Kadar
Antibodi Pascavaksinasi Bachti Alisjahbana ; Pengajar,
Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, RSHS/FK
Universitas Padjadjaran |
KOMPAS, 20 April 2021
Vaksinasi Covid-19 bertujuan meningkatkan
kekebalan tubuh kita atau sekelompok manusia sehingga bisa mencegah infeksi
atau penyakit berat akibat Covid-19. Dengan vaksinasi ini akan terbentuk
antibodi dan memori imunologis yang bisa mencegah seseorang terinfeksi atau
sakit Covid-19 berat. Tolok ukur keberhasilan program imunisasi masif saat
ini ditentukan oleh seberapa orang tervaksinasi pada satu populasi. Karena
target imunisasi adalah untuk membentuk antibodi, sebenarnya pemeriksaan
kadar antibodi pascavaksinasi lebih obyektif. Khusus Covid-19, target pemeriksaannya
adalah kadar antibodi terhadap receptor binding domain (Rbd) atau titer
antibodi netralisasi. Pemikiran ini bukanlah konsep baru. Buktinya, banyak
orang mempertanyakan ”apakah kadar antibodi saya sudah cukup setelah divaksin
Covid-19?” Apalagi dengan tingkat efikasi Sinovac yang hanya 65,3 persen.
Namun, Kemenkes RI, WHO, dan CDC AS belum menyatakan pemeriksaan ini
diperlukan. Manfaat
bagi individu Pada dasarnya wajar bagi penerima vaksin apabila
ingin mengetahui apakah sudah ada antibodi anti-Covid-19 yang cukup untuk
proteksi. Namun, keraguan ini sebenarnya lebih relevan lagi bagi orang
berusia lanjut atau yang mempunyai komorbiditas tertentu. Pada orang berusia di atas 60 tahun, sudah
diketahui bahwa respons imunitas menurun, bahkan hingga hanya 35 persen.
Respons pembentukan antibodi juga kurang baik pada penyandang diabetes, gagal
ginjal kronis, penyakit paru kronis, atau HIV-AIDS. Jika kita seorang penyintas Covid-19, kita
akan mempertanyakan, apa kegunaan vaksin untuk kita? Nyatanya, sebagian besar
penyintas Covid-19 menunjukkan kadar antibodi yang tinggi, bahkan sampai
lebih dari enam bulan setelah sakitnya. Bisa dimengerti jika ia ingin
mengetahui kadar antibodi sebelum memutuskan menerima vaksin. Manfaat bagi individu yang tak kalah
penting adalah untuk kepentingan perjalanan. Semakin banyak negara yang
mengharuskan kita memiliki sertifikat sudah vaksinasi Covid-19 untuk bisa
masuk. Untuk kepentingan ini, sebenarnya kadar antibodi Covid-19 adalah
ukuran yang lebih akurat daripada sertifikat sudah pernah vaksinasi. Pemalsuan sertifikat sering terjadi di
mana-mana, sementara pemeriksaan antibodi sangat mudah dilakukan, lebih mudah
dibandingkan swab-PCR dan dapat distandardisasi untuk menjadi syarat
bepergian. Prasyarat seperti ini bukan hal baru pula. CDC AS menganjurkan
perlunya pemeriksaan antibodi terhadap virus morbili (penyebab campak) atau
bukti tertulis telah divaksinasi morbili sebelum bepergian ke luar AS. Manfaat
bagi komunitas Untuk komunitas, vaksinasi massal
dilaksanakan untuk segera memperoleh imunitas kelompok (herd immunity). Hal
ini baru tercapai apabila lebih dari 70 persen penduduk punya zat imun
terhadap penyakit itu. Penelitian sudah membuktikan, orang yang mempunyai
antibodi terhadap Covid-19 terproteksi terhadap sakit Covid-19. Kalau efikasi vaksin 65,3 persen, bisa kita
artikan bahwa 34,7 persen tidak terproteksi baik dengan vaksin yang sudah
diberikan. Dengan kinerja demikian, bagaimana kita bisa yakin bahwa kalau 70
persen populasi sudah tervaksinasi, kita sudah mencapai kekebalan kelompok?
Secara hitungan kasar, jika 70 persen orang sudah dapat vaksinasi, berarti
hanya kira-kira setengah populasi (65,3 persen x 70 persen = 45,7 persen)
yang sudah terproteksi. Berarti masih jauh dari target imunitas kelompok. Penentuan kadar antibodi pada program
vaksinasi massal merupakan tolok ukur capaian yang lebih obyektif. Kegagalan
tercapainya respons imun yang cukup di komunitas bisa terjadi sedikitnya
karena 3 hal: 1) efektivitas vaksin tak 100 persen (seperti contoh di atas),
2) belum memperhitungkan orang dengan komorbiditas, dan 3) kegagalan
operasional seperti vaksin rusak dalam transportasi. Jika kita mengimplementasikan pemeriksaan
kadar antibodi Covid-19 sebelum vaksinasi, kita juga bisa mendapatkan manfaat
lain, yaitu mengetahui berapa orang yang sudah memiliki antibodi dengan kadar
yang cukup. Dengan hebatnya pandemi ini, prevalensi orang dengan antibodi
positif bisa di atas 10 persen. Dengan diketahuinya orang- orang ini, kita
bisa membatasi distribusi vaksin dengan mengesampingkan orang yang sudah
mempunyai antibodi. Imunitas kelompok akan tetap tercapai dengan jumlah
vaksin yang 10 persen lebih efisien. Tes
antibodi Covid-19 Kelemahan pertama dari uji kadar antibodi
Covid-19 adalah kita belum tahu persis berapa ambang kadar antibodi yang
efektif untuk mencegah kejadian sakit. Dalam bahasa ilmiah disebut corelate
of protection. Pada beberapa penyakit kita mengetahui kadar ambang yang ingin
dicapai. Sebagai contoh untuk vaksinasi difteri, kadar antibodi ≥0,1 IU/mL
dianggap memberikan proteksi yang andal dan berjangka panjang. Kelemahan kedua, kadar antibodi ini menurun
setelah beberapa bulan hingga sampai tingkat tak terdeteksi, tetapi belum
tentu daya proteksi hilang. Kita belum tahu kapan sebaiknya memeriksa kadar
antibodi Covid-19 dan berapa lama daya proteksinya. Beberapa vaksin tetap
melindungi kita walaupun kadar antibodi pascavaksinasi tak terdeteksi.
Misalnya pada vaksinasi hepatitis B; meski kadar antibodi tak terdeteksi
setelah belasan tahun pascavaksinasi, kita tetap terproteksi baik dari
hepatitis B. Untuk menentukan corelate of protection,
diperlukan penelitian pada ribuan orang. Kami yakin para peneliti di seluruh
dunia sedang melakukan ini. Namun, apakah sudah cukup informasi untuk program
vaksinasi yang dilaksanakan di Indonesia? Kondisi kita berbeda dengan AS yang
menggunakan vaksin dengan efikasi 94 persen lebih. Hal ini perlu diperhatikan
sebab saat ini saja perusahaan Sinovac sedang mempertimbangkan perlunya
pemberian vaksinasi ketiga. Seandainya akan dilakukan vaksinasi ketiga
sebagai booster, ada manfaat lain dari pemeriksaan antibodi pascavaksinasi,
yaitu untuk menjaring siapa yang benar-benar butuh booster ini. Dengan
demikian, pendistribusian vaksinasi ketiga ini bisa lebih efisien dan tepat
sasaran. Kami menganggap pemeriksaan kadar antibodi
pascavaksinasi penting sekali dan harus dipertimbangkan oleh pemerintah dan
para ahli ilmu kesehatan. Penting secara individu untuk meyakinkan bahwa kita
sudah terproteksi, dan penting untuk komunitas agar kita bisa memantau dan
mengefisienkan program vaksinasi. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar