Pemegang Tongkat Estafet RA Kartini
Esthi Susanti Hudiono ;
Aktivis “Perempuan dan Anak” yang tergabung dalam Aliansi Perempuan
Indonesia Membangun Bangsa
|
JAWA POS, 22 April
2016
R.A Kartini adalah pembaru
abad ke-20 dengan mengusung nilai kesetaraan, keadilan, dan pluralisme di
Indonesia. Nilai-nilai perubahan yang diusung mengikuti perubahan nilai yang
terjadi di Eropa, terutama Belanda.
Dia menjadi tokoh yang
hadir dalam perubahan zaman yang bergerak. Nilai-nilai itu difokuskan dengan
membuka ruang selebar-lebarnya untuk pendidikan anak perempuan. Nilai yang
diperjuangkan telah terealisasi dalam kebijakan nasional serta terus
berproses dalam kehidupan sosial dan budaya saat ini.
Abad ke-21 mensuntut
perubahan yang berbeda. Saya sebagai salah satu pemegang tongkat estafet
Kartini melihat pentingnya merumuskan agenda perubahan yang relevan. Nilai
persamaan, keadilan, dan pluralisme telah terinternalisasi dalam diri banyak
perempuan, termasuk saya.
Lalu, pertanyaannya,
setelah perempuan berposisi setara dan mendapatkan keadilannya, apa yang
hendak dicapai?
Tentu bukan semata
kemajuan berhenti pada dirinya. Lantas apa? Melihat konteks internasional dan
Indonesia, menurut saya, ada dua nilai penting sebagai kelanjutan nilai yang
diperjuangkan Kartini. Yaitu, keberlangsungan dan kerja sama gender.
Keberlanjutan
Karena itu, saatnya kita
memikirkan keberlanjutan generasi penerus yang unggul. Bonus demografi yang
dilihat sebagai peluang Indonesia untuk menjadi bangsa besar akan menjadi
ancaman kalau kita tidak mempersiapkan generasi penerus.
Ancaman meluasnya
kriminalitas dan pelacuran dari tren yang terjadi saat ini bukanlah isapan
jempol. Untuk mendapatkan generasi penerus yang unggul, berbagai ancaman
nyata mereka hadapi. Mulai pornografi, seks dini dan bebas, penelantaran
anak, pola asuh yang salah, narkoba, hingga kekerasan seksual yang dipicu
media sosial dan lain-lain. Belum lagi dampak dari semua itu, yakni aborsi,
pembunuhan janin, anak di luar nikah, HIV, hingga infeksi menular seksual.
Pemerintah, masyarakat
sipil, dan orang tua belum mengantisipasi semua masalah itu dengan layak.
Kalau itu tidak segera diatasi, dampaknya akan kita lihat nanti dalam bentuk
peningkatan kriminalitas, penganggur, dan pelacuran.
Keberlanjutan generasi
penerus yang unggul harus menjadi misi setiap orang tua. Abad ke-21 yang
melahirkan generasi X dan Y yang berbeda sama sekali dengan generasi baby
boomer membawa konsekuensi bahwa anak-anak harus dididik secara berbeda. Jiwa
entrepreneur, inovasi, dan kreativitas yang akan membuat anak-anak bisa
bertahan serta berkembang pada zaman ini.
Karena itu, ibu maupun
bapak harus meluangkan waktu untuk memberikan bekal layak yang diperlukan
kepada anak-anaknya. Untuk itu, orang tua harus memiliki misi bagi
anak-anaknya agar potensi bisa teraktualisasi.
Dunia pendidikan dan media
massa berada di depan, membantu para orang tua untuk mewujudkan keberlanjutan
generasi penerus yang hebat. Karena itu, isu keberlanjutan dan mekanisme
pencapaiannya harus dikampanyekan dan diinternalisa¬sikan terus-menerus.
Kerja
Sama Gender
Nilai penting lainnya
dalam membangun generasi penerus yang unggul adalah kerja sama antara
perempuan dan laki-laki. Semangat bersaing antargender yang berbeda sudah
saatnya dipinggirkan. Ruang publik yang terbuka untuk perempuan melahirkan
suasana persaingan, yang tentu bisa berdampak pada kehidupan privat.
Selain itu, pembagian
kerja perempuan dan laki-laki dalam rumah tangga perlu direvisi. Selama ini,
perempuan diposisikan untuk melakukan pengasuhan anak dan laki-laki
ditempatkan untuk melakukan peran publik. Pembagian kerja seperti itu harus
direvisi. Pengasuhan anak menjadi tanggung jawab ibu dan bapak.
Hal itu terbukti dalam
berbagai riset yang ada tentang dampak dari pengasuhan bapak. Bapak yang
terlibat dalam pengasuhan anak melahirkan anak yang tangguh dengan
kepercayaan diri tinggi. Dampak absennya bapak dalam peng¬asuhan akan membuat
anak lemah. Sebab, terjadi gangguan emosi yang membuat anak kurang mampu
menghadapi stres.
Relevan
dengan Semangat Zaman
Semangat zaman ini
mengutamakan nilai keberlangsungan di bidang usaha, sumber daya alam, budaya,
dan lain-lain. Di luar urusan keluarga, isu keberlangsungan telah dibahas
terus-menerus di dunia usaha dan lingkungan. Sayang, kita belum bicara soal
keberlangsungan generasi penerus yang unggul.
Keberlangsungan generasi
penerus yang hebat sekalipun, terutama, menjadi tanggung jawab orang tua.
Namun, harus ada yang membuka kesadaran dan mendampingi orang tua. Menjadi
orang tua zaman sekarang tidak bisa mengandalkan naluri dan contoh dari orang
tuanya dulu. Karena itu, pendidikan orang tua harus digalakkan dalam kerangka
pendampingan. Sekolah dan masyarakat juga harus inovatif, selaras mengembangkan
nilai keberlangsungan generasi yang akan datang dengan membuat
program-program yang sesuai.
Begitu juga semangat kerja
sama, menjadi aspek yang akan membuat orang bisa bertahan dan berkembang pada
abad ke-21 ini. Kemampuan untuk bisa bekerja dalam tim telah dibahas di
dimensi lain. Namun, kerja sama gender antara laki-laki dan perempuan di
ranah domestik maupun privat belum dibahas. Karena itu, saatnya kita membahas
kerja sama laki-laki dan perempuan untuk generasi penerus. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar