Selasa, 30 Oktober 2012

Capres ARB Sudah Final


Capres ARB Sudah Final
Leo Nababan ;  Wasekjen DPP Partai Golkar  
SUARA KARYA, 30 Oktober 2012


Rapimnas IV Partai Golkar di Jakarta, 29-30 Oktober 2012 harus dijadikan momentum untuk memperkuat soliditas partai, baik dari sisi kelembagaan maupun sikap partai terhadap dukungan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden yang akan diusung oleh Golkar. Dalam hal kelembagaan, bolehlah kita berbesar hati karena Partai Golkar berada pada jalan yang benar, on the right way menuju ajang pemilu, yang ditunjukkan dengan berbagai survey independen yang menempatkan Partai Golkar dalam posisi terdepan. Selain memberikan tambahan spirit, posisi ini bisa menjadi 'kado istimewa' bagi HUT Golkar Ke-48.
Dalam konteks luas, tingkat popularitas Partai Golkar menunjukkan keberhasilan pengurus Golkar dari level tertinggi hingga ke tingkatan terbawah dalam mengelola partai. Apresiasi khusus perlu diberikan kepada Aburizal Bakrie, Ketua Umum Partai Golkar yang telah membawa gerbong partai berada pada jalur yang tepat. Di tengah makin turunnya kepercayaan publik pada partai politik, kepemimpinan Bang Ical mampu membawa Golkar sebagai partai yang disukai masyarakat.
Terkait penyelenggaran Rapimnas, adanya manuver-manuver kontraproduktif untuk mempertanyakan kembali keputusan Golkar mengusung Aburizal Bakrie dalam Pilpres oleh segelintir elite partai, tentu sangat disesalkan. Ini tak boleh dibiarkan karena arahnya bisa membahayakan soliditas partai. Perlu ditegaskan bahwa Rapimnas tak akan memberikan ruang untuk melakukan evaluasi pencapresan ARB, karena keputusan yang diambil sudah final.
Seharusnya kalau ada yang tidak puas bisa dilakukan pada Rapimnas III Partai Golkar lalu, di mana saat itu telah diberikan kesempatan untuk melakukan evaluasi dan masukan. Kalau keputusan sudah diambil, apa pun rasanya, pahit atau manis, tentunya harus ditaati seluruh kader partai. Sebagai partai besar yang tumbuh dalam budaya tradisi menghormati keputusan yang telah disepakati, wacana evaluasi Aburizal Bakrie sebagai capres sudah tak punya tempat di Rapimnas IV. Yang diharapkan, seluruh kader Partai Golkar memiliki kedewasaan berpolitik, yang penting untuk menjaga kondusivitas partai. Adanya manuver-manuver yang tidak bertanggung jawab hanya akan mengadu domba di antara kader Golkar, yang akan merugikan partai secara institusisonal. Memang, dinamika yang berkembang, kader handal lainnya selayaknya juga bisa dicalonkan. Namun, sudah sewajarnya kalau Ketua Umum mendapat kesempatan utama untuk menunjukkan kiprahnya.
Bagaimanapun keputusan yang telah diambil harus dihormati. Mengingkari kembali kesepakatan yang telah disetujui, akan sangat memalukan karena sebagai partai besar, Golkar bisa dianggap bersikap mencla-mencle oleh masyarakat. Harga sangat mahal harus ditanggung jika partai menganulir keputusan yang telah disepakati.
Tentang keraguan menyusul elektabilitas Aburizal Bakrie yang disebut rendah dalam beberapa survey, tak perlu dirisaukan. Pegangan Partai Golkar sudah jelas, yakni survey LSI dan Indobarometer yang menempatkan ARB dalam posisi tiga besar dengan margin tipis. Kalau kemudian muncul beberapa survey lain dengan hasil berbeda, tak perlu dikhawatirkan. Meski bisa memberikan gambaran, hasil survey bukan segala-galanya. Dari pengalaman Pilkada DKI, ketidak-sesuaian hasil survey dengan fakta menunjukkan bahwa dalam beberapa hal survey pun memiliki kelemahan. Apalagi, makin banyak lembaga survey perlu dipertanyakan profesionalitasnya.
Kalau beberapa rilis survey, belakangan menempatkan ARB dalam posisi di bawah, hal ini justru harus menjadi semangat dan tantangan bagi kader partai untuk mengupayakan agar popularitas calon Golkar naik. Dengan rentang waktu masih sangat panjang, semua kader partai perlu memberikan perjuangan terbaik, tak hanya mengantarkan Golkar memenangi Pemilu Legislatif 2014, tapi juga memenangkan Aburizal Bakrie dalam Pemilu Presiden 2014.
Pilihan ARB sebagai capres dari Partai Golkar adalah pilihan realistis dan strategis. Dengan segudang pengalaman sebagai pengusaha sukses dan mengurus negara plus karakter ARB yang bertolak belakang dengan SBY, adalah kombinasi yang excellent untuk menjawab berbagai persoalan bangsa. Apalagi, kini masyarakat rindu akan kepemimpinan yang tegas, cekatan dan tanpa kompromi seperti ARB. Dhus, keputusan memilih ARB sebenarnya bukan keputusan instan dan emosional semata. Selain memiliki rekam jejak dan kepemimpinan yang tidak diragukan lagi, ARB adalah salah satu kader terbaik Partai Golkar saat ini.
Reputasi ARB telah dibangun melalui proses panjang dan berliku hingga menjadi pemimpin yang teruji bahkan di setiap rezim. Pengalaman memimpin Hipmi hingga Kadin menunjukkan kemampuan leadership-nya yang begitu kuat. Bahkan, ARB-lah yang memulai energi positif dalam proses demokratisasi di organisasi pengusaha nasional itu.
Saat ini tantangan paling utama Partai Golkar adalah meyakinkan masyarakat bahwa ARB adalah calon terbaiknya. Untuk itu, pengurus harus pintar menyampaikan rekam jejak ARB yang tanpa cela sewaktu berkiprah, baik di bidang usaha, pemerintahan maupun politik. Jika masyarakat mendapatkan gambaran yang utuh dan berimbang soal sosok ARB, maka elektabilitas dan akseptabilitas Bang Ical akan terus menanjak.
Dengan kapasitas yang dimiliki oleh ARB, bangsa Indonesia tak boleh kehilangan momentum untuk maju sejajar dengan bangsa lain. Apalagi, reputasi ARB tak perlu disangsikan lagi karena memiliki networking yang mendunia. Sebagai seorang nasionalis sejati, ARB pun tak pernah lari dari tanggung jawab atas musibah Lapindo. Inilah salah satu kebesaran Aburizal Bakrie.
Dhus, setiap kader Golkar harus mensukseskan ini dan tidak hanyut dengan semua kekalahan masa lampau. Yang terpenting, songsong masa depan yang lebih cerah, dengan konsolidasi diri, memperbaiki komunikasi dan menarik simpati masyarakat dengan memberikan kontribusi lebih banyak. Dengan demikian, slogan 'suara Golkar, suara rakyat' benar-benar terwujud. Selamat Rapimnas IV Golkar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar