Duka
TNI AL, Duka Kita Semua Mari Pangestu ; Direktur Pelaksana
Bank Dunia |
KOMPAS, 29 April 2021
Saya bangga sebagai warga kehormatan kapal
selam TNI-AL dan memperoleh brevet Hiu Kencana saat menyelam dengan KRI
Nanggala-402 pada 2014. Saya pun ikut berduka mendalam dengan tenggelamnya
KRI Nanggala-402 dan 53 pahlawan TNI-AL yang gugur. Pada 2014, saya dan Menko Perekonomian
Chairul Tanjung serta Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana diberi
kesempatan oleh Laksamana Madya Marsetio, saat itu Kepala Staf TNI AL, untuk
ikut menyelam dengan KRI Nanggala-402. Selama empat jam dan dengan kedalaman 40
meter di bawah permukaan laut di Selat Sunda, kami memperoleh pengalaman luar
biasa yang tidak akan terlupakan. Ternyata apa yang saya pernah bayangkan
mengenai kapal selam sangat berbeda dengan kenyataan. Luas kapal selam
ternyata kecil dan ruang gerak secara fisik terbatas, tetapi awak kapal selam
yang bertugas—sering kali berhari-hari di bawah permukaan laut—melakukan
tugas mulia mereka menjaga wilayah NKRI secara profesional, bertanggung
jawab, dan semangat. Kami bertiga diperlihatkan alat-alat
canggih, seperti periskop, dan diberi penjelasan fungsi control room dan
bagaimana pemantauan dilaksanakan. Kami pun diperlihatkan apa saja yang dapat
mereka lihat di bawah laut ataupun di permukaan. Memang tidak banyak yang
dijelaskan mengenai kemampuan ”perang”. Namun, kita ketahui bahwa berbagai
alat untuk menyerang sudah pasti ada di KRI Nanggala-402. Mengingat mereka harus selalu waspada dalam
keadaan luasan ruang yang sempit dan berhari-hari di bawah permukaan laut,
bisa terbayang kekuatan mental dan ketangguhan yang diperlukan untuk bisa
menjalankan tugas dan tetap bisa menjaga kesehatan secara fisik dan mental.
Sudah pasti para awak kapal selam adalah kelompok terpilih dari TNI AL. Seusai mengikuti perjalanan Nanggala-402
selama empat jam, Laksamana Madya Marsetio memberi kami bertiga brevet Hiu
Kencana karena kami dianggap berkontribusi dan memberi atensi kepada TNI AL.
Sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu, saya banyak
berhubungan dengan TNI AL dalam rangka acara sail yang diadakan setiap tahun
dan berbagai kegiatan bahari. Namun, dalam hati saat itu, saya berpikir,
apa arti kontribusi kami dibandingkan awak kapal selam TNI AL yang senantiasa
menjaga NKRI dalam keadaan demikian sulit. Terus
dikenang Sejak ada berita bahwa terjadi putus
hubungan komunikasi dengan KRI Nanggala-402, kami pun langsung teringat
kembali pada pengalaman luar biasa di 2014 dan membayangkan awak kapal yang
saat itu sempat bersama-sama selama empat jam. Mendengar berita KRI
Nanggala-402 memang tenggelam dan 53 awak kapal gugur, kami pun merasa
kehilangan dan hanya bisa mengenang jasa dan pengabdian mereka menjaga
wilayah NKRI yang tak akan pernah dilupakan. Kita semua sedih dan merasa kehilangan.
Namun, kita juga harus terus memberi semangat, apresiasi, dan dukungan kepada
TNI AL sebagai garda yang selama ini menjaga wilayah NKRI dan juga kepada
seluruh angkatan TNI atas pengabdian mereka untuk negara. Selamat jalan ke-53
awak kapal selam Nanggala-402 yang gugur. Semoga damai di tempat
peristirahatan terakhir. Semangatmu akan menjaga wilayah NKRI untuk
selamanya. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar