Senin, 19 April 2021

 

Teka-teki ”Sudah Akan”

Retmawati ; Penyelaras Bahasa Kompas

KOMPAS, 17 April 2021

 

 

                                                           

Pemakaian frasa sudah akan kerap kali muncul dalam percakapan di masyarakat, media sosial, bahkan dalam tulisan di media massa cetak dan daring. Namun, yang tak banyak disadari, apabila istilah ini muncul dalam sebuah kalimat, sebenarnya kalimat tersebut berubah layaknya sebuah teka-teki.

 

Mengapa seperti teka-teki? Frasa sudah akan terdiri dari kata sudah dan akan. Kata sudah dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) daring diartikan sebagai ’telah jadi’; ’telah sedia’; ’selesai’.

 

Kata ini bisa diartikan pula sebagai ’telah lalu’ (lampau, terjadi); ’terdahulu’. Lebih ringkasnya, kata sudah merujuk pada arti ’telah’ (menyatakan perbuatan yang telah terjadi).

 

Sementara itu, kata akan dalam KBBI diartikan salah satunya sebagai ’hendak’ (untuk menyatakan sesuatu yang hendak terjadi, berarti).

 

Berdasarkan tinjauan di KBBI tersebut, bukankah makna kedua kata itu justru bertolak belakang? Dengan demikian, ketika gabungan kata itu muncul dalam sebuah kalimat, bukankah kita harus menebak layaknya sebuah teka-teki: sudah atau akan? Sudah terjadi atau baru rencana?

 

Sebagai contoh, bisa kita lihat dalam dua kalimat berikut:

 

Mukhasan menjelaskan bahwa penyelenggara pemilu akan mendapat tantangan besar apabila fenomena itu terjadi mendekati hari pemungutan suara. Sebab, segala logistik, seperti kertas suara, sudah akan dicetak. (Kompas, 5 Oktober 2020)

 

Pembicaraan dengan Pfizer masih terus dilakukan. Dalam waktu dekat, Bio Farma sudah akan mulai proses manufaktur vaksin Sinovac. (Kompas, 7 Januari 2021)

 

Jika kita melihat kalimat pertama, kemunculan sudah akan sebenarnya bisa dihindari dengan menghilangkan kata akan sehingga kalimat tersebut menjadi:

 

Mukhasan menjelaskan bahwa penyelenggara pemilu akan mendapat tantangan besar apabila fenomena itu terjadi mendekati hari pemungutan suara. Sebab, segala logistik, seperti kertas suara, sudah dicetak.

 

Sementara untuk contoh kedua lebih tepat jika kata sudah dihilangkan sehingga menjadi: Pembicaraan dengan Pfizer masih terus dilakukan. Dalam waktu dekat, Bio Farma akan memulai proses manufaktur vaksin Sinovac.

 

Munculnya frasa sudah akan dalam bahasa Indonesia kemungkinan besar karena terpengaruh bahasa daerah, khususnya bahasa Jawa. Penutur bahasa Jawa sering menggunakan istilah wis arep—yang juga bisa diartikan sebagai ’sudah akan’—dalam percakapan sehari-hari.

 

Meski demikian, untuk mencegah kebingungan pembaca atau lawan bicara dan tanpa sadar mengubah sebuah kalimat menjadi sebuah teka-teki, ada baiknya gabungan kata sudah akan kita hindari. Kita bisa memilih sudah atau akan; telah terjadi (lampau) atau hendak terjadi (baru rencana) untuk menegaskan maksud dari kalimat yang kita ungkapkan. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar