Minggu, 14 Maret 2021

 

”Dikarenakan” yang Tidak Tepat

 Amin Iskandar  ; Penyelaras Bahasa Kompas

                                                        KOMPAS, 13 Maret 2021

 

 

                                                           

Sebuah kata tidak serta-merta terbentuk demikian saja. Ada proses yang melibatkan banyak faktor sehingga akhirnya menjadi sebuah kata yang baku sesuai kaidah bahasa.

 

Secara teori, pembentukan sebuah kata dapat dilakukan melalui beberapa proses, di antaranya proses morfologi. Nah, dalam proses morfologi terdapat proses yang disebut pengafiksan.

 

Pengafiksan adalah pembentukan kata dengan menambahkan afiks atau imbuhan pada kata dasar, termasuk di dalamnya awalan ataupun akhiran. Tentu saja ada kaidah-kaidah yang berlaku sehingga pengimbuhan menghasilkan bentuk kata yang baku.

 

Pengabaian terhadap aturan-aturan pembentukan kata akan menghasilkan kata yang tidak tepat secara kaidah. Contohnya, kata dikarenakan. Kata ini kerap muncul di media massa, tulisan ilmiah, ataupun penggunaan di masyarakat pada umumnya, khususnya bahasa tulisan.

 

Untuk lebih memahami, mari kita perhatikan contoh pemakaiannya di bawah ini.

 

Banjir yang terjadi sejak Kamis (31/12/2020) itu dikarenakan pasang air laut. (Kompas.id, 1 Januari 2021)

 

Secara sepintas, sepertinya tak ada yang salah dengan kalimat di atas. Namun, benarkah demikian? Kata karena merupakan konjungsi atau kata penghubung, seperti halnya sebuah jembatan yang menghubungkan dua hal. Konjungsi adalah kata atau ungkapan penghubung antarkata, antarfrasa, antarklausa, dan antarkalimat.

 

Selain karena, yang termasuk sebagai konjungsi antara lain dan, atau, tetapi, ketika, agar, supaya, sementara, sedangkan, sehingga, bahwa, jika, dan seperti.

 

Konjungsi bersama preposisi, artikel, dan interjeksi tergolong sebagai partikel. Dalam ilmu bahasa, suatu partikel tidak dapat diberikan imbuhan atau afiks, seperti prefiks (awalan), infiks (sisipan), konfiks (awalan + akhiran), dan sufiks (akhiran), untuk menjadi sebuah kata baru.

 

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kata dikarenakan, yang terbentuk dari kata dasar karena dan mendapat awalan di- dan akhiran -kan, merupakan bentuk yang tidak baku.

 

Disebabkan

 

Lalu, pertanyaannya, mengapa kata dikarenakan kerap muncul dan digunakan? Bahkan, sepertinya tidak banyak orang tahu bahwa kata tersebut tidak sesuai kaidah bahasa yang benar.

 

Bentuk dikarenakan kemungkinan muncul karena ada analogi bentukan kata disebabkan. Kata karena dan sebab dianggap sama-sama konjungsi sehingga jika terdapat bentuk disebabkan, berarti demikian pula dengan dikarenakan.

 

Mari kita coba telusuri pembentukan kata disebabkan, mengapa kata ini benar secara kaidah bahasa, sedangkan kata dikarenakan tidak?

 

Kata disebabkan terbentuk dari kata dasar sebab yang mendapat imbuhan di- dan -kan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan, kata sebab bermakna dua. Pertama, sebab sebagai nomina, yaitu ’hal yang menjadikan timbulnya sesuatu’, dan kedua, sebagai preposisi, yakni ’oleh karena; terjadi karena; sebagai akibat’.

 

Berdasarkan kaidah bahasa Indonesia, nomina atau kata benda dapat mengalami pengafiksan. Sementara sebuah partikel, seperti sudah disebutkan di atas, tidak dapat diberikan imbuhan. Jadi, kata disebabkan terbentuk bukan dari kata dasar sebab sebagai partikel atau konjungsi, melainkan sebab sebagai nomina.

 

Dengan demikian, dari proses pembentukan katanya, bentuk disebabkan berterima. Berbeda halnya dengan kata karena sebagai sebuah partikel yang tidak dapat diberikan imbuhan.

 

Cara uji lain

 

Selain dari pembentukan kata, kita juga bisa mengujinya dari bentuk kata kerja kedua kata tersebut.

 

Disebabkan merupakan bentuk kata kerja pasif (dari awalan di- dan akhiran -kan). Apabila diubah menjadi bentuk kata kerja aktif, disebabkan menjadi menyebabkan (me- + sebab + -kan).

 

Menyebabkan, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, memiliki makna (1) mendatangkan (menimbulkan, menerbitkan) adanya suatu hal; menjadikan sebab.

 

Contoh: Kelengahannya menyebabkan terjadinya kecelakaan itu. (2) memberi (menjadi) lantaran. Contohnya: Benar, hanya perkara ini yang menyebabkan terjadinya perkelahian itu.

 

Sementara itu, kata dikarenakan, apabila diubah menjadi kata kerja aktif, dengan diberikan imbuhan me- dan -kan, menjadi mengarenakan. Apakah selama ini kita pernah menjumpai kata mengarenakan? Tentu saja tidak. Kata tersebut juga tidak memiliki makna.

 

Dari penjelasan tersebut, jelas sudah bahwa dikarenakan merupakan bentuk kata yang tidak baku dan sebaiknya tidak digunakan dalam penulisan.

 

Kini, mari kita perbaiki contoh kalimat di awal tulisan dengan mengganti kata dikarenakan menjadi disebabkan.

 

Banjir yang terjadi sejak Kamis (31/12/2020) itu disebabkan (oleh) pasang air laut.

 

Selain itu, kata karena juga dapat digunakan untuk mengganti bentuk dikarenakan. Misalnya dalam kalimat di bawah ini:

 

Lokasi penemuan jenazah korban cukup jauh dikarenakan saat peristiwa terjadi, debit air sungai cukup besar. (Kompas.id, 14 Juni 2020)

 

Perbaikan menjadi: Lokasi penemuan jenazah korban cukup jauh karena saat peristiwa terjadi, debit air sungai cukup besar.

 

Hal lain yang juga penting untuk diperhatikan karena sering terjadi kekeliruan berkaitan dengan hal ini adalah penggunaan bentuk disebabkan karena, seperti dalam kalimat berikut:

 

Banjir di Jakarta bisa disebabkan karena tiga faktor. (Kompas.id, 20 Februari 2021)

 

Bentuk disebabkan karena harus dihindari karena tergolong bentuk lewah atau berlebihan. Cukup kita pilih saja salah satu dari dua kata itu, disebabkan atau karena, yang sesuai dengan kalimat yang ada.

 

Sebab, dalam berbahasa Indonesia, selain konsisten menggunakan kata-kata baku yang sesuai dengan kaidah bahasa, tak kalah penting pula kita harus menghindari penggunaan bentuk yang mubazir. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar