Pendidikan
Vokasi dan Visi Indonesia 2045 Wikan Sakarinto ; Direktur Jenderal
Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan |
KOMPAS, 24 April 2021
“You
cannot predict the future, but you can create it”. Peter
Drucker Perubahan itu adalah sebuah keniscayaan.
Setidaknya itulah yang kita pahami dari zaman di mana informasi bergerak
begitu cepat, kecerdasan buatan (Artificial Intelligent/AI) hadir, dan
sesuatu yang dulu dianggap mustahil kini terjadi. Banyak hal berubah, baik secara perlahan
maupun ekstrem akibat globalisasi, revolusi industri 4.0, hingga pandemi yang
memaksa manusia bertahan hidup hingga berhasil mencapai target yang
dicanangkan. Cita-cita
100 tahun kemerdekaan Dalam kerangka kenegaraan, target dan
rencana pembangunan dituangkan dalam Rencana Pembangunan Jangka Panjang
Nasional (RPJPN) dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).
Dalam spektrum yang lebih khusus secara sektoral terdapat masterplan, peta
jalan, cetak biru, rencana induk, atau kajian mengenai target di kemudian
hari. Tapi perlu kita ketahui bahwa terdapat Visi
Indonesia 2045 sebagai gagasan ideal bagi Indonesia untuk menjadi negara
berdaulat, maju adil dan makmur bertepatan dengan peringatan kemerdekaan RI
ke-100 pada tahun 2045. Visi yang diluncurkan Presiden Jokowi pada
Mei 2019 ini memberikan lecutan semangat, optimisme, dan harapan bahwa bonus
demografi yang dialami Indonesia kelak akan bisa dimanfaatkan sebaik-baiknya bagi
kemajuan bangsa, didukung oleh empat pilar utama. Keempat pilar yakni: (1) pembangunan
manusia dan penguasaan iptek; (2) pembangunan ekonomi yang berkelanjutan; (3)
pemerataan pembangunan; serta (4) pemantapan ketahanan nasional dan tata
kelola pemerintahan. Pembangunan manusia dan penguasaan iptek
tidak bisa dipisahkan dari peningkatan kualitas pendidikan, termasuk
pendidikan vokasi. Pendidikan vokasi memiliki potensi luar biasa dalam
membekali SDM bangsa ini menghadapi megatren dunia yang bervariasi dan juga
terus berubah. Menurut UN Population Prospect 2010-2085,
pada 2045 diperkirakan akan ada 9,45 miliar penduduk dunia. Indonesia
menempati posisi kelima dengan proyeksi 319 juta penduduk di mana 47 persen
usia produktif dan secara keseluruhan 70 persen kelas menengah. Besarnya penduduk ini disebut bonus, karena
di tahun-tahun itu usia produktif penduduk Indonesia salah satu yang terbesar
di dunia, bahkan yang terbesar di ASEAN. Vokasi sebagai pendidikan yang
menitikberatkan pada penguasaan keahlian atau keterampilan terapan tertentu,
menjadi pemegang peran kunci dalam membekali anak bangsa kita untuk bersaing
secara global di masa depan. Semua skenario pertumbuhan ekonomi
Indonesia menunjukkan tren positif di masa depan. Produk Domestik Bruto (PDB)
Indonesia pada tahun 2045 diprediksi akan masuk lima besar dunia dan
pertumbuhan itu dalam kaitan penyiapan SDM-nya tidak bisa lepas dari
pendidikan vokasi. Visi Indonesia 2045 menargetkan rata-rata
lama sekolah penduduk Indonesia adalah 12 tahun dengan Angka Partisipasi
Kasar (APK) perguruan tinggi 60 persen, meningkat dua kali lipat dibandingkan
dengan 2015 yang 29,9 persen, dan penduduk usia kerja lulusan SMA sederajat
dan perguruan tinggi mencapai 90 persen. Strategi pembangunan pendidikan, khususnya
pendidikan vokasi, telah dirancang betul-betul untuk mencapai target ini.
Namun, selain aspek kognitif, kebijakan pendidikan hari ini juga memberikan
fokus pada penguatan aspek karakter, soft skills, moral dan integritas, serta
religiositas. Perubahan struktur ekonomi yang terjadi
juga harus dijawab pendidikan vokasi dengan mengembangkan pola kerja sama
kemitraan dengan dunia usaha dan dunia industri (DUDI), mulai dari industri
skala besar hingga UMKM. Kemitraan yang dijalin ini juga dalam
segala aspek, berkonsep link and match (taut-suai) yang komprehensif untuk
mewujudkan tenaga kerja dan wirausaha yang ahli dan menjawab kebutuhan pasar
kerja secara kompetitif. Dinamika pendidikan Indonesia saat ini
memang masih terus berkembang dalam mencari pola idealnya untuk mencapai
pemerataan kualitas layanan pendidikan di seluruh penjuru Tanah Air,
memperluas keterlibatan masyarakat, meningkatkan profesionalitas
penyelenggara, serta membudayakan nilai-nilai pembelajaran sepanjang hayat. Tetapi satu hal yang jelas perlu diubah
adalah pola pikir kita terkait kompetisi dalam segala aspek penyelenggaraan
pendidikan. Saatnya anak-anak bangsa bergerak berkolaborasi menciptakan
karya-karya inovasi baru, menumbuhkan semangat gotong-royong untuk memberikan
kemanfaatan bagi sekitar. Inovasi ini jadi sumber kekuatan dalam negeri dalam
mencipta produk unggulan sebagai karya anak bangsa. Dari Indonesia untuk
dunia. Vokasi
sebagai jawaban Pendidikan vokasi saat ini digarap semakin
serius oleh pemerintah secara sinergis dan kolaboratif untuk memenuhi
kebutuhan tenaga kerja dengan keahlian khusus serta keterampilan spesifik
yang diakui. Selain itu, kita juga harus mampu belajar hal baru seiring
perkembangan zaman. Bonus demografi berupa lonjakan jumlah
penduduk usia produktif pada tahun 2030 hingga 2045 ini menjadi pisau bermata
dua. Jika tepat memilah dan memilih jalan maka akan jadi sumber kekuatan
Indonesia menjadi negara maju, namun jika keliru jalan, tingkat pengangguran
akan tinggi dan pertumbuhan ekonomi akan merosot. Pendidikan vokasi merupakan salah satu
jawaban bagi talenta-talenta dalam menghadapi masa depan. Saat ini kemahiran
teknis yang diberikan pendidikan vokasi telah berubah orientasinya dari
supply-driven menjadi demand-driven, disertai sinergi kuat taut-suai dengan
DUDI. Tujuannya, menjadikan SDM kompeten dari sisi hard skill, soft skill
maupun karakter. Secara keseluruhan ini telah menjadi fokus
kebijakan Direktorat Jenderal Pendidikan Vokasi Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan. Jika ini mampu kita kendalikan, maka Visi Indonesia 2045 pasti
akan terwujud. Pada ahirnya, mari kita bersama-sama
mewujudkan visi Indonesia 2045 ke dalam langkah konkret yang kolaboratif
dengan program berkesinambungan. Bangsa ini menanti kontribusi, kreasi, dan
inovasi dari kita semua untuk bekerja menjadikan bangsa ini bangsa yang maju,
berdaulat, makmur dan sejahtera. Peter Drucker, seorang pakar manajemen
dunia, mengatakan: “You cannot predict the future, but you can create it”.
Benar adanya bahwa cara terbaik untuk memprediksi masa depan adalah dengan
mewujudkannya, termasuk dalam mewujudkan pendidikan vokasi yang berkontribusi
nyata bagi kemajuan bangsa sesuai visi Indonesia 2045. Vokasi kuat,
menguatkan Indonesia! ● |
Tidak ada komentar:
Posting Komentar