Toleransi
Muslim-Kristen di Mesir pada Bulan Ramadhan Musthafa Abd Rahman ; Wartawan Kompas untuk
di Mesir |
KOMPAS, 23 April 2021
Pemandangan gambar bulan dan salib
berdampingan di beberapa distrik yang dikenal
memiliki penduduk Kristen Koptik dalam jumlah besar di kota Kairo,
Mesir, cukup menarik perhatian pada bulan Ramadhan ini. Di antara distrik yang sering terlihat ada
gambar bulan dan salib berdampingan adalah distrik Shoubra dan Heliopolis
yang memiliki penduduk Kristen Koptik cukup besar. Di distrik Shoubra, terdapat banyak gereja,
di antaranya yang terkenal adalah Gereja St. Mary Massarra dan Gereja St
George El Geushi. Sementara di distrik
elite Heliopolis, yang dbangun pada awal tahun 1900-an, juga terdapat
beberapa gereja, di antaranya Gereja
Saint Mark Coptic Orthodox, Saint George Coptic Orthodox, dan Sainte
Theresa Armenian Catholic. Kaum Kristen Koptik adalah kaum minoritas
di Mesir dengan jumlah diperkirakan 7-10 persen dari 101 juta keseluruhan
penduduk Mesir saat ini. Kehadiran gambar bulan dan salib
berdampingan di distrik Shoubra dan Heliopolis itu untuk menunjukkan tradisi
toleransi kaum Kristen Koptik terhadap mayoritas kaum Muslim di Mesir setiap
datangnya momentum istimewa bagi kaum Muslim, termasuk setiap bulan suci
Ramadhan. Kaum Kristen Koptik juga turut memasang
lampu Fanous di depan dan di jalanan dekat rumah mereka. Lampu Fanous adalah
tradisi kaum Muslim di Mesir yang dipasang untuk dekorasi di depan rumah atau
jalanan di depan rumah mereka setiap bulan Ramadhan. Setiap menjelang bulan Ramadhan, lampu
Fanous dijual di toko-toko dan di pasar di seantero Mesir. Harga lampu Fanous
beragam mulai dari paling murah 10 pound Mesir (sekitar Rp 10.000) hingga
paling mahal sekitar 500 pound Mesir (sekitar Rp 450.000). Dalam catatan sejarah, tradisi memasang
lampu Fanous di depan rumah atau di jalanan untuk dekorasi di Mesir itu
terjadi sejak era khalifah keempat dari dinasti Fatimid, Khalifah Muizz Lideenillah (953 M-975M). Saat itu rakyat Mesir menghormati
kedatangan Khalifah Muizz Lideenillah
dari Tunisia ke Mesir pada bulan Ramadhan tahun 973 M dengan memasang lampu
Fanous di depan rumah mereka dan di jalanan. Pada era Khalifah Muizz Lideenillah, kaum
Kristen Koptik di Mesir semakin mendapat kebebasan dan menikmati hak-haknya.
Tidak sedikit dari kaum Kristen Koptik yang berhasil menduduki posisi tinggi
di pemerintahan pada era Khalifah Muizz Lideenillah. Bahkan, salah satu
penasihat politik Khalifah Muizz adalah warga Kristen Koptik. Karena itu, kaum Kristen Koptik sampai saat
ini terus mengenang Khalifah Muizz Lideenillah. Kaum Kristen Koptik juga selalu melihat
tradisi lampu Fanous dipasang di depan rumah atau di jalanan sebagai dekorasi
pada bulan Ramadhan, identik dengan Khalifah Muizz Lideenillah. Maka, kaum Kristen Koptik saat ini
bahu-membahu dengan kaum Muslim turut melestarikan tradisi memasang lampu
Fanous di depan rumah mereka dan di jalanan setiap datang bulan Ramadhan. Lampu Fanous di distrik Soubra, Kairo, yang
dipasang orang-orang Kristen Koptik sering jauh lebih besar ukurannya
dibandingkan lampu Fanous yang dipasang orang-orang Muslim. Sudah menjadi kebiasaan umum, jika ada
lampu Fanous ukuran besar di depan sebuah rumah, biasanya rumah itu milik
orang Kristen Koptik. Setiap datang bulan Ramadhan, sudah tradisi pula antara
warga Muslim dan Kristen Koptik saling mengirim ucapan selamat datang bulan
Ramadhan sehingga bulan Ramadhan
adalah milik bersama warga Muslim dan Kristen Koptik. Pemimpin tertinggi kaum Kristen Koptik di
Mesir, Pope Tawadros II, selalu mengirim ucapan selamat atas datangnya bulan
suci Ramadhan kepada Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi dan Imam Besar Al
Azhar Sheikh Ahmed el-Tayeb, serta rakyat Mesir. Selain itu, sudah tradisi pula restoran dan
kafe milik warga Kristen Koptik tutup pada siang hari saat bulan Ramadhan
untuk menghormati warga Muslim yang berpuasa. Pada bulan Ramadhan, restoran dan kafe
milik warga Kristen Koptik buka menjelang buka puasa dan terus buka sampai
waktu sahur, seperti halnya restoran dan kafe milik warga Muslim. Maka pada siang hari saat bulan Ramadhan,
sangat sulit menemukan restoran dan kafe yang buka di kota Kairo dan
kota-kota lain di Mesir. Warga Kristen Koptik juga tidak melakukan makan dan
minum secara terbuka pada siang hari saat bulan Ramadhan. Bahkan, sering kali
warga Kristen Koptik mengundang buka puasa
sahabat atau teman dekatnya dari warga Muslim. Sebaliknya juga warga Kristen Koptik sering
turut menghadiri acara buka puasa yang diadakan sahabat atau temannya dari
warga Muslim. Kaum Kristen Koptik yang lahir, tumbuh, dan berkembang di
lingkungan mayoritas Arab Muslim di Mesir secara kultur hampir tidak
jarak antara kaum Kristen Koptik dan
warga Muslim di negara itu. Kisah kebersamaan kaum Muslim dan Kristen
Koptik itu adalah bagian sejarah
Mesir. Kaum Kristen Koptik dikenal terlibat aktif dalam berbagai gerakan
nasionalis di Mesir. Tokoh-tokoh Kristen Koptik sejak abad ke-19 banyak aktif
dalam politik dengan mengusung misi mengembangkan paham dan gerakan
nasionalisme di Mesir. Kaum Kristen Koptik, misalnya, ikut
mendukung dan terlibat dalam revolusi Mesir tahun 1919 yang dipimpin Ahmed
Orabi dalam menentang penjajahan Inggris saat ini. Kaum Kristen Koptik tertarik mendukung
revolusi Mesir 1919 saat itu karena revolusi tersebut mengusung slogan Mesir
untuk rakyat Mesir, yakni bermisi sangat nasionalis. Tercatat tokoh politik
Kristen Koptik, Makram Ebeid Pasha.
yang menjabat sekjen partai Wafd yang berkuasa di Mesir pada tahun
1940-an. Dengan segala suka dan duka perjalanan
sejarah kaum Kristen Koptik itu, peran dan sumbangsih mereka dalam membangun
negara Mesir, baik secara politik, budaya, maupun ekonomi, sangat besar. Makram Ebied Pasha adalah tokoh Kristen
Koptik yang sering menyampaikan pidato di Masjid Al Azhar dan Masjid Ibn
Tulun, serta beberapa masjid di Mesir tentang pentingnya persatuan
antara kaum Muslim dan Kristen di
Mesir serta keharusan memelihara toleransi antarumat beragama. Makram Ebied Pasha sering mendampingi para
Sheikh Al-Azhar menyampaikan pidato tentang keharusan rakyat Mesir berjuang
bersama untuk mengusir penjajahan dan meraih kemerdekaan. Pemerintah dan rakyat Mesir, untuk
mengenang jasa besar Makram Ebied Pashar kepada negeri Mesir, kini memberi
nama salah satu jalan utama di Kairo dengan nama Jalan Makram Ebied Pasha. ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar