”Dikarenakan”
yang Tidak Tepat Amin Iskandar ; Penyelaras Bahasa Kompas |
KOMPAS,
13 Maret
2021
Sebuah kata tidak serta-merta terbentuk
demikian saja. Ada proses yang melibatkan banyak faktor sehingga akhirnya
menjadi sebuah kata yang baku sesuai kaidah bahasa. Secara teori, pembentukan sebuah kata dapat
dilakukan melalui beberapa proses, di antaranya proses morfologi. Nah, dalam
proses morfologi terdapat proses yang disebut pengafiksan. Pengafiksan adalah pembentukan kata dengan
menambahkan afiks atau imbuhan pada kata dasar, termasuk di dalamnya awalan
ataupun akhiran. Tentu saja ada kaidah-kaidah yang berlaku sehingga
pengimbuhan menghasilkan bentuk kata yang baku. Pengabaian terhadap aturan-aturan
pembentukan kata akan menghasilkan kata yang tidak tepat secara kaidah.
Contohnya, kata dikarenakan. Kata ini kerap muncul di media massa, tulisan
ilmiah, ataupun penggunaan di masyarakat pada umumnya, khususnya bahasa
tulisan. Untuk lebih memahami, mari kita perhatikan
contoh pemakaiannya di bawah ini. Banjir yang terjadi sejak Kamis
(31/12/2020) itu dikarenakan pasang air laut. (Kompas.id, 1 Januari 2021) Secara sepintas, sepertinya tak ada yang
salah dengan kalimat di atas. Namun, benarkah demikian? Kata karena merupakan
konjungsi atau kata penghubung, seperti halnya sebuah jembatan yang
menghubungkan dua hal. Konjungsi adalah kata atau ungkapan penghubung
antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat. Selain karena, yang termasuk sebagai
konjungsi antara lain dan, atau, tetapi, ketika, agar, supaya, sementara,
sedangkan, sehingga, bahwa, jika, dan seperti. Konjungsi bersama preposisi, artikel, dan
interjeksi tergolong sebagai partikel. Dalam ilmu bahasa, suatu partikel tidak
dapat diberikan imbuhan atau afiks, seperti prefiks (awalan), infiks
(sisipan), konfiks (awalan + akhiran), dan sufiks (akhiran), untuk menjadi
sebuah kata baru. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa
kata dikarenakan, yang terbentuk dari kata dasar karena dan mendapat awalan
di- dan akhiran -kan, merupakan bentuk yang tidak baku. Disebabkan Lalu, pertanyaannya, mengapa kata
dikarenakan kerap muncul dan digunakan? Bahkan, sepertinya tidak banyak orang
tahu bahwa kata tersebut tidak sesuai kaidah bahasa yang benar. Bentuk dikarenakan kemungkinan muncul
karena ada analogi bentukan kata disebabkan. Kata karena dan sebab dianggap
sama-sama konjungsi sehingga jika terdapat bentuk disebabkan, berarti
demikian pula dengan dikarenakan. Mari kita coba telusuri pembentukan kata
disebabkan, mengapa kata ini benar secara kaidah bahasa, sedangkan kata
dikarenakan tidak? Kata disebabkan terbentuk dari kata dasar
sebab yang mendapat imbuhan di- dan -kan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia
disebutkan, kata sebab bermakna dua. Pertama, sebab sebagai nomina, yaitu
’hal yang menjadikan timbulnya sesuatu’, dan kedua, sebagai preposisi, yakni
’oleh karena; terjadi karena; sebagai akibat’. Berdasarkan kaidah bahasa Indonesia, nomina
atau kata benda dapat mengalami pengafiksan. Sementara sebuah partikel,
seperti sudah disebutkan di atas, tidak dapat diberikan imbuhan. Jadi, kata
disebabkan terbentuk bukan dari kata dasar sebab sebagai partikel atau
konjungsi, melainkan sebab sebagai nomina. Dengan demikian, dari proses pembentukan
katanya, bentuk disebabkan berterima. Berbeda halnya dengan kata karena
sebagai sebuah partikel yang tidak dapat diberikan imbuhan. Cara
uji lain Selain dari pembentukan kata, kita juga
bisa mengujinya dari bentuk kata kerja kedua kata tersebut. Disebabkan merupakan bentuk kata kerja
pasif (dari awalan di- dan akhiran -kan). Apabila diubah menjadi bentuk kata
kerja aktif, disebabkan menjadi menyebabkan (me- + sebab + -kan). Menyebabkan, menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia, memiliki makna (1) mendatangkan (menimbulkan, menerbitkan) adanya
suatu hal; menjadikan sebab. Contoh: Kelengahannya menyebabkan
terjadinya kecelakaan itu. (2) memberi (menjadi) lantaran. Contohnya: Benar,
hanya perkara ini yang menyebabkan terjadinya perkelahian itu. Sementara itu, kata dikarenakan, apabila
diubah menjadi kata kerja aktif, dengan diberikan imbuhan me- dan -kan,
menjadi mengarenakan. Apakah selama ini kita pernah menjumpai kata
mengarenakan? Tentu saja tidak. Kata tersebut juga tidak memiliki makna. Dari penjelasan tersebut, jelas sudah bahwa
dikarenakan merupakan bentuk kata yang tidak baku dan sebaiknya tidak
digunakan dalam penulisan. Kini, mari kita perbaiki contoh kalimat di
awal tulisan dengan mengganti kata dikarenakan menjadi disebabkan. Banjir yang terjadi sejak Kamis
(31/12/2020) itu disebabkan (oleh) pasang air laut. Selain itu, kata karena juga dapat
digunakan untuk mengganti bentuk dikarenakan. Misalnya dalam kalimat di bawah
ini: Lokasi penemuan jenazah korban cukup jauh
dikarenakan saat peristiwa terjadi, debit air sungai cukup besar. (Kompas.id,
14 Juni 2020) Perbaikan menjadi: Lokasi penemuan jenazah
korban cukup jauh karena saat peristiwa terjadi, debit air sungai cukup
besar. Hal lain yang juga penting untuk
diperhatikan karena sering terjadi kekeliruan berkaitan dengan hal ini adalah
penggunaan bentuk disebabkan karena, seperti dalam kalimat berikut: Banjir di Jakarta bisa disebabkan karena
tiga faktor. (Kompas.id, 20 Februari 2021) Bentuk disebabkan karena harus dihindari karena
tergolong bentuk lewah atau berlebihan. Cukup kita pilih saja salah satu dari
dua kata itu, disebabkan atau karena, yang sesuai dengan kalimat yang ada. Sebab, dalam berbahasa Indonesia, selain
konsisten menggunakan kata-kata baku yang sesuai dengan kaidah bahasa, tak
kalah penting pula kita harus menghindari penggunaan bentuk yang mubazir. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar