Reklamasi Solusi Jakarta
Firdaus Ali ; Dosen
dan Peneliti Teknik Lingkungan FTUI;
Pendiri dan Pimpinan Indonesia
Water Institute
|
MEDIA INDONESIA,
27 April 2016
SEBAGAI kota metropolitan, Ibu
Kota NKRI, yaitu DKI Jakarta sedang menghadapi permasalahan serius terkait
dengan daya tampung dan daya dukung lingkungan. Kondisi daya dukung ruang di
Ibu Kota terus menurun tajam sejalan dengan beban populasi yang semakin
tinggi. Sementara, pengelolaan masalah perkotaan di Ibu Kota tidak dilakukan
dengan baik selama ini. Beban populasi nyata kota sudah mencapai 12,5 juta
jiwa lebih pada luas wilayah daratan 662 km2.
Beban populasi yang sangat tinggi
dengan keterbatasan lahan dan ruang ialah tantangan besar yang dihadapi
Jakarta untuk mewujudkan ibu kota yang berkualitas. Keterbatasan kelengkapan
infrastruktur pendukung telah menyebabkan Jakarta tumbuh menjadi kota
metropolitan yang sarat dengan berbagai permasalahan lingkungan.
Pada saat bersamaan, wilayah
pantura Ibu kota sedang dihadapkan pada ancaman naiknya permukaan air laut
sebagai dampak dari fenomena pemanasan global. Hasil simulasi Tim Geodesi dan
Geologi ITB serta Indonesia Water Institute pada 2012 lalu, jika tidak ada
upaya signifikan untuk mengendalikan laju turun muka tanah di Jakarta, diperkirakan
pada 2050, sekitar 95% wilayah Jakarta Utara akan berada di bawah permukaan
air laut. Tentunya kerugian ekonomi dan biaya sosial yang ditimbulkan akan
semakin masif.
Reklamasi
pantura Jakarta
Sebagai dampak dari buruknya tata
kelola lingkungan, Teluk Jakarta terus mengalami penurunan kualitas
lingkungan yang sangat serius dalam hampir 4 dekade terakhir. Tidak saja, itu
tertinggal dalam pelayanan air bersih/minum perpipaan. Jakarta hingga saat
ini belum memiliki sistem pengelolaan limbah cair perkotaan sebagaimana
lazimnya sebuah kota modern sehingga hampir sebagian besar limbah perkotaan
yang tidak diolah berakhir di kawasan Teluk Jakarta yang akhirnya menimbulkan
kehancuran ekologi masif pada ekosistem Teluk Jakarta.
Sudah saatnya penanganan masalah
perkotaan Jakarta yang secara geografis merupakan kota pinggir pantai
dilakukan secara menyeluruh, terpadu, dan berkelanjutan dengan mengedepankan
terobosan. Dalam aspek pengembangan ruang dan kawasan, untuk bisa menambah
daya tampung dan daya dukung ruang serta lingkungan, opsi yang tersisa
hanyalah optimalisasi lahan ke depan, yaitu ke kawasan pantura Jakarta yang
dalam hal ini aialah Teluk Jakarta.
Salah satu upaya yang dapat
dilakukan ialah melakukan reklamasi, yang merupakan pembentukan kawasan
daratan baru, baik di wilayah pesisir maupun di tengah lautan. Hal ini
bertujuan menjadikan kawasan yang rusak atau yang belum dimanfaatkan secara
maksimal dapat lebih berguna menjadi suatu kawasan yang memiliki nilai
fungsional. Baik dari segi ekonomi maupun untuk tujuan strategis lainnya,
dengan tetap mengedepankan aspek keberlanjutan lingkungannya.
Pelaksanaan reklamasi tentunya
memiliki ketentuan ataupun kebijakan yang harus diperhatikan, untuk
mengantisipasi dampak negatif dari kegiatan reklamasi tersebut. Adapun dampak
negatif yang mungkin muncul, di antaranya berupa dampak fisik, biologi,
sosial, dan ekonomi.
Dampak fisik yang harus
diantisipasi, di antaranya perubahan hidro-oseanografi, sedimentasi, dan
peningkatan potensi banjir, sedangkan dampak biologi, antara lain
terganggunya ekosistem bakau dan terumbu karang. Hilangnya wilayah tangkapan
hasil laut yang dapat berimbas pada penurunan pendapatan petani tambak,
nelayan, dan buruh ialah bagian dari dampak sosial dan ekonomi yang harus
diantisipasi dengan cerdas.
Solusi
masalah ibu kota
Belajar dari pengalaman banyak
negara yang sukses melakukan reklamasi kawasan pantainya, hal-hal yang
berpotensi memberikan dampak buruk terhadap lingkungan dapat diantisipasi dan
dikelola dengan baik. Dengan kemajuan iptek, kemampuan manusia untuk memahami
dan mengelola alam dan lingkungan semakin meningkat.
Tidak bisa dibantah bahwa
perkembangan teknologi dengan perencanaan serta pengawasan yang baik semakin
mampu mewujudkan reklamasi yang ramah lingkungan. Di sisi lain, adanya
kegiatan reklamasi juga akan membawa peluang ekonomi baru dengan segala
turunannya yang juga membuka peluang perbaikan kondisi sosial dan ekonomi
masyarakat pesisir tradisional melalui suatu perencanaan terpadu. Reklamasi
di Teluk Jakarta bisa dikatakan pilihan terbaik untuk mengatasi problem Ibu
Kota yang multidimensional. Tak hanya untuk melakukan restorasi ekologis,
penambahan ruang darat kota juga bisa untuk mengendalikan tingkat kepadatan
di Ibu Kota.
Reklamasi juga akan merevitalisasi
wilayah utara Jakarta yang elevasinya relatif lebih rendah jika dibandingkan
dengan wilayah lainnya di Jakarta. Meningkatnya kualitas wilayah di bagian
utara berpotensi untuk meredistribusi sebaran penduduk Jakarta dari
daerah-daerah resapan air, seperti di selatan Jakarta, ke wilayah yang
tingkat kepadatan penduduk relatif lebih rendah, dalam hal ini di wilayah
utara Jakarta. Reklamasi merupakan suatu keniscayaan akhir-akhir ini dan di
masa yang akan datang. Kita dapat belajar dari keberhasilan reklamasi di
Teluk Tokyo, Osaka, Shanghai, Dubai, Singapura, dll. Reklamasi bisa menjadi
solusi pengembangan ruang dengan menitikberatkan pada fungsi dan rekayasa
lingkungan yang berkelanjutan.
Dengan melihat arah pembangunan
DKI Jakarta yang saat ini diarahkan ke barat, timur, dan utara, akan butuh
pengembangan sekaligus optimalisasi pemanfaatan ruang, dalam hal ini terutama
Teluk Jakarta.
Keseluruhan lahan yang nantinya
terbentuk akan berupa pulau-pulau baru di lingkungan Teluk Jakarta yang
direncanakan mencapai sekitar 5.200 ha dan akan menjadi ikon pembangunan Kota
Metropolitan Jakarta yang berbasiskan daya dukung dan daya tampung
lingkungan, khususnya terhadap badan air yang merupakan amenitis kota-kota
maju dan modern dewasa ini.
Pulau-pulau baru hasil reklamasi
yang dirancang menjadi bagian dari rencana pengelolaan lingkungan terpadu dan
berkelanjutan kawasan Teluk Jakarta juga merupakan etalase Indonesia dalam
upaya penanganan permasalahan lingkungan perkotaan pinggir pantai yang
terpadu sehingga menunjukkan pembangunan metropolitan yang berkelanjutan
serta mampu mengantisipasi tantangan peradaban ke depan.
Jika direncanakan dan dilaksanakan
dengan baik melibatkan seluruh pemangku kepentingan, tentunya reklamasi dapat
menghasilkan ruang binaan baru dari hasil rekayasa dan juga menciptakan
kawasan Water Front City modern yang menyatukan aspek kelautan/bahari yang
ramah lingkungan. Dengan melihat bahwa reklamasi merupakan sebuah kegiatan
pembangunan yang sangat besar, dibutuhkan juga perencanaan dan penelitian
terkait dengan kegiatan itu.
Rencana Pemprov DKI Jakarta untuk
menata ulang dalam rangka reklamasi/restorasi kawasan Teluk Jakarta ialah
pilihan yang tepat. Perbedaan pandang dan pendapat yang ada, jika disikapi
dengan bijak akan menghasilkan rancang bangun reklamasi Teluk Jakarta yang
optimal dan ramah lingkungan. Ekosistem baru yang direncanakan harus jauh
lebih baik dari sebelumnya. Nelayan yang selama ini 'terpaksa' mencari nafkah
di kawasan yang sudah rusak ekosistemnya harus mendapat prioritas perbaikan
nasib dengan adanya reklamasi Teluk Jakarta ini. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar