaitu Nisan-Leaf atau Mitsubishi i-MiEV. Semoga berhasil! ●
Artikel yang menarik gan, jangan lupa kunjungi jg website kami www.uma.ac.id disini kami membahas tentang mobil listrik juga loh
BalasHapus