Senin, 26 Maret 2012

Gerakan Mengentaskan Kemiskinan


Gerakan Mengentaskan Kemiskinan
Haryono Suyono, Ketua Yayasan Damandiri
SUMBER : SUARA KARYA, 26 Maret 2012



Minggu lalu, secara gegap-gempita, Bupati Gunungkidul, Ibu Hj Badingah SSos didampinggi Ketua DPRD Drs Sutata, segenap jajaran satuan kerja perangkat daerah (SKPD), Sekda, pimpinan tujuh perguruan tinggi, PKK, seluruh camat dan kepala desa serta pemimpin organisasi lainnya, bersama Yayasan Damandiri, menggelar launching gerakan pengentasan kemiskinan melalui Pundi berbasis MDGs yang dikawal Inpres Nomor 3 Tahun 2010 dengan dukungan PBB.

Dalam suatu acara meriah yang disiarkan TVRI Yogyakarta, Ibu Bupati mengajak seluruh keluarga kaya dan miskin untuk saling berbagi kepedulian dan berbaik hati terhadap sesamanya. Ajakan itu mendapat sambutan secara gega-gempita dari rakyat banyak yang diwakili oleh para camat serta kelompok-kelompok keluarga desa yang saling peduli terhadap sesama anak bangsa. Peristiwa yang digelar langsung dalam acara Plengkung Gading di TVRI Yogyakarta ini didukung oleh gerakan pembentukan pos-pos pemberdayaan keluarga (posdaya) di desa-desa dan dukuh-dukuh di Gunungkidul, DIY.

Ada beberapa Kecamatan yang dengan gigih telah membentuk beberapa Posdaya di desanya. Ada lagi yang baru selesai menyusun rencana dan ada pula yang masih menunggu peristiwa peluncuran untuk secara serentak membentuk posdaya di desa-desa Gunungkidul. Bagi yang posdayanya sudah terbentuk, Bupati memberi kesempatan untuk memamerkan kegiatannya, antara lain dengan membawa anak-anak balita yang sudah tergabung dalam pendidikan anak usia dini (PAUD) menggelar kemampuannya bernyanyi tanpa rasa takut di muka publik. Ada pula anak-anak PAUD yang berpakaian seragam rapi menyambut tamu lewat aksi gelar drumband mereka yang sangat membanggakan.

Di samping demonstrasi kepedulian terhadap pendidikan anak usia dini, beberapa Posdaya yang telah terbentuk memamerkan produk-produk lokal garapan anggotanya yang variatif. Ada makanan kecil yang terbuat dari bahan lokal, seperti keripik, gorengan lauk dari bonggol pisang, beras serta dedaunan lain yang dengan pengolahan sederhana bisa tahan lebih lama sehingga mudah dipasarkan. Kemampuan lokal tersebut memberi harapan bahwa apabila keluarga desa dilatih dengan baik, bisa menghasilkan produk-produk yang baik, sehingga tidak mustahil muncul makanan lokal dengan bahan baku yang melimpah dan bisa menjadi komoditas yang laku jual dan menguntungkan.

Salah satu yang menonjol dan disampaikan oleh salah seorang penduduk yang belasan tahun malang melintang menjadi kader KB adalah bahwa di masa lalu, mereka mempopulerkan masalah KB, tetapi sekarang setelah hampir semua keluarga ber-KB, para kader ini merasa nyaman karena diajak melakukan pemberdayaan dengan tujuan yang lebih luas, mengajak keluarga tidak saja pasang spiral tetapi juga berlatih ketrampilan dan memproduksi makanan atau bahkan belajar membatik untuk dijual dan untung. Keuntungan itu bisa untuk meningkatkan gizi anak-anaknya serta memperbaiki keadaan ekonominya bebas dari kemiskinan.

Setiap camat, dalam kesempatan launcing tersebut menyatakan tekadnya bahwa dalam waktu enam bulan, semua desa harus sudah mempunyai kelompok posdaya. Dengan program-program utama dalam bidang kesehatan, pendidikan, wirausaha dan lingkungan, apalagi dengan dukungan 7 perguruan tinggi di Yogyakarta yang akan mengirim mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik Posdaya dalam waktu dekat, mereka yakin Posdaya akan makin mahir menciptakan dan melaksanakan program-program utama tersebut. Apabila program utama tersebut telah mulai berjalan, diharapkan para ibu muda dan anak-anak putus sekolah bisa mengikuti pelatihan ketrampilan serta siap untuk bekerja.

Dalam kesempatan launching tersebut diundang pula dua bank, yaitu Bank BPD Yogyakarta dan Bank Bukopin, yang telah sekaligus menyatakan kesediaannya untuk menyalurkan Kredit Tabur Puja, yang secara khusus memang disiapkan untuk keluarga miskin atau keluarga tertinggal. Untuk mendapatkan kredit ini, setiap keluarga miskin akan dijadikan anak angkat oleh keluarga yang lebih mampu. Melalui sistem tanggung-renteng antara keluarga mampu dan keluarga kurang mampu, diharapkan timbul gairah persatuan dan kesatuan yang makin kokoh sehingga kemiskinan akan diselesaikan secara mandiri oleh rakyat banyak.

Kekompakan dalam kelompok tersebut diharapkan akan mengantarkan keluarga miskin menjadi bagian dari upaya pengembangan wirausaha, sekaligus berbentuk koperasi. Setiap kelompok bisa menjadi bagian dari upaya koperasi yang bergerak dalam bidang produksi atau perdagangan. Bagi mereka yang bergerak dalam bidang perdagangan, dengan persetujuan bupati atau kepala daerah lainnya yang setingkat, melalui kerja sama dengan berbagai kalangan, akan disiapkan sistem usaha bersama.

Apabila jumlah pengusaha warungan telah mencapai sekitar 100-150 usaha mikro, yang dimiliki keluarga miskin, diharapkan dapat disiapkan pusat perkulakan untuk membantu warung-waung mereka di pedesaan dan pedukuhan. Program ini diharapkan akan merangsang pertumbuhan pelayanan masyarakat dengan barang-barang untuk keperluan pembangunan serta keperluan konsumtif yang diolah dari bahan baku lokal atau produk lain dengan harga yang terjangkau karena dibeli dalam jumlah besar.

Kegiatan launching yang dihadiri oleh semua stakeholders kabupaten tersebut mendapat dukungan komitmen yang tinggi serta siap langsung beroperasi karena mendapat pendampingan dari aparat daerah dan mahasiswa serta dosen dari 7 perguruan tinggi di Yogyakarta. Semoga kegiatan macam itu dapat menjadi pendorong persatuan dan kemandirian keluarga yang lebih sejahtera.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar