Jumat, 30 April 2021

 

Sains sebagai Basis Formulasi Kebijakan

Satryo Soemantri Brodjonegoro ;  Ketua Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia

KOMPAS, 30 April 2021

 

 

                                                           

Formulasi kebijakan sering kali dilakukan tanpa menggunakan basis bukti ilmiah sehingga kebijakan tersebut tidak dapat diimplementasi dengan baik dan benar, bahkan tidak jarang kebijakan tersebut justru menimbulkan permasalahan baru.

 

Terutama, dalam bidang kesehatan, khusus saat pandemi sekarang, vaksin baru dapat digunakan setelah melalui uji klinis yang cukup ketat secara prosedur ataupun ilmiah. Hasil uji klinis tersebut harus akurat dan sesuai dengan kaidah ilmiah, setelah itu digunakan sebagai basis dalam formulasi kebijakan penggunaan vaksin.

 

Dalam bidang lain, formulasi kebijakan harus disusun berdasarkan basis bukti ilmiah yang sahih meskipun tidak semudah di bidang kesehatan karena dapat melakukan uji klinis yang terukur dan berkaidah.

 

Dalam bidang sosial kemanusiaan diperlukan suatu metode yang mampu menghasilkan basis bukti ilmiah yang diperlukan untuk formulasi kebijakan terkait, tidak mungkin dilakukan ”uji klinis” seperti pada bidang kesehatan.

 

Proses untuk menghasilkan basis bukti ilmiah umumnya melalui kegiatan riset dan kajian ilmiah oleh para ilmuwan dan periset. Hasil riset dan kajian dimaksud harus melalui proses sanctioning/peer review yang ketat sesuai dengan kaidah keilmuan dan kebenaran ilmiah yang mutakhir.

 

Salah satunya adalah melalui publikasi ilmiah pada jurnal bereputasi dan bermartabat. Kuncinya terletak pada kebenaran ilmiah, di mana dengan kebenaran ilmiah tersebut, suatu kebijakan dapat diformulasikan dengan baik dan benar.

 

Dalam kenyataannya, implementasi kebijakan yang berbasis bukti ilmiah harus didukung oleh political will (kemauan politik) supaya berdampak dan menumbuhkan kepercayaan masyarakat/pemangku kepentingan.

 

Sebagai contoh, riset membuktikan bahwa merokok akan menimbulkan kanker paru-paru dan berbagai penyakit lain sehingga terbitlah kebijakan untuk mengurangi (karena tidak mungkin menghilangkan) kebiasaan merokok.

 

Sementara itu, industri rokok besar bertahun-tahun berupaya mematahkan basis bukti ilmiah bahaya merokok di hadapan publik sambil menyembunyikan temuan-temuan mereka tentang bahaya merokok.

 

Formulasi kebijakan yang bersifat lintas sektor dan kompleks tidak dapat hanya mengandalkan eksperimen ilmiah, tetapi tinjauan (review) sistematis terhadap bukti-bukti ilmiah yang relevan (evidence summit).

 

Tinjauan sistematis tak sekadar tinjauan riset sederhana terhadap topik yang dipilih, tetapi tinjauan terhadap sejumlah bukti ilmiah yang relevan dengan persoalan spesifik yang akan diselesaikan.

 

Kebijakan berinformasi bukti ilmiah

 

Dalam beberapa kasus, beberapa eksperimen yang bermutu tinggi dapat dilengkapi oleh lebih banyak kumpulan data bermutu yang memberikan bukti ilmiah tambahan yang berharga terhadap aplikasi yang lebih luas dari suatu kegiatan. Dalam hal terjadi hasil review yang bertentangan, kualitas bukti ilmiah akan sangat menentukan interpretasi dan kesimpulan yang dihasilkan.

 

Riset ilmiah sangat penting sebagai informasi yang dibutuhkan dalam formulasi kebijakan, khususnya di bidang kesehatan, karena dapat mengidentifikasi persoalan yang mengemuka, memberikan solusi untuk mengatasi persoalan tersebut, dapat memprediksi dampak yang mungkin terjadi dari pilihan kebijakan yang diambil.

 

Potensi informasi riset ilmiah itu tak berarti pertimbangan demokratis dan hak asasi manusia dapat atau bahkan harus dikesampingkan. Karena itu, pendekatannya tak semata-mata ”formulasi kebijakan berbasis bukti ilmiah”, tetapi lebih kepada ”formulasi kebijakan berinformasi bukti ilmiah”.

 

Formulasi kebijakan kesehatan harus mempertimbangkan pengaruh faktor kekuatan lain selain sains. Hal ini untuk memastikan akuntabilitas para politisi dan para ilmuwan, dan untuk menjustifikasi kebijakan yang melanggar prinsip dasar masyarakat demokratis.

 

Kita tak perlu mempertentangkan antara sains dan politik karena kami para ilmuwan punya komitmen politik dan norma tersendiri. Dan dalam hal itu kami berdiri sama tinggi dengan masyarakat, tidak lebih tinggi. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar