Antisipasi
Gejolak Pangan
Agung Hendriadi ;
Kepala
Biro Humas dan Informasi Publik
Kementerian Pertanian
|
MEDIA
INDONESIA, 01 Maret 2017
TERJADINYA penurunan harga gabah di tingkat petani akibat
produksi melimpah dan cuaca yang kurang mendukung, khususnya di Pulau Jawa,
bukan tidak disadari pemerintah. Bahkan dalam dua pekan terakhir ini sudah
dilakukan antisipasi agar petani tidak merugi. Harga per kilogram gabah
kering panen (GKP) yang menurun hampir secara menyeluruh terjadi di Pulau
Jawa, seperti di Purwerejo Rp3.500, Blora Rp3.330, Pati Rp3.400, Kendal
Rp3.300, Batang Rp3.500, Tulungagung Rp 3.600, Kediri Rp3.400, Magetan
Rp3.500, Ngawi Rp3.500, Blitar Rp3.550, dan harga terendah ada di Gresik dan
Tuban, Rp3.200.
Terkait dengan menurunnya harga gabah tersebut, penyebab
utamanya ialah produksi yang melimpah dan curah hujan yang tinggi serta
minimnya penyinaran matahari pada musim panen. Dalam menyikapi kondisi
tersebut di atas, Kementerian Pertanian pada 23 Februari 2017 menggelar rapat
koordinasi (rakor) percepatan penyerapan gabah petani sebagai tindak lanjut
arahan Presiden Joko Widodo untuk menyelamatkan harga gabah yang jatuh dan
menyelamatkan kesejahteraan petani (Kompas, 24/2). Rakor yang dihadiri Bulog
beserta seluruh kadivre, Panglima TNI dan Kepala Staf TNI-AD beserta seluruh
danrem dan dandim, Kementerian Perdagangan, dan kepala dinas pertanian
se-Indonesia menyepakati 1) Percepatan serapan gabah petani dengan target 8,6
juta ton sampai dengan Agustus 2017, 2) Relaksasi aturan HPP yang semula
harga GKP Rp3.700/kg untuk kadar air sampai 25% (Inpres 5 Tahun 2017), akan
disesuaikan sampai dengan kadar air 30%. Kesepakatan dan relaksasi aturan itu
segera akan diimplementasikan berikut dengan instrumen pendukungnya sebagai
tindak lanjut instruksi presiden untuk mengamankan harga petani.
Menurut Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman, upaya
percepatan serapan gabah yang dilakukan Kementerian Pertanian bersama
institusi terkait 2017 ialah melanjutkan Tim Serap Gabah Petani (Tim Sergab)
dan bermitra dengan swasta untuk penyewaan mesin pengering (dryer) dan
pergudangan milik Bulog. Lebih lanjut Mentan mengatakan akan mengoptimalkan
kerja 187 ribu pengering dan penggilingan, mengoptimalkan 50 ribu petugas
penyuluh lapang (PPL) bersama Babinsa TNI di setiap daerah. "Jika Bulog
bergerak dan gudang penuh, saya pastikan harga terkendali." Dengan
demikian, masyarakat khususnya para petani tak perlu merasa cemas akan
turunnya harga gabah.
Kondisi normal
Terkait dengan harga beras, Kementan bersama dengan
Kemendag dan Bulog selalu memonitor perkembangan harga beras di pasar induk.
Per 6 Februari 2017, harga beras medium kualitas 3 varietas IR 64 di Pasar
Induk Beras Cipinang (PIBC) Rp7.500/kg. Harga itu lebih murah jika
dibandingkan dengan harga yang sama pada tahun sebelumnya. Dirut PT Food
Station Tjipinang Djaya Arief Prasetyo mengatakan pasokan beras di PIBC cukup
tersedia sehingga mampu menyuplai kebutuhan atau permintaan pasar-pasar yang
ada di Jabodetabek.
Sementara itu, Ketua Umum Perpadi Nellys Sukaedi
mengungkapkan harga beras saat ini sangat normal, antara Rp7.500 dan Rp7.800
per kg untuk kelas medium. Hal itu berbeda untuk periode yang sama di
tahun-tahun sebelumnya. Pada Januari-Februari biasanya paceklik dan sudah
ribut impor. Saat ini produksi dan suplai memadai dan stok beras di Bulog
mencapai 2,2 juta ton. Berdasarkan kenyataan tersebut, terlihat jelas pasokan
dan harga beras di tingkat produsen sangat terkendali.
Terkait dengan NTP, Upaya penyerapan dan pengendalian
harga gabah dan beras di tingkat produsen (petani) yang dilakukan pemerintah
dalam dua tahun terakhir (2015–2016) membuahkan nilai tukar petani (NTP) naik
0,18% dan nilai tukar usaha pertanian (NTUP) 2,47%. Jadi, tidak benar jika
NTP mengalami penurunan. Dalam kaitannya dengan musibah banjir dan serangan
organisme pengganggu tanaman (OPT) pemerintah telah mengantisipasi melalui
identifikasi luas musibah dan meluncurkan program bantuan asuransi usaha
tani. Pada musim tanam (MT) I telah diidentifikasi total musibah banjir dan
serangan OPT tidak lebih dari 0,26% lahan pertanian yang puso. Yang terkena
puso saat ini dalam proses penggantian klaim asuransi bekerja sama dengan PT
Jasindo. Itu membuat petani tetap bergairah untuk menanam.
Untuk tata kelola jagung pun pemerintah telah melakukan
upaya khusus. Pada akhir 2016 produksi nasional diperkirakan 23 juta ton.
Saat ini di beberapa sentra produksi seperti Aceh Timur, Pasaman Barat, Musi
Banyuasin, Lamongan, Tanah Laut, Bantaeng, Bolaang Mangondow, dan Minahasa
Selatan, produksi melimpah dan harga juga cenderung turun di bawah Rp3.000/kg
karena curah hujan tinggi. Bahkan di Aceh Timur mencapai Rp2.800/kg, Musi
Banyuasin Rp2.600, Tanah Laut Rp2.400, dan Bantaeng Rp2.500. Terkait dengan
hal itu, pemerintah bersama Gabungan Pengusaha Makanan Ternak (GPMT) telah
menyepakati akan menyerap jagung petani pada harga sesuai dengan Permendag 63
Tahun 2016 pada harga Rp3.150 per kg. Upaya itu selama 2016 telah membuahkan
hasil impor jagung turun 66,6%, dan luas pertanaman jagung 2017 diharapkan
meningkat 1 juta hektare. Dengan demikian, produksi dan harga akan tetap
terjaga dan bahan baku pakan ternak terjamin. GPMT dan Kementan sepakat 2017
tidak impor jagung.
Terkait dengan impor beras yang tercatat pada 2016, telah
diakui oleh Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa impor tersebut ialah
pelaksanaan rekomendasi impor 2015. Atau dengan kata lain itu merupakan
luncuran impor 2015 yang belum selesai di 2015. Jadi, bukan impor yang
direkomendasikan 2016 karena pada tahun tersebut tidak ada rekomendasi impor.
Untuk data beras, jagung dan pangan lainnya Kementan selalu mengacu pada data
BPS, sebagai lembaga yang legitimate terkait dengan seluruh data nasional. ●
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar