Rabu, 10 Maret 2021

 

Om Senang Tante Girang

 Eko Endarmoko ; Penyusun Tesamoko, Tesaurus Bahasa Indonesia

                                                        KOMPAS, 09 Maret 2021

 

 

                                                           

Judul tulisan ini bisa kita duga tidak akan terlampau menggoda pembaca menafsirnya sebagai kalimat pernyataan. Jelas itu gabungan dua kata majemuk: om senang dan tante girang. Keduanya ungkapan lama yang tak kunjung lapuk hingga hari ini.

 

Setidaknya ada dua kombinasi ungkapan itu yang mungkin terbaca sebagai kalimat, (1) "Tante girang om senang" dan (2) "Om senang tante girang". Dua kalimat ini punya arti berbeda. Konstruksi (1) memberi informasi ada dua orang merasakan hal kurang lebih sama. Yang satu, tante, sedang girang, sementara lainnya, om, sedang senang. Di sisi lain, konstruksi (2) menyertakan satu informasi yang tak ada pada konstruksi (1), yaitu bahwa si om senang pada si tante. Tak ada petunjuk pada (1) bahwa si tante menyukai si om. Paling-paling kita bisa parafrasakan begini: "Tante girang setelah melihat om senang dan tidak bersedih lagi".

 

Persis dari titik inilah kita dapat lebih leluasa meninjau medan makna dua kata sifat di situ yang bersinonim, senang dan girang.

 

Orang gampang saja mengatakan senang dan girang bersinonim atau punya kesamaan makna. Padahal, kesamaan itu, seperti sinonimi pada umumnya, tidak bersifat mutlak. Keduanya merujuk pada perasaan lega, puas. Di satu titik, senang dan girang dapat saling menggantikan (tanpa mengubah makna secara signifikan) dalam, misalnya, "Bu Lutfi senang/girang anaknya yang baru lepas kuliah diterima bekerja di satu perusahaan dengan gaji memadai." Kualitas kepuasan dalam senang dan girang di sini gradual, terbedakan dalam gradasi puas-senang-girang-bahagia. Senang punya kedekatan makna dengan lega, aman, nyaman, puas. Sementara girang adalah rasa senang dengan kadar lebih. Ia mendekat ke gembira, riang. Ekspresi rasa senang tampak pada wajah ceria, sering ditambah senyum di bibir. Girang lebih ekspresif, tak jarang diikuti laku melonjak-lonjak atau bahkan sampai menangis.

 

Itu salah satu penjelasan mengapa bentuk tante girang dan om senang-lah yang masih kita kenal dan pakai hingga hari ini, bukan tante senang dan om girang. Seolah-olah kata girang punya perangai seperti perempuan dan senang itu berperangai maskulin. Sudah tentu ada penjelasan lain, tapi nantilah kita bicarakan lebih jauh.

 

Dibaca sebagai kalimat, "Om senang tante girang" dapat bermakna si om anu senang pada tante girang itu. Atau, malah mungkin saja, si om menggemari tante girang. Tapi, tampaknya data di lapangan tidak bicara seperti itu. Om senang biasanya lebih suka pada perempuan muda daripada tante-tante berumur. Tak ada lema om senang, begini kamus besar kita merumuskan tante girang: "wanita setengah baya yang suka bersenang-senang dengan pemuda". Dalam kalimat berbeda, si om dan si tante senang pada lawan jenis yang lebih muda dari mereka. Jarang om senang yang suka pada tante girang, sama jarangnya dengan tante girang yang suka pada om senang.

 

Namun, uraian di atas belum, persisnya tidak bermaksud, menjawab soal mengapa ungkapan "om senang" dan "tante girang" tak kunjung lapuk hingga sekarang. ●

 

1 komentar:

  1. 0818175273 hubungi aku yaaa .. aku kesepian nihhh (wisa zulfathia) Tante girang om senang

    BalasHapus