Perang
Melawan Pedofilia
Bagong Suyanto ; Dosen Masalah Sosial Anak di FISIP
Universitas Airlangga
|
MEDIA
INDONESIA, 21 Maret 2017
ULAH
para pedofil yang tega memangsa anak-anak belia untuk dijadikan objek nafsu
bejat mereka sesungguhnya termasuk tindak kejahatan luar biasa yang harus
dilawan siapa pun.
Perang
total melawan pedofilia tidak hanya menjadi tanggung jawab aparat penegak
hukum, tetapi juga seluruh elemen masyarakat, baik itu orangtua, sekolah,
maupun organisasi kemasyarakatan.
Berbeda
dengan pemerkosa yang biasanya tidak memilih usia korban, para pedofil secara
khusus hanya mencari korban anak-anak bau kencur sebagai korban yang dapat
memuaskan libido menyimpang mereka.
Pedofilia
ialah suatu bentuk gangguan kejiwaan pada orang dewasa atau remaja yang telah
mulai beranjak dewasa--yang biasanya ditandai adanya kepentingan seksual
primer atau eksklusif pada anak prapuber.
Anak-anak
yang yang belum genap berusia 10 tahun justru merupakan sasaran empuk yang
banyak diburu dan menjadi korban para pedofil.
Ancaman pedofilia
Di
Indonesia, pedofilia ialah salah satu jenis tindak kejahatan seksual yang
sangat mencemaskan.
Meskipun
ancaman hukuman telah diperberat dan bahkan si pelaku diancam akan dikebiri,
kita bisa melihat kasus-kasus pedofilia yang terjadi di masyarakat tidak juga
surut.
Belum
lama ini, aparat kepolisian bahkan berhasil membongkar komunitas para pedofil
di Tanah Air yang telah berkembang memintal jaringan hingga mancanegara.
Bisa
dibayangkan, jika dalam satu komunitas pedofil yang tergabung dalam satu grup
Facebook bernama Official Loli Candy's Group saja anggotanya dilaporkan sudah
mencapai 7.000 lebih, sangat mungkin jumlah pedofil yang gentayangan dan
mengancam keselamatan anak-anak di sekitar kita jauh lebih besar daripada
itu.
Para
pedofil ini biasanya leluasa mencari dan menjalankan aksi bukan sekadar
karena masyarakat, keluarga, dan orangtua kurang peka mengantisipasi ulah
jahat para predator seksual itu, melainkan juga karena cara pandang masyarakat
yang keliru dalam menyikapi perkembangan gaya hidup dan sensualitas anak-anak
di era postmodern.
Banyak
orangtua menganggap salah satu pemicu terjadinya kejahatan seksual terhadap
anak-anak adalah karena penampilan seronok anak-anak.
Padahal,
bagi para pedofil yang mengincar korban anak-anak di bawah umur, justru daya
tarik paling kuat yang menyebabkan atau pemicu mereka melakukan tindak
kejahatan seksual adalah keluguan (innocent) sosok korban.
Jadi
berbeda dengan kehawatiran sebagian masyarakat yang menyatakan sensualitas
anak dapat mengundang terjadinya tindak kejahatan seksual, bagi para pedofi,
pola yang berlaku justru sebaliknya.
Makin
lugu penampilan anak, makin menggebu hasrat mereka untuk memperdaya korban
dan melakukan aksi kejahatan seksualnya.
Perkembangan industri
pornografi
Dari
segi medis, seseorang yang tumbuh menjadi pedofil yang memiliki kelainan
orientasi seks dan lebih suka memerkosa anak-anak di bawah umur, dalam banyak
kasus, merupakan efek dari kelainan kejiwaan dan juga karena sosialisasi
lingkungan sosial yang keliru. Meski demikian, di luar faktor genetik dan
sosialisasi lingkungan yang salah, era perkembangan masyarakat postmodern
kita tidak bisa mengabaikan perkembangan industri pornografi yang belakangan
ini makin masif.
Ketika
seksualitas mengalami degradasi dan bahkan menjadi komoditas yang
diperjualbelikan layaknya barang dagangan lain, kita tahu yang terjadi
kemudian ialah munculnya pornografi dan industri pornografi.
Saat
ini, boleh dikata tidak ada warga masyarakat yang tidak terkontaminasi oleh
pornografi karena dalam kehidupan sehari-hari apa yang ditonton dan
dikonsumsi masyarakat sepertinya tidak pernah steril dari pornografi.
Di
masyarakat mana pun, produk-produk pornografi bisa ditemui dalam berbagai
bentuk, gradasi skala, dan melayani konsumen yang berbeda-beda.
Pornografi
sebagian dikemas dalam bentuk buku porno, gambar porno, film porno, sex toys,
layanan seksual komersial atau prostitusi, dan berbagai produk industri
pornografi yang bermacam-macam.
Skala
dari berbagai produk pornografi yang ditawarkan ke masyarakat bermacam-macam
dan melayani konsumen yang beragam pula.
Ada
film porno yang dikemas dengan cerita drama yang menarik, tetapi ada pula
film porno XXX yang vulgar, dan bahkan ada film porno yang khusus ditujukan
untuk kelompok homo, lesbian, atau untuk kelompok masyarakat yang memiliki
hasrat seksual yang aneh, semisal film porno sadomasokis atau video porno
untuk para pedofil sendiri.
Dewasa
ini industri pornografi berkembang luar biasa pesat karena strategi yang
dikembangkan dalam memasarkan produk-produk pornografi tak ubahnya seperti
produk komersial lain.
Pornografi
makin meluas di masyarakat dan produk-produk industri pornografi makin laku
di pasaran karena sering kali pornografi dikemas dan menjadi bagian dari
budaya populer.
Produk-produk
industri pornografi yang beredar di masyarakat tidak saja menawarkan
unsur-unsur yang menghibur, menyenangkan, dan memenuhi fantasi konsumen,
tetapi juga melahirkan kecanduan (adiktif) dan pemujaan.
Sama
seperti film-film Hollywood, dalam industri pornografi di sana juga ada
bintang pujaan atau ikon budaya yang populer, yang memiliki penggemar
tersendiri, yang sering kali menjadi ilham bagi para pedofil untuk
mengembangkan terus orientasi seksual mereka yang menyimpang.
Empati
Sebagai
bentuk tindak kejahatan yang dipicu karena kelainan kejiwaan, dan pengaruh
perkembangan industri pornografi, pedofilia merupakan ancaman yang berbahaya
bagi keselamatan anak-anak karena akar masalah yang mesti diurai sangat
kompleks.
Seperti
ancaman narkotika, untuk menghadapi ancaman para pedofil, yang dibutuhkan
ialah kerja sama dan dukungan seluruh elemen masyarakat agar siap
bahu-membahu menabuh genderang perang melawan pedofilia.
UU
Perlindungan Anak dan berbagai peraturan yang membatasi konten-konten
pornografi yang diberlakukan di Tanah Air adalah payung hukum yang menjadi
acuan bagi kita untuk bertindak.
Akan
tetapi, lebih dari sekadar ancaman sanksi, yang dibutuhkan ialah bagaimana
membangun konstruksi sosial bersama yang kuat untuk menghadapi
kemungkinan-kemungkinan terjadinya kasus pedofilia di sekitar kita.
Membayangkan
bahwa setiap anak yang ada di sekitar kita adalah anak-anak kita sendiri,
niscaya akan menumbuhkan rasa empati dan kepedulian yang mendalam untuk
selalu menjaga keselamatan anak-anak kita dari para predator seksual. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar