Jalan
Menuju Masa Depan
Christophe Bahuet ; UNDP Country Director
|
KOMPAS, 23 Maret 2017
Program
Pembangunan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNDP) baru saja merilis Laporan
Pembangunan Manusia 2016 dan Indeks Pembangunan Manusia yang melacak dan
memberi peringkat kemajuan yang dicapai semua negara di dunia.
Laporan
dengan judul Pembangunan Manusia untuk Setiap Orang memiliki pesan utama:
seperempat abad terakhir, sejumlah aspek pembangunan manusia telah maju
pesat, tetapi pencapaian tersebut belum memberi manfaat bagi setiap orang.
Ini
pesan global. Pesan yang sangat relevan, baik untuk negara maju maupun negara
berkembang, termasuk Indonesia. Selama bertahun-tahun, UNDP secara konsisten
menyoroti pencapaian luar biasa Indonesia dalam pembangunan manusia. Sejak
1990 hingga 2015, Indeks Pembangunan Manusia (IPM) melonjak 30,5 persen dan
kemajuan telah dicapai dalam tiga dimensi utama yang ditangkap IPM:
pendapatan, kesehatan, dan pendidikan.
Pendapatan
nasional bruto per kapita menjadi faktor kunci dengan kenaikan tajam IPM
135,4 persen dalam 25 tahun terakhir, tetapi bukan satu-satunya pendorong
kemajuan pembangunan manusia di Indonesia. Kesehatan dan kondisi kehidupan
masyarakat juga meningkat paling signifikan. Hal ini tecermin dalam indikator
IPM kedua: harapan hidup saat lahir meningkat 5,8 tahun antara 1990 dan 2015.
Pendidikan juga menunjukkan perubahan sangat baik dengan rata-rata lama
bersekolah naik 4,6 tahun.
Tertinggi
Pencapaian
ini menjadikan Indonesia salah satu negara dengan peningkatan pembangunan
manusia tertinggi di Asia dan menempati kategori pembangunan manusia menengah
dengan peringkat 113 dari 188 negara dan wilayah. Melihat tantangan ke depan,
pertanyaan utama yang dihadapi Indonesia dan mitra-mitra pembangunan seperti
UNDP, yang berkomitmen untuk mendukung pembangunan nasional, adalah:
"bagaimana meningkatkan kemajuan pembangunan manusia untuk seluruh 255
juta penduduk Indonesia?".
Analisis
IPM dalam laporan UNDP ini memberikan beberapa masukan. Pertama, kemajuan
tiga indikator yang ditangkap IPM di tingkat nasional masih bisa
ditingkatkan. Sebagai contoh, meski ada kemajuan, harapan hidup saat lahir di
Indonesia saat ini 69,1 tahun. Namun, angka itu masih di bawah rata-rata 74,2
tahun untuk Asia Timur dan Pasifik. Kedua, analisis laporan ini menyebutkan
bahwa kunci utama kemajuan pembangunan manusia yang signifikan di Indonesia
terletak pada pengurangan ketimpangan, khususnya antara laki-laki dan
perempuan.
Satu
indeks saja tidak menceritakan kondisi keseluruhan. Seperti semua nilai
rata-rata, IPM tak menunjukkan masalah ketimpangan yang dihadapi perempuan
dan laki-laki, penduduk perdesaan dan perkotaan, serta kelompok populasi yang
berbeda di mana beberapa lebih rentan daripada yang lain.
IPM dan ketimpangan
Itu
sebabnya, pada 2010 UNDP memperkenalkan IPM yang disesuaikan dengan
ketimpangan (inequality-adjusted human development index), yang melihat
ketimpangan dalam tiga dimensi IPM dengan mendiskon nilai rata-rata setiap
dimensi ini dengan tingkat ketimpangan masing-masing. Ketika ketimpangan di
suatu negara naik, kemunduran pembangunan manusia juga ikut meningkat. Inilah
yang terjadi dengan pembangunan manusia di Indonesia. IPM Indonesia 0,689,
tetapi ketika angka itu disesuaikan dengan tingkat ketimpangan, indeks yang
sama menjadi 0,563, turun 18,2 persen.
Turunnya
indeks itu dapat dijelaskan dari ketimpangan pendapatan, perbedaan standar
hidup, dan perbedaan akses layanan, baik antarprovinsi maupun antara daerah
perkotaan dan perdesaan. Akan tetapi, kemunduran pembangunan manusia juga
secara khusus disebabkan adanya ketidaksetaraan jender yang dianalisis secara
mendalam di LPM 2016. Pada 2014, penghitungan IPM yang terpilah berdasarkan
jenis kelamin mulai diperkenalkan yang memungkinkan UNDP menghitung dan membandingkan
IPM untuk laki-laki dan perempuan. Namun, sayangnya, hasil menunjukkan, di
sebagian besar negara di dunia, laki-laki dan perempuan tidak menikmati
tingkat pembangunan manusia yang sama. Di Indonesia, indeks untuk laki-laki
0,712. Adapun untuk perempuan Indonesia hanya mencapai 0,66.
Mengurangi
ketimpangan akan meningkatkan pembangunan. Inilah komitmen para pemimpin
dunia dengan mengadopsi 17 Tujuan Pembangunan Berkelanjutan yang dikenal
sebagai SDGs di Kantor Pusat PBB pada September 2015. Dari 17 tujuan, di
antaranya adalah Tujuan 5 tentang kesetaraan jender dan Tujuan 10 tentang
pengurangan ketimpangan. Keseluruhan 17 Tujuan SDGs ini adalah untuk
mengakhiri kemiskinan dan kelaparan, meningkatkan kesehatan dan pendidikan,
serta melindungi bumi kita.
Tujuan-tujuan
itu menetapkan arah untuk masa depan yang lebih baik yang akan dicapai pada
2030. Dan untuk pertama kali dalam sejarah, tujuan-tujuan itu bersifat
universal. Ini berarti tujuan itu adalah untuk negara-negara maju dan juga
negara berkembang serta untuk setiap laki-laki, perempuan, dan seluruh anak
di dunia sehingga "tidak ada satu orang pun yang tertinggal".
Indonesia
terlibat aktif dalam agenda ini dengan dukungan kuat dari UNDP dan
lembaga-lembaga PBB lain. Pemerintah dan masyarakat madani, sektor swasta,
sektor filantropis, media, para aktor terkenal yang merupakan UNDP SDGs
movers serta banyak pemangku kepentingan telah menyatakan komitmen mereka
untuk mendukung SDGs. Momentum sangat kuat telah terjadi dengan berkembangnya
inisiatif, baik di tingkat nasional maupun daerah, untuk mengubah SDGs
menjadi kenyataan bagi seluruh masyarakat Indonesia.
Selain
analisis mendalam, laporan pembangunan manusia UNDP yang baru, yang
diluncurkan pekan ini di Jakarta, juga bertujuan untuk berkontribusi terhadap
momentum SDGs.
Di
dalamnya terdapat beberapa catatan, di antaranya pentingnya pertumbuhan yang
inklusif melalui inklusi keuangan, investasi yang berfokus pada prioritas
pembangunan manusia, pembangunan infrastruktur perdesaan, mobilisasi sumber
daya untuk pembangunan manusia melalui ruang fiskal dan pembiayaan perubahan
iklim, peningkatan perlindungan sosial, serta langkah afirmatif untuk
kelompok marjinal dan rentan.
Banyak
dari rekomendasi tersebut yang telah tecermin dalam Nawacita dan rencana pembangunan
nasional, sedangkan sejumlah rekomendasi yang lain sedang dan dapat
dikembangkan serta diimplementasikan di Indonesia. Melalui kantornya di
Indonesia, UNDP siap untuk bekerja dengan semua mitra nasional dan
internasional sehingga pembangunan manusia bermanfaat bagi semua orang dari
Sabang sampai Merauke. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar