Pendulum
Nusantara
Cyrillus Harinowo Hadiwerdoyo ; Pengamat Ekonomi
|
SINDO,
29 Oktober 2012
RJ Lino bukanlah orang biasa. Direktur Utama PT Pelabuhan
Indonesia II tersebut baru-baru ini memperoleh lampu hijau untuk membangun
Pelabuhan Kalibaru yang akan menjadi Pelabuhan Tanjung Priok Baru (New Priok
Port).
Melihat skalanya, pembangunan pelabuhan tersebut jelas bukan upaya main-main. Bayangkan, Pelabuhan Tanjung Priok dewasa ini menangani 7,2 juta kontainer (TEU, Twenty Feet Equivalent Unit). Jumlah tersebut sekitar dua kali lipat dibandingkan pada 2008 yang baru mencapai 3,6 juta TEU. Dari kapasitas sebesar itu, RJ Lino akan mengembangkan pelabuhan sehingga mampu menangani 20 juta kontainer per tahunnya. Ini berarti, khusus untuk pelabuhan yang baru, akan mampu menangani 13 juta kontainer per tahun. Bahkan dengan upaya optimalisasi,kapasitas sebesar itu akan bisa dilampaui lagi. Pelabuhan Tanjung Priok, yang dewasa ini sudah berumur 130 tahun,ternyata akan diperbesar dengan kapasitas yang jauh lebih besar. Bahkan peningkatannya mencapai sekitar dua kali lipat.Ini jelas merupakan lompatan besar bagi pelabuhan utama Indonesia tersebut. Bahkan dalam kapasitas yang ada sekarang ini, Pelabuhan Tanjung Priok ternyata sudah mampu menampung kapal dengan ukuran lebih besar, yaitu yang mampu mengangkut lebih dari 3.000 kontainer, sehingga pada akhirnya kapal tersebut bisa langsung membawa barang ke pelabuhan akhir di Eropa,Amerika maupun di benua lain. Ini berarti langkah yang ditempuh saat ini sudah memberikan penghematan besar kepada pengguna jasa pengiriman barang (misalnya untuk ekspor) karena saat ini tidak lagi diperlukan transit di Pelabuhan Singapura, Pelabuhan Klang ataupun Tanjung Pelepas di Malaysia.Jika dahulu 80% barang ekspor kita harus melalui transit di beberapa pelabuhan tersebut,dewasa ini sudah kurang dari 20% yang memerlukan transshipment. Dalam rencana pembangunan pelabuhan tersebut, RJ Lino juga berencana membangun jalan tol khusus truk pengangkut kontainer sehingga truk bisa langsung membawa barangnya dari pabrik di kawasan Bekasi, Karawang, dan Cikampek (maupun Bandung dan Purwakarta) melalui jalan tol langsung ke Pelabuhan Kalibaru. Dengan cara ini, truk pengangkut kontainer tidak lagi perlu melewati jalan tol di Jakarta sehingga dapat terhindar dari kemacetan. Dengan demikian,lama perjalanan truk dipersingkat. Jika saat ini truk pengangkut kontainer mungkin hanya bisa mengangkut sekali atau maksimal dua kali dari pabrik, dengan jalan tol khusus tersebut,akan dapat mengangkut sampai lima kali. Pelabuhan Tanjung Priok baru tersebut dewasa ini sudah disetujui untuk dibangun dan memperoleh konsesi selama 70 tahun.Ini jelas suatu lampu hijau yang terang-benderang dari pemerintah. Itulah sebabnya, RJ Lino mulai bergerak cepat dengan melakukan tender dan bahkan sudah menandatangani kontrak pembangunan pelabuhan tersebut. Rencananya, pembangunan pelabuhan baru tersebut akan selesai dalam waktu yang tidak akan lebih dari tiga tahun.Pembangunan tersebut akan meliputi juga reklamasi laut.Itulah sebabnya restrukturisasi Perusahaan Pengerukan Indonesia menjadi suatu hal yang sangat strategis bagi pembangunan pelabuhan baru tersebut. Begitu rencana tersebut mulai berjalan, RJ Lino mulai bergerak lagi pemikiran barunya. Dia melihat betapa mahalnya biaya logistik di Indonesia. Dia membayangkan mengapa harga barang-barang di Indonesia timur menjadi demikian mahal dibandingkan dengan harga barang yang sama di Pulau Jawa. Salah satu faktor terpenting adalah biaya transportasi. Di Flores,dengan mulai masuknya kapal pengangkut kontainer, harga barang-barang jugasudahturun.Dengan dasar pemikiran itu, RJ Lino mulai menggarap konsep baru yang disebut Pendulum Nusantara. Dasar pemikirannya adalah terbangunnya skala ekonomi dalam pengangkutan laut.Jika barang diangkut dengan kapal antarpulau yang bobotnya 1.000 ton, biayanya akan menjadi beberapa kali lipat jika dibandingkan dengan diangkut kapal yang bobotnya 60.000 ton yang mampu mengangkut 3.200 kontainer sekaligus. Dengan dasar pemikiran tersebut, dewasa ini akan dikembangkan pelabuhan-pelabuhan yang menjadi hub, yaitu Medan, Batam,Tanjung Priok,Tanjung Perak,Makassar,dan Sorong. Konsep semacam ini sudah banyak diterapkan di dunia pelayaran, penerbangan, dan bahkan telekomunikasi. Di Amerika Serikat,misalnya,penerbangan antara Los Angeles dan New York dilakukan dengan pesawat-pesawat besar. Dari New York ke kota-kota di sekitarnya kemudian dihubungkan dengan pesawat yang kecil seperti pesawat Embraer Regional Jet. Dengan konsep ini biaya penerbangan dapat ditekan menjadi lebih rendah. Inilah yang sering disebut dengan konsep hub and spokedi mana jalur penghubungnya disebut dengan trunk line. Di Indonesia, jalur pendulum akan dilayari kapal besar yang nantinya tentu akan dilombakan (ditenderkan) untuk memperoleh biaya yang paling ekonomis. Dengan konsep ini, berdasarkan informasi, biaya pengangkutan per kontainer akan ditekan sangat rendah sekali, mungkin di sekitar 20% dari biaya saat ini.Dengan demikian, biaya angkut dari Sorong sampai ke Jakarta mungkin tidak akan lebih mahal dibandingkan dengan biaya angkut dari Banjarmasin atau Pontianak ke Jakarta. Dengan demikian Sorong akan bisa menjadi pusat pertumbuhan industri baru yang akan mampu berkompetisi dengan pusat industri di Sumatera Utara maupun Kalimantan. Rasanya berbicara dengan RJ Lino kita mempunyai harapan baru tentang Indonesia yang lebih baik di masa depan. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar