Selasa, 07 Maret 2017

Antisipasi Gejolak Pangan

Antisipasi Gejolak Pangan
Agung Hendriadi  ;   Kepala Biro Humas dan Informasi Publik,
Kementerian Pertanian
                                                        KOMPAS, 04 Maret 2017

Artikel ini telah dimuat di MEDIA INDONESIA 01 Maret 2017

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Dalam dua minggu terakhir, pemerintah menyadari adanya penurunan harga gabah di tingkat petani. Ini disebabkan oleh produksi melimpah dan cuaca yang kurang mendukung, khususnya di Pulau Jawa.Meski demikian, pemerintah sudah berupaya mengantisipasi agar petani tidak merugi.

Harga per kilogram gabah kering panen (GKP) menurun hampir secara menyeluruh di Pulau Jawa. Misalnya, Kabupaten Purworejo Rp 3.500, Blora Rp 3.330, Pati Rp 3.400, Kendal Rp 3.300, Batang Rp 3.500, Tulungagung Rp 3.600, Kediri Rp 3.400, Magetan Rp 3.500, Ngawi Rp 3.500, Blitar Rp 3.550, serta harga terendah di Kabupaten Gresik dan Tuban pada kisaran Rp 3.200.

Terkait dengan penurunan harga gabah, penyebab utamanya adalah produksi yang melimpah, curah hujan tinggi, dan minimnya penyinaran matahari pada musim panen. Menyikapi kondisi itu, Kementerian Pertanian pada 23 Februari 2017 menggelar rapat koordinasi percepatan penyerapan gabah petani untuk menyelamatkan harga gabah yang jatuh dan menyelamatkan kesejahteraan petani.

Pada rakor yang dihadiri Bulog, semua kadivre, Panglima TNI, Kepala Staf TNI AD beserta seluruh danrem dan dandim, Kementerian Perdagangan, serta kepala dinas pertanian se-Indonesia, muncul kesepakatan: (1) Percepatan serapan gabah petani dengan target 8,6 juta ton sampai Agustus 2017; (2) Relaksasi aturan harga pembelian pemerintah (HPP) yang semula harga GKP Rp 3.700 per kg untuk kadar air sampai 25 persen (Inpres No 5/2017) akan disesuaikan sampai dengan kadar air 30 persen.

Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, upaya percepatan serapan gabah oleh Kementerian Pertanian bersama institusi terkait tahun 2017 adalah melanjutkan Tim Serap Gabah Petani (Tim Sergab) dan bermitra dengan swasta untuk penyewaan mesin pengering (dryer) dan pergudangan milik Bulog.

Lebih lanjut Mentan akan mengoptimalkan kerja 187.000 unit pengering dan penggilingan serta mengoptimalkan 50.000 petugas penyuluh lapang bersama Babinsa TNI di setiap daerah. Dengan demikian, masyarakat, khususnya petani, tidak perlu cemas akan turunnya harga gabah.

Harga beras

Terkait harga beras, Kementan bersama Kemendag dan Bulog selalu memonitor perkembangan harga beras di Pasar Induk. Pada 6 Februari 2017, harga beras medium kualitas 3 varietas IR 64 di Pasar Induk Beras Cipinang (PIBC) Rp 7.500 per kg.Harga ini lebih murah ketimbang harga yang sama pada tahun sebelumnya.

Direktur Utama PT Food Station Tjipinang Djaya Arief Prasetyo mengatakan, pasokan beras di PIBC cukup sehingga mampu menyuplai kebutuhan pasar-pasar di wilayah Jabodetabek.Menurut Ketua Umum Persatuan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) Nellys Sukaedi, harga beras saat ini normal berkisarRp 7.500-Rp 7.800 per kg untuk kelas medium. Berbeda dengan periode yang sama tahun-tahun sebelumnya, Januari-Februari biasanya paceklik dan sudah ribut impor.

Saat ini produksi serta suplai memadai dan stok beras di Bulog 2,2 juta ton. Dengan demikian, pasokan dan harga beras di tingkat produsen sangat terkendali.

Terkait nilai tukar petani (NTP), upaya penyerapan dan pengendalian harga gabah dan beras di tingkat produsen (petani) dalam dua tahun terakhir (2015-2016) membuahkan kenaikan NTP 0,18 persen dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP) 2,47 persen. Jadi, tidak benar NTP turun.

Terkait musibah banjir dan serangan organisme pengganggu tanaman (OPT), pemerintah mengantisipasi dengan program bantuan asuransi usaha tani. Pada MT-I telah diidentifikasi total musibah banjir dan serangan OPT tidak lebih dari 0,26 persen lahan pertanian yang puso. Yang terkena puso saat ini dalam proses penggantian klaim asuransi bekerja sama dengan PT Jasindo. Ini membuat petani tetap bergairah untuk menanam.

Untuk tata kelola jagung pun pemerintah punya upaya khusus. Akhir 2016, produksi nasional diperkirakan 23 juta ton. Saat ini di beberapa sentra produksi, misalnya Aceh Timur, Pasaman Barat, Musi Banyuasin, Lamongan, Tanah Laut, Bantaeng, Bolaang Mongondow, dan Minahasa Selatan, produksi melimpah serta harga cenderung turun di bawah Rp 3.000 per kg karena curah hujan tinggi. Aceh Timur Rp 2.800 per kg, Musi Banyuasin Rp 2.600 per kg, Tanah Laut Rp 2.400 per kg, Bantaeng Rp 2.500 per kg. Pemerintah bersama Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) sepakat akan menyerap jagung petani sesuai Permendag No 63/ 2016 pada harga Rp 3.150 per kg.

Impor jagung turun

Upaya itu selama 2016 menurunkan impor jagung 66,6 persen dan luas pertanaman jagung tahun 2017 diharapkan meningkat 1 juta hektar. Dengan demikian, produksi dan harga akan terjaga serta bahan baku pakan ternak terjamin. GPMT dan Kementan sepakat 2017 tak impor jagung.

Terkait impor beras yang tercatat pada 2016, diakui oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa impor itu adalah pelaksanaan rekomendasi impor 2015 atau merupakan luncuran impor 2015 yang belum selesai. Jadi, bukan impor yang direkomendasikan 2016.

Tahun 2016 tak ada rekomendasi impor. Untuk data beras, jagung, dan pangan lain, Kementan selalu mengacu pada data BPS terkait seluruh data nasional.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar