Senin, 03 Agustus 2015

Uang dan Kebahagiaan

Uang dan Kebahagiaan

Agustine Dwiputri ;   Penulis kolom “Konsulltasi Psikologi” Kompas Minggu
                                                       KOMPAS, 02 Agustus 2015      

                                                                                                                                                           
                                                                                                                                                           

Bagaimana hubungan antara uang dan kebahagiaan merupakan pertanyaan menarik, rumit, dan sensitif untuk dibicarakan. Banyak orang tampak sangat membingungkan hal ini. Meski demikian, rasanya perlu sesekali kita merenungkan kedua hal ini agar membuat hidup kita ke depan menjadi lebih baik.

Menurut Gretchen Rubin dalam buku The Happiness Project (2009), uang itu memenuhi kebutuhan dasar manusia. Uang merupakan suatu sarana dan akhir dari sesuatu. Ini adalah cara untuk menjaga nilai, memenangkan rasa aman, melatih kemurahan hati, dan memperoleh pengakuan. Uang dapat mendorong pada keinginan untuk menguasai atau menggemari. Uang melambangkan status dan keberhasilan. Uang dapat menciptakan kekuatan dalam suatu relasi dan di dunia. Uang sering mempertahankan berbagai hal di mana kita merasa kekurangan: kalau saja kita punya uang, kita akan menjadi petualang atau dihormati atau menjadi seorang yang dermawan. Jadi uang memang diperlukan untuk keberlangsungan hidup.

Ragam pandangan

Rubin meyakini bahwa ”uang tidak bisa membeli kebahagiaan”, tetapi cukup jelas bahwa banyak orang yakin tentang pentingnya uang untuk kebahagiaan mereka. Uang bukan tanpa manfaat. Pada kenyataannya, penelitian menunjukkan bahwa orang-orang di negara-negara kaya melaporkan lebih bahagia daripada orang di negara-negara miskin, dan di suatu negara tertentu, orang-orang dengan lebih banyak uang cenderung lebih bahagia daripada mereka yang kurang. Juga, begitu negara menjadi lebih kaya, warga negaranya menjadi kurang terfokus pada keamanan fisik dan ekonomi serta lebih peduli pada tujuan seperti kebahagiaan dan realisasi diri.

Kemakmuran memungkinkan kita untuk mengalihkan perhatian pada hal-hal yang lebih transenden, merindukan kehidupan bukan hanya kenyamanan material, melainkan juga pada makna, keseimbangan, dan kegembiraan.

Salah satu cara penting seseorang mengevaluasi keadaan mereka adalah dengan membandingkan dirinya dengan orang-orang di sekitar mereka dan dengan pengalaman mereka sendiri sebelumnya. Misalnya, orang mengukur diri sendiri terhadap rekan-rekan sebayanya, dan menghasilkan lebih banyak uang daripada yang lain dalam kelompok usia mereka cenderung membuat orang lebih bahagia. Sejalan dengan hal ini, penelitian menunjukkan bahwa orang-orang yang tinggal di lingkungan bersama dengan orang-orang yang lebih kaya cenderung kurang bahagia dibandingkan dengan mereka yang berada di lingkungan di mana tetangga mereka punya penghasilan yang relatif sama dengan yang mereka peroleh.

Para pendukung pandangan bahwa ”uang tidak bisa membeli kebahagiaan” bertolak pada hasil suatu penelitian yang menunjukkan bahwa orang-orang di Amerika tidak menilai kualitas hidup mereka jauh lebih tinggi daripada orang yang hidup dalam kemiskinan di Kalkutta—walaupun, tentu saja, mereka tinggal dalam keadaan yang jauh lebih nyaman. Kebanyakan orang, di seluruh dunia, menilai diri mereka sebagai ”sedikit bahagia”.

Sangat mengagumkan bahwa orang dapat menemukan kebahagiaan, baik dalam situasi kemiskinan maupun dalam keadaan berkecukupan. Itulah ketangguhan dari mental manusia.

Uang bisa beli kebahagiaan?

Jelas tidak, uang saja tidak bisa membeli kebahagiaan. Dapatkah uang membantu membeli kebahagiaan? Ya, bisa jika digunakan secara bijak. Kaya atau miskin, orang membuat pilihan tentang bagaimana mereka menghabiskan uang, dan pilihan-pilihan itu dapat meningkatkan kebahagiaan atau menguranginya. Adalah suatu kesalahan apabila mengasumsikan bahwa uang akan memengaruhi setiap orang dengan cara yang sama. Tidak ada rata-rata statistik yang dapat menunjukkan bagaimana individu tertentu akan terpengaruh oleh uang, hal ini bergantung pada keadaan lingkungan dan temperamen individual.

Rubin mengidentifikasi tiga faktor yang membentuk pentingnya uang bagi seseorang:

1. Bergantung pada orang seperti apa Anda.

Uang memiliki nilai yang berbeda untuk setiap orang. Anda mungkin suka mengumpulkan barang seni yang modern, atau lebih suka menyewa film-film lama. Anda mungkin memiliki enam anak dan orangtua yang sakit dan bergantung pada Anda, atau Anda mungkin tidak memiliki anak dengan orangtua yang mandiri. Anda mungkin suka bepergian, atau lebih memilih banyak berada di rumah.

2. Bergantung pada bagaimana Anda membelanjakan uang.

Anda mungkin cenderung membeli tas bermerek, atau membeli tanaman bunga. Anda mungkin berbelanja secara royal untuk gawai, atau mungkin lebih royal untuk sepeda baru.

3. Bergantung pada berapa banyak uang yang Anda miliki relatif terhadap orang di sekitar Anda dan relatif terhadap pengalaman Anda sendiri.

Kaitan dengan kesehatan

Ketika uang atau kesehatan merupakan masalah, maka Anda akan berpikir lain; ketika kedua hal tersebut tidak merupakan masalah, Anda tidak berpikir banyak tentang hal itu. Uang dan kesehatan berkontribusi pada kebahagiaan terutama secara negatif; kekurangan atau kehilangan dari kedua hal tersebut memberikan lebih banyak ketidakbahagiaan ketimbang memiliki uang dan kesehatan akan membawa pada kebahagiaan.

Menjadi sehat tidak menjamin kebahagiaan. Banyak orang yang sehat merasa sangat tidak bahagia. Banyak dari mereka menyia-nyiakan kesehatan mereka atau mengandalkannya begitu saja. Faktanya, beberapa orang bahkan mungkin lebih baik dengan beberapa keterbatasan fisiknya karena akan mencegah mereka dari membuat pilihan yang merusak. Namun, fakta bahwa kesehatan yang baik tidak menjamin kebahagiaan tidak berarti bahwa kesehatan yang baik tidak menjadi soal bagi kebahagiaan. Demikian pula halnya dengan uang. Apabila digunakan secara bijak, uang ataupun kesehatan dapat berkontribusi besar terhadap kebahagiaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar