Jumat, 30 April 2021

 

Duka TNI AL, Duka Kita Semua

Mari Pangestu ;  Direktur Pelaksana Bank Dunia

KOMPAS, 29 April 2021

 

 

                                                           

Saya bangga sebagai warga kehormatan kapal selam TNI-AL dan memperoleh brevet Hiu Kencana saat menyelam dengan KRI Nanggala-402 pada 2014. Saya pun ikut berduka mendalam dengan tenggelamnya KRI Nanggala-402 dan 53 pahlawan TNI-AL yang gugur.

 

Pada 2014, saya dan Menko Perekonomian Chairul Tanjung serta Menteri PPN/Kepala Bappenas Armida Alisjahbana diberi kesempatan oleh Laksamana Madya Marsetio, saat itu Kepala Staf TNI AL, untuk ikut menyelam dengan KRI Nanggala-402.

 

Selama empat jam dan dengan kedalaman 40 meter di bawah permukaan laut di Selat Sunda, kami memperoleh pengalaman luar biasa yang tidak akan terlupakan.

 

Ternyata apa yang saya pernah bayangkan mengenai kapal selam sangat berbeda dengan kenyataan. Luas kapal selam ternyata kecil dan ruang gerak secara fisik terbatas, tetapi awak kapal selam yang bertugas—sering kali berhari-hari di bawah permukaan laut—melakukan tugas mulia mereka menjaga wilayah NKRI secara profesional, bertanggung jawab, dan semangat.

 

Kami bertiga diperlihatkan alat-alat canggih, seperti periskop, dan diberi penjelasan fungsi control room dan bagaimana pemantauan dilaksanakan. Kami pun diperlihatkan apa saja yang dapat mereka lihat di bawah laut ataupun di permukaan. Memang tidak banyak yang dijelaskan mengenai kemampuan ”perang”. Namun, kita ketahui bahwa berbagai alat untuk menyerang sudah pasti ada di KRI Nanggala-402.

 

Mengingat mereka harus selalu waspada dalam keadaan luasan ruang yang sempit dan berhari-hari di bawah permukaan laut, bisa terbayang kekuatan mental dan ketangguhan yang diperlukan untuk bisa menjalankan tugas dan tetap bisa menjaga kesehatan secara fisik dan mental. Sudah pasti para awak kapal selam adalah kelompok terpilih dari TNI AL.

 

Seusai mengikuti perjalanan Nanggala-402 selama empat jam, Laksamana Madya Marsetio memberi kami bertiga brevet Hiu Kencana karena kami dianggap berkontribusi dan memberi atensi kepada TNI AL. Sebagai Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif saat itu, saya banyak berhubungan dengan TNI AL dalam rangka acara sail yang diadakan setiap tahun dan berbagai kegiatan bahari.

 

Namun, dalam hati saat itu, saya berpikir, apa arti kontribusi kami dibandingkan awak kapal selam TNI AL yang senantiasa menjaga NKRI dalam keadaan demikian sulit.

 

Terus dikenang

 

Sejak ada berita bahwa terjadi putus hubungan komunikasi dengan KRI Nanggala-402, kami pun langsung teringat kembali pada pengalaman luar biasa di 2014 dan membayangkan awak kapal yang saat itu sempat bersama-sama selama empat jam. Mendengar berita KRI Nanggala-402 memang tenggelam dan 53 awak kapal gugur, kami pun merasa kehilangan dan hanya bisa mengenang jasa dan pengabdian mereka menjaga wilayah NKRI yang tak akan pernah dilupakan.

 

Kita semua sedih dan merasa kehilangan. Namun, kita juga harus terus memberi semangat, apresiasi, dan dukungan kepada TNI AL sebagai garda yang selama ini menjaga wilayah NKRI dan juga kepada seluruh angkatan TNI atas pengabdian mereka untuk negara. Selamat jalan ke-53 awak kapal selam Nanggala-402 yang gugur. Semoga damai di tempat peristirahatan terakhir. Semangatmu akan menjaga wilayah NKRI untuk selamanya. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar