Senin, 01 Juli 2013

Membangun Keluarga Berkualitas

Membangun Keluarga Berkualitas
Siti Muyassarotul Hafidzoh ;  Ibu Rumah Tangga,
Peneliti Program Pascasarjana UNY
MEDIA INDONESIA, 29 Juni 2013


HARI ini diperingati sebagai Hari Keluarga Nasional (Harganas). Keluarga merupakan institusi terkecil dalam lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Keluarga menjadi tempat berseminya cinta, kasih sayang, keteladanan, dan kearifan. Keluarga menjadi `sekolah pertama' seorang anak untuk menyerap ilmu kehidupan. Kalau keluarga bisa menjadi surga yang penuh ilmu dan keteladanan, anak-anak akan mendapatkan warisan agung yang menjadi bekal kehidupan di masa depan. Keluarga yang terjaga akan menegakkan Indonesia yang bermartabat. Keluarga menjadi tempat pertama lahirnya peradaban Indonesia yang maju dan berkeadaban.

Momentum peringatan Harganas harus menjadi refleksi serius pemerintah dalam meningkatkan kualitas keluarga. Sesuai dengan yang tercantum dalam diktat Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) 1992, keluarga berkualitas ialah keluarga yang sejahtera, sehat, maju, mandiri, memiliki jumlah anak ideal, berwawasan ke depan, bertanggung jawab, harmonis, dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sejahtera berarti sebuah keluarga dapat memenuhi kebutuhan pokoknya.

Sehat mencakup sehat jasmani, rohani, dan sosial. Maju bermakna memiliki keinginan untuk mengembangkan pengetahuan dan kemampuan diri dan keluarganya guna meningkatkan kualitasnya. Berjiwa mandiri diartikan memiliki wawasan, kemampuan, sikap, dan perilaku tidak bergantung pada orang lain.
Kemudian jumlah anak ideal ialah jumlah anak dalam keluarga yang diinginkan dan dianggap sesuai dengan kemampuan keluarga, tetapi tetap memperhatikan kepentingan sosial. Berwawasan berarti memiliki pengetahuan dan pandangan yang luas sehingga mampu, peduli, dan kreatif dalam upaya pemenuhan kebutuhan keluarga dan masyarakat secara sosial. Harmonis mencerminkan kondisi keluarga yang utuh dan mempunyai hubungan yang serasi di antara semua anggota keluarga. Yang terakhir, bertakwa berarti taat beribadah dan melaksanakan ajaran agamanya.

Keluarga berkualitas yang diimpikan tersebut sekarang sedang di persimpangan jalan. Sejak bergulirnya era reformasi, program KB betul-betul mati suri. Jumlah penduduk pun meningkat drastis, di luar yang kita perkirakan. Pemerintah memperkirakan jumlah penduduk sekitar 234 jutaan jiwa, ternyata jumlah sebenarnya mencapai mencapai 237,6 juta jiwa. Laju pertumbuhan penduduk meningkat dari tahun sebelumnya. Tahun sebelumnya sudah kita turunkan 1,45%, tapi 2010 naik menjadi 1,49%. Itu terlihat dari sensus penduduk 2010.

Tidak berubah

Pemerintah selama ini juga gagal dalam pemenuhan hak dasar keluarga, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, dan kesehatan (termasuk KB di dalamnya). Salah satu contoh, angka kematian ibu di Indonesia masih 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Artinya sekitar 10.260 ibu melahirkan meninggal setiap tahunnya atau 28 orang ibu meninggal akibat proses persalinan/kehamilan dalam per hari. (Menko Kesra, dalam Rakernas Pembangunan Kependudukan dan Keluarga Berencana, 26 Januari 2011).

Sementara itu, payung hukum program KB telah disempurnakan dengan UU No 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera dan Perpres No 62/2010, tetapi tidak banyak membawa warna. Sebab, titik berat si fatnya sekadar mengubah nomenklatur dari Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional menjadi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional.

Aspek lain yang kurang strategi ialah lembaga pengelola hanya setingkat badan yang pimpinannya dilantik menkes. Padahal, pimpinannya diharapkan setingkat kementerian dan perwakilan di tingkat provinsi tidak perlu ditangani dua SOPD karena menambah galau daerah. Oleh karena itu, kebijakan pemerintah dalam hal kelembagaan beserta unsur pendukungnya perlu segera dipikirkan dan diimplementasikan, seperti daya, dana, dan sarana-prasarana (caturbhava utama).

Dalam konteks itulah, pemerintah seharusnya segera menyosialisasikan UU No 52/2009 tentang Perkembangan Kependudukan dan Pembangunan Keluarga beserta Perpres No 62/2010 tentang petunjuk pelaksanaannya kepada seluruh stakeholder di semua tingkatan/kalangan, termasuk upaya penguatan database program KB agar mempunyai kekuatan dan posisi tawar yang layak dalam pembangunan.

Pembangunan masa depan harus didukung sumber daya manusia andal yang lahir dari keluarga berkualitas. Di samping itu, pemerintah harus segera menggalang komitmen dengan unsur pimpinan daerah secara mantap tentang pentingnya pembangunan kependudukan dan program KB, termasuk upaya keringanan jasa medis dalam pelayanan KB.

Perlu perencanaan

Keluarga berkualitas sangat ditunggu untuk Indonesia masa depan. Keluarga berkualitas akan menjadi sumber Indonesia berkualitas. Rhenald Kasali dalam Change (2010) memberikan kiat khusus membangun keluarga berkualitas dengan perencanaan masa depan yang komprehensif. Pertama, mulailah dengan diri sendiri (start with yourself). Keluarga berkualitas akan melakukan sesuatu yang positif dari diri sendiri. Lakukan introspeksi diri keluarga sebelum menuntut orang lain untuk melakukan sesuatu.

Kedua, jangan berorientasi pada orang lain, tapi bagi diri sendiri (don't oriented to another but yourself). Keluarga harus ikhlas dalam mendisiplinkan diri, jangan karena kita ingin mengalahkan orang lain atau ingin mendapatkan pujian orang lain. Keluarga akan kecewa ketika orang lain tidak bisa kita kalahkan atau kita akan menyesal ketika tidak ada orang lain yang memuji kita. Jadi dampak disiplin yang lahir karena orang lain tidaklah permanen untuk memajukan diri kita.

Ketiga, jangan menunda. Lakukan dari sekarang (start early). Kebiasaan buruk kita ialah menunda pekerjaan, memperlambat memulai hal-hal baik yang sudah ada dalam pikiran kita. Jangan tunggu sore datang kalau di pagi hari kita mampu menyelesaikan pekerjaan untuk sore hari. Kita harus adopsi cara-cara bekerja orang besar: kerja keras dengan tidak menunda pekerjaan, persisten (ulet dan tekun), bertanggung jawab, dan bersikap positif.

Keempat, mulailah dari hal yang kecil (start small), jangan abaikan hal-hal kecil karena hal-hal besar selalu diawali dari yang kecil. Perubahan besar tidak akan terjadi jika tidak diawali dari perubahan kecil. Disiplin untuk membuang sampah pada tempatnya, salat tepat waktu, bangun sebelum subuh ialah perkara kecil yang mampu mendorong kita untuk melakukan kedisiplinan yang lebih besar. Ingatkah kita dengan pepatah China yang mengatakan bahwa orang yang memindahkan gunung memulai dengan memindahkan batu-batu kecil?

Mulai sekarang juga (start now) membangun keluarga berkualitas. Bila menunggu hari esok, itu bisa membuat fokus kita menjadi hilang. Sekarang adalah waktu terbaik untuk menjadi keluarga yang terbaik. Menunda esok berarti kita menunda menjadi keluarga terbaik. Semakin menunda menjadi keluarga terbaik, kita semakin tertinggal dari kualitas yang melekat. Kita juga tertinggal dari keluarga lain yang sudah melakukan hal serupa sekarang. Jangan biarkan keluarga Anda tenggelam dalam kemalasan yang justru merugikan keluarga Anda sendiri. Bangunlah!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar