"Persetan
dengan Bantuanmu"
Budiarto Shambazy ; Wartawan Senior Kompas
|
KOMPAS, 25 Maret 2017
Hari
ini 53 tahun silam, tepatnya 25 Maret 1964, Bung Karno mengucapkan kalimat
yang mungkin termasuk paling bersejarah dalam perjalanan republik ini. Itulah
kalimat go to hell with your aid. Jika diterjemahkan ke bahasa Indonesia,
artinya lebih kurang "persetan dengan bantuanmu".
Sejarah
mencatat, kalimat yang diucapkan Bung Karno itu tidak berakhir dengan tanda
seru. Tetapi, isinya tajam dan ditujukan langsung kepada Duta Besar AS untuk
Indonesia (saat itu), Howard Jones. Pernyataan itu disampaikan dalam
peletakan batu pertama pembangunan gedung Sarinah di Jalan Thamrin, Jakarta.
Sambil
menunjuk Jones, Bung Karno berkata dalam bahasa Inggris, "Ada sebuah
negara yang mengancam akan menghentikan bantuan luar negeri kepada Indonesia.
Negara itu mengira akan membuat Indonesia takut. Saya katakan, persetan
denganmu."
Bung
Karno mengatakan pula, jika bantuan itu distop, ekonomi Indonesia tidak akan
kolaps karena "sumber-sumber ekonomi kita kaya". Pernyataan itu
juga didengar oleh sejumlah dubes asing dan tentunya para wartawan. Kontan
berita itu langsung disebarkan dan dimuat di sejumlah surat kabar terkenal di
AS.
Beberapa
hari sebelumnya, Menteri Luar Negeri AS Dean Rusk di hadapan Komisi Hubungan
Luar Negeri DPR AS mengungkapkan, AS akan menyetop bantuan untuk Indonesia
kecuali jika Bung Karno menyelesaikan politik konfrontasi melawan Malaysia.
Ironisnya, Bung Karno malah memerintahkan Indonesia keluar dari PBB pada awal
1965.
Di
arena global, Bung Karno bekerja keras memproyeksikan Indonesia sebagai
kekuatan regional yang disegani. Ia percaya, hubungan pribadi antarpemimpin
berpengaruh pada pergaulan internasional. Ia pelopor Konferensi Asia-Afrika
(KAA) 1955 dan merasa jadi duta Gerakan Nonblok menghadapi Presiden AS Dwight
Eisenhower (1953-1961), Sekjen Partai Komunis Uni Sovyet (PKUS) Nikita
Khrushchev (1953-1964), dan Ketua Partai Komunis China Mao Zedong
(1945-1976).
Setahun
setelah KAA, ia diundang Eisenhower ke AS, September 1956. Setelah itu
bertemu Mao di Beijing serta Khrushchev di Moskwa. Bung Karno marah
ditelantarkan 10 menit sebelum diterima Eisenhower. Hubungan mereka buruk
karena Eisenhower mendukung PRRI/Permesta dan memerintahkan CIA membunuh dia.
Hubungan
pribadi dia dengan Mao atau Khrushchev hanya basa-basi. Mao malah sering
mengundang Ketua Umum PKI DN Aidit ke Beijing, Khrushchev lebih tertarik
menumpahkan senjata untuk TNI. Setelah PRRI/Permesta, hubungan Bung Karno-Presiden
John F Kennedy (1961-1963) amat akrab.
Waktu
di Washington DC tahun 1961, Bung Karno merasa cocok dengan JFK. JFK
menghadiahi Bung Karno sebuah heli Sikorsky. Mereka bergosip tentang Gina
Lollobrigida.
AS,
China, dan Uni Soviet enggan kehilangan Indonesia karena nilai strategisnya.
Asumsi JFK, kehadiran pangkalan komunis di Jawa-Sumatera melemahkan kekuatan
pakta militer SEATO (Southeast Asia Treaty Organization). Jakarta yang pro
Soviet atau China akan mengisolasi Australia-Selandia Baru dari pengawasan
Barat.
Soviet
dan China mengincar kita lewat strategi "lompat katak": lebih mudah
mengomuniskan daratan Asia Tenggara jika kita di bawah pengaruh satelit
mereka. Siapa yang menguasai kita akan mengontrol Samudra India dan Pasifik.
Sebagian
dari senjata Soviet yang komitmennya akan mencapai lebih dari semiliar dollar
AS merupakan rudal darat-ke-darat yang bernama Kuba. Peralatan militer itu
yang digunakan TNI untuk menyerbu ke Semenanjung Malaysia saat puncak
konfrontasi tahun 1964.
China
tak mau kalah. Mao berjanji mengalihkan teknologi senjata nuklir jika
diizinkan melakukan uji coba senjata nuklir di bawah laut di wilayah perairan
sekitar Irian Barat atau di sekitar Pulau Mentawai. JFK tak mau ketinggalan,
lewat program Atom for Peace meminjamkan 2,3 kilogram uranium untuk
pengembangan reaktor nuklir milik ITB di Bandung. Pada tahun 1965, reaktor
yang bertujuan damai itu sudah beroperasi sampai 25 persen.
Sejak
1964, Bung Karno rajin menyuplai berbagai jenis senjata ke sejumlah negara
Afrika yang memerangi rezim antek bekas negara-negara penjajah. Ia mengundang
latihan serdadu Korea Utara, Vietnam Utara, dan Laos. Pilot Kamboja dan Burma
berlatih menerbangkan pesawat tempur buatan Soviet, MiG-17, di sini.
Tahun
1965, kita menyuplai berbagai jenis MiG dan kapal-kapal perang untuk Pakistan
yang ketika itu terlibat perang melawan India.
Satu-satunya
pemimpin Barat yang prihatin menyaksikan Bung Karno dan selalu mengulurkan
tangan adalah JFK. Ia beberapa kali menekan Inggris untuk mengalah dari Bung
Karno, terutama dalam soal rencana Inggris mendirikan pangkalan militer di
Singapura. JFK juga berkali-kali "menginjak kaki" Belanda dalam
perundingan Irian Barat.
Setelah
JFK tewas, Presiden Lyndon Johnson (1963-1969) melonggarkan komitmen. Ia mengurangi
keterlibatan AS di sini karena berbagai alasan, terutama sukarnya menghindari
risiko Indonesia menjadi komunis. Itulah sekelumit sejarah tentang
"persetan dengan bantuanmu". ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar