Kamis, 25 Oktober 2012

Para Pemilih Anti-Mormon di Pilpres AS


Para Pemilih Anti-Mormon di Pilpres AS
Terry Mattingly ; Direktur Washington Journalism Center
pada Council for Christian Colleges & Universities di Washington, DC
SINAR HARAPAN, 24 Oktober 2012
  

Menjelang pemilihan presiden Amerika Serikat yang semakin dekat, para pengamat politik di AS mendapati bahwa ada jutaan pemilih yang merasa khawatir terhadap agama Mormon yang dianut oleh kandidat presiden Mitt Romney.

Diperkirakan banyak yang akan terganggu dengan ajaran Gereja Yesus Kristus di Hari Terakhir (gereja kaum Mormon) yang mereka anggap intoleran, dangkal. Banyak pula yang khawatir pada sejarah ajaran Mormon yang menentang hak-hak aborsi.

“Ada cukup banyak orang di Amerika yang tidak akan memilih Mitt Romney sebagai presiden karena dia seorang Mormon,” demikian ucap Fred Barnes, redaktur pada Weekly Standard, ketika berceramah di Institute on Religion and Democracy. “Kelompok ini cukup besar, dan nama mereka adalah: kaum liberal,” katanya.
Ini bukanlah kisah-kisah mengenai Tuhan dan politik yang ingin dibicarakan oleh media pada kampanye 2012, demikian kata Barnes, yang juga komentator di televise Fox News.

Agama menjadi mengemuka kali ini karena akan ada perbenturan antara Romney dan umat kristiani Trinitas yang menganggap agama Mormon adalah sebuah sekte atau atau aliran sesat dengan nabinya, kitab-kitabnya, dan doktrinnya mengenai Tuhan dan hal-hal keabadian lainnya.

Namun sebuah keganjilan terjadi pada masa kampanye ini. Menurut sejumlah jajak pendapat, sebagian kaum Kristen konservatif secara diam-diam memutuskan mereka akan memberi suara kepada calon dari Partai Republik ini tanpa peduli pandangannya mengenai surga, neraka, atau misteri mengenai Tuhan.

Dalam sebuah survei yang dibuat oleh lembaga Gallup pada musim panas lalu, sejumlah pemilih potensial ditanya: bila partai Anda mencalonkan seorang kandidat yang berkualitas namun seorang Mormon, apakah Anda akan memilih calon itu? Sekitar 10 persen kaum Republik menjawab “tidak”, dan sikap tidak suka terhadap Mormon naik di kalangan yang menyebut sisi “independen” menjadi 18 persen, dan di kalangan Demokrat menjadi 24 persen.

Penelitian lain yang dibuat oleh American National Election Studies oleh seorang peneliti dari University of Sydney—mendapati kegelisahan di kalangan kaum Protestan evangelis telah berkurang dalam tahun-tahun ini, dengan 36 persen mengekspresikan “keengganan” terhadap kandidat yang Mormon pada 2007, namun pada 2012 jumlah itu menurun menjadi 33 persen.

Anti-Mormon Meningkat

Sementara itu, sikap anti-Mormon di kalangan pemilih non-agama meningkat dari 21 persen pada 2007 menjadi 41 persen di tahun 2012. Di kalangan para pemilih yang menyebut diri mereka liberal, rasa ketidaksukaan terhadap Mormon meningkat dari 28 persen (2007) menjadi 43 persen pada 2012. Kaum liberal, menurut kajian itu, kini 10 persen mendekati sikap kaum Protestan yang secara keras mempunyai sikap prasangka terhadap kandidat yang menganut Mormon.

Bagi kaum Protestan, setelah beberapa dekade mencoba mengkristenkan Amerika, maka sangat sulit bagi mereka untuk tidak berpikir bahwa seorang presiden “adalah maskot keagamaan” ketimbang seorang politikus, kata Pendeta Russell D. Moore, ketika berbicara di Southern Baptist Theological Seminary di Louisville, Kentucky. Sebuah rekaman dari forum tersebut berjudul “The Mormon Moment: Religious Conviction and the 2012 Election,” dapat dilihat di internet.

"Saya mendengar seseorang pada hari-hari belakangan ini berkata ‘saya tidak akan memilih seseorang yang tidak menganut kekristenan evangelis’,” kata Moore, dosen teologi di seminari itu. “Kalau itu masalah maka sejauh yang saya lihat anda hanya punya tiga kandidat selama 100 tahun ini yang dapat anda pilih, yakni: William Jennings Bryan, Jimmy Carter and George W Bush," kata dia.

Jadi, ketimbang berfokus pada daftar doktrin mereka, para pemilih yang religius sebaiknya juga memfokuskan diri pada pertanyaan praktis ketika mereka menuju ke bilik suara, kata Moore. Mereka harus bertanya: “Antara kedua orang ini – Presiden Obama dan Gubernur Romney—siapa yang akan berbuat paling baik untuk kebaikan dan melindungi Amerika Serikat, dan berbagai pertanyaan lain yang ada di benak mereka.”

Meski demikian, Fred Barnes mengakui masih ada sekelompok kecil kaum evangelis yang tidak mau berkompromi mereka menentang kelompok mereka memberikan suara untuk seorang Mormon. Adapun kaum konservatif lebih khawatir terhadap iman Romney ketimbang memberikan kesempatan kedua kepada Barack Obama.

Para pakar itu juga paham bahwa "Ini sekadar persolan geografi politik, ada beberapa yang bertahan, kalau Anda mau menyebut mereka demikian, sehingga Mitt Romney memang tidak memerlukan suara mereka,” kata Barnes. “Dia bisa menggandeng negara-negara bagian seperti Tennessee, South Carolina, dan Georgia dengan mudah,” ia menambahkan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar