Rabu, 03 Maret 2021

 

BSI, Harapan di Tengah Impitan Ekonomi

 Mohammad Bakir ; Wartawan Senior

                                                        KOMPAS, 03 Maret 2021

 

 

                                                           

Hampir semua elemen masyarakat menyambut baik kehadiran Bank Syariah Indonesia atau BSI.

 

Bank hasil penggabungan tiga bank syariah BUMN—Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank BNI Syariah (BNIS), dan PT Bank Syariah Mandiri (BSM)—itu diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan jangkauan bank syariah yang beberapa tahun terakhir seperti jalan di tempat.

 

BSI, setelah penggabungan, akan memiliki sekitar 14,9 juta nasabah. Jumlah ini tidak kecil jika dilihat dari sisi jumlah semata. Namun, dibandingkan dengan jumlah penduduk Muslim Indonesia, terbilang sangat kecil. Mungkin, itu salah satu alasan dilakukan penggabungan.

 

Menurut data Global Islamic Financial Report (GIFR) 2011, Indonesia berada di urutan keempat negara yang memiliki potensi dan kondusif dalam pengembangan industri keuangan syariah setelah Iran, Malaysia, dan Arab Saudi. Bahkan, dengan sejumlah potensi yang ada, Indonesia diramalkan bisa menjadi peringkat pertama.

 

Setelah sekitar 20 tahun, perkembangan bank syariah di Indonesia masih belum matang. Dalam Islamic Finance Development Indicator (IFDI) 2020, Indonesia melompat ke peringkat kedua sebab pemerintah terus mendorong perkembangan ekonomi syariah.

 

Ekonomi syariah tak terbatas pada industri keuangan seperti bank, pasar modal, dan industri keuangan nonbank, tetapi juga meliputi sektor riil yang kerap disebut industri halal. Sektor pada industri halal, antara lain, mencakup makanan dan minuman, kosmetik, farmasi, pakaian, dan pariwisata.

 

Kehadiran Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS), yang merupakan kelanjutan dari Komite Nasional Keuangan Syariah (KNKS) di 2019, menunjukkan perhatian pemerintah akan peran ekonomi syariah dalam arti luas.

 

Pada prinsipnya, kegiatan ekonomi syariah dilakukan dengan mengoptimalkan prinsip bagi hasil dan risiko serta menjunjung transaksi yang adil dan transparan di sektor keuangan dan sektor riil.

 

Akan tetapi, menurut Direktur Indonesia Development and Islamic Studies (Ideas) dan dosen FEUI, Yusuf Wibisono, masih banyak tantangan yang harus dihadapi untuk mengoptimalkan pertumbuhan sektor keuangan syariah. Selain literasi masyarakat yang rendah dan skalanya yang perlu dibenahi, tantangan lain ialah kualitas SDM.

 

Keunggulan ekonomi syariah Indonesia

 

Perkembangan ekonomi syariah di Indonesia lebih bersifat market driven dan dorongan dari bawah dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Tegasnya, lebih bertumpu pada sektor riil. Ini berbeda dengan Iran, Malaysia, dan Arab Saudi yang lebih bertumpu pada sektor keuangan dan peranan pemerintah yang dominan.

 

Keunggulan lain ekonomi syariah di Indonesia terkait dengan aturan. Hanya Dewan Syariah Nasional (DSN) yang independen di bawah Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang dapat mengeluarkan fatwa, berbeda dengan di Iran atau Arab Saudi, yang fatwanya dikeluarkan hanya oleh seorang mufti. Di Malaysia, struktur organisasi lembaga fatwa ini berada di bawah Bank Negara Malaysia (BNM), tidak berdiri sendiri.

 

BSI akan memiliki aset Rp 245,7 triliun dan modal inti sekitar Rp 20,4 triliun. Meski urutan ketujuh bank terbesar, aset BSI masih jauh daripada bank konvensional. Per kuartal III-2020, aset BRI Rp 1.447,85 triliun, Mandiri Rp 1.405,85 triliun, BCA Rp 1.003,64 triliun, BNI Rp 916,95 triliun, dan BTN Rp 356,97 triliun.

 

Rasanya, kurang adil jika tanpa suntikan modal cukup besar, kita mengharapkan BSI menjadi pemain keuangan syariah global di 2025. Apalagi, tahun 2022, BSI sudah diharapkan bisa masuk dalam daftar bank Buku IV. Namun, BSI punya modal cukup bagus untuk meraih Buku IV seperti diungkapkan Presiden Jokowi saat meresmikan BSI, 1 Februari 2021.

 

Menurut Presiden, perkembangan aset bank syariah per tahun mencapai 10,97 persen, lebih bagus dibandingkan dengan bank konvensional yang 7,7 persen. Begitu pula dana pihak ketiga di perbankan syariah tiap tahun naik sekitar 10,56 persen, sementara bank konvensional 10,49 persen. Dari sisi pembiayaan, bank syariah naik 9,42 persen per tahun, sedangkan bank konvensional hanya 0,55 persen.

 

Apalagi, BSI akan memiliki sekitar 1.200 kantor cabang dan lebih dari 1.700 ATM. Bank Mandiri, BRI, dan BNI saja harus membuat ATM Bersama untuk bersaing dengan BCA. Artinya, dari sisi layanan, tiga bank BUMN besar pun harus bersatu untuk bersaing dengan bank swasta besar.

 

Bicara layanan, tentu kita bicara soal SDM. Agar BSI dapat memenuhi harapan ke depan, SDM harus jadi fokus utama.

 

Dengan aset Rp 245,7 triliun, dan dengan modal inti sekitar Rp 20 triliun, akan memudahkan BSI melakukan digitalisasi. Begitu juga BSI akan memiliki daya tawar bagi generasi muda untuk berkarier di dalamnya. Selama ini, mereka yang berkiprah di bank syariah bukanlah SDM dengan kualitas terbaik, bahkan bisa dibilang dari second layer.

 

Manajemen BSI harus melakukan sesuatu yang luar biasa agar dapat menarik minat SDM unggul di masyarakat bergabung dan berkarier di BSI. Ini hanyalah salah satu cara agar BSI memiliki posisi strategis di mata pencari kerja dan masyarakat pada umumnya. Presiden Jokowi menyatakan, digitalisasi mutlak diperlukan untuk menarik minat lebih dari 25 persen generasi muda Indonesia bertransaksi di BSI.

 

Perlakuan sama

 

Untuk mempercepat perkembangan BSI, selain pembenahan di dalam, seperti bank BUMN konvensional yang ada, pemerintah juga harus memberikan kesempatan kepada BSI untuk menerima dana APBN dan APBD, serta jual beli surat berharga. Tegasnya, BSI butuh perlakuan sama dengan bank BUMN konvensional.

 

Kapan perlakuan yang sama bisa diberikan? Hal itu sepenuhnya bergantung pada konsolidasi BSI dan sejauh mana konsolidasi itu bisa memberi harapan bagi perkembangan BSI.

 

Direktur Eksekutif KNEKS Ventje Rahardjo Soedigno menegaskan, dengan jaringan dan produk yang lengkap, BSI dapat memperkuat kapasitas industri keuangan syariah. BSI diharapkan bisa menjadi penggerak utama pengembangan ekosistem ekonomi keuangan syariah dengan meningkatkan pengembangan ekosistem halal yang sudah dirintis sebelumnya.

 

Memang, butuh waktu bagi BSI untuk melakukan konsolidasi. Namun, semakin lama waktu yang dibutuhkan akan semakin sulit bagi BSI untuk meraih kepercayaan masyarakat. Semakin cepat konsolidasi dilakukan, semakin cepat pula BSI membuat ekosistem ekonomi syariah dan kepercayaan masyarakat. ●

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar