Kamis, 25 Juli 2013

Saat membahagiakan bagi Monarki Inggris

Saat membahagiakan bagi Monarki Inggris
Anton Alifandi  ;   Koresponden Kompas di London
KOMPAS, 24 Juli 2013

  
SEBAGIAN besar masyarakat Inggris kini bisa merasa lega dan bersukacita dengan kelahiran bayi kerajaan yang kelak akan bergelar Pangeran Cambridge. Selama berhari-hari, rakyat seolah ikut cemas dan berdebar-debar menunggu kelahirannya.

Ketegangan memuncak sejak Senin pagi, setelah Kate Middleton, istri Pangeran William yang bergelar Duchess of Cambridge, diberitakan masuk ruang bersalin di Rumah Sakit St Mary’s di London Barat. Akibat minimnya informasi resmi, sepanjang hari media massa di Inggris sibuk berbual tentang segala aspek kelahiran sang pangeran.

Sebelum sang bayi lahir, William dan Kate dengan ketat menjaga privasi mereka meski menghadapi rasa ingin tahu masyarakat yang besar. Dalam setiap acara, mereka selalu menghadapi pertanyaan-pertanyaan serupa, seperti apakah sudah tahu jenis kelamin sang bayi, kapan dia akan lahir, dan siapa namanya.
Dengan halus mereka menolak menjawab sehingga masyarakat hanya bisa menerka-nerka jawabannya.

Para pemerhati monarki Inggris menghitung, sang bayi kerajaan itu seharusnya lahir pertengahan Juli. Jadi ketika tanggal itu terlampaui, spekulasi makin ramai tentang persalinan Kate, mulai dari soal kemungkinan penggunaan hormon perangsang hingga kemungkinan operasi caesar.

Cuaca terik, yang tak lazim bagi warga London, juga masuk dalam pembicaraan: bagaimana rasanya melahirkan di tengah cuaca yang begitu panas? Seakan ruang bersalin untuk Middleton tak dilengkapi mesin pendingin ruangan.

Tradisi dan modernitas

Setelah dinanti sepanjang hari, akhirnya kehadiran Pangeran Cambridge diumumkan sekitar empat jam setelah dia dilahirkan pada pukul 16.24 waktu setempat (22.24WIB), hari Senin. Sesuai tradisi, pengumuman kelahiran itu dipasang di sebuah plakat kayu berukir di halaman depan Istana Buckingham.
Namun selain berpegang pada tradisi, monarki Inggris juga beradaptasi dengan teknologi. Beberapa menit sebelum pengumuman itu dipasang, pegawai rumah tangga kerajaan mengirim surat elektronik kepada semua media, mengabarkan kelahiran sang pangeran.

Secara substansial, kemampuan adaptasi itu bisa dilihat dari pernikahan William dengan Middleton, perempuan dari keluarga bukan bangsawan yang diterima keluarga kerajaan dan disambut seluruh rakyat.
Dalam pidato singkatnya menyambut kelahiran sang pangeran, Perdana Menteri Inggris David Cameron dengan jeli menangkap kedekatan hubungan keluarga Kerajaan Inggris dengan sebagian besar rakyatnya dewasa ini. Cameron menyebut, kelahiran sang pangeran sebagai momen penting dalam kehidupan bangsa Inggris. Dia juga memuji keluarga kerajaan atas ”pengabdian mereka yang begitu besar dan luar biasa.”

Ucapan selamat dan hadiah pun berdatangan. Pangeran mungil ini belum memiliki nama, tetapi sudah memiliki gedung yang didedikasikan kepadanya. PM Australia Kevin Rudd mengatakan, sebuah fasilitas di Kebun Binatang Taronga Park, Sydney, akan diberi nama pangeran kecil itu sebagai hadiah dari rakyat Australia. Australia juga mendonasikan 10.000 dollar Australia (Rp 94 juta) atas namanya untuk riset penyelamatan bilby, hewan gurun marsupial yang terancam
punah.

”Annus mirabilis”

Dalam dua tahun terakhir, tiga peristiwa besar membuat keluarga Kerajaan Inggris makin populer. Pernikahan Pangeran William dan Middleton pada April 2011 disambut warga yang tumpah ruah di sepanjang rute prosesi pernikahan.

Sepanjang 2012, peringatan 60 tahun bertakhta Ratu Elizabeth II dirayakan meriah jutaan rakyatnya. Kelahiran Pangeran Cambridge, Senin malam, melengkapi kegembiraan ini.

Jajak pendapat tahunan lembaga survei ICM dan surat kabar The Guardian pada tahun 2012 mencatat popularitas kerajaan mencapai tingkat tertinggi dalam 16 tahun terakhir.

Sekitar 69 persen responden berpendapat, Inggris Raya akan lebih buruk tanpa monarki, sedangkan 22 persen mengatakan, negara akan lebih baik jika monarki dihapus. Selisih 47 poin persentase ini yang terbesar sejak survei digelar tahun 1997.

Dukungan kuat itu merata di semua lapisan sosial di Inggris dan Wales. Di Skotlandia, 50 persen responden mengatakan bahwa keberadaan monarki merupakan suatu hal yang positif.

Survei lain juga menunjukkan rekor popularitas keluarga Kerajaan Inggris. Keadaan ini amat berbeda dengan tahun 1992, yang oleh Ratu Elizabeth disebut annus horribilis, tahun yang mengerikan, karena sejumlah skandal dan perceraian. Atau tahun 1997 ketika keluarga kerajaan jadi sasaran sejumlah kritik setelah kematian Putri Diana.

Tahun 2013 tampaknya akan menjadi annus mirabilis, tahun yang indah bagi Ratu dan keluarganya.
Sorotan media
Bagi 20 persen penduduk Inggris Raya yang antimonarki, hanya sedikit ruang publik yang tersedia untuk melampiaskan rasa jenuh atas pemberitaan kelahiran sang pangeran.

Semua koran nasional di Inggris secara besar-besaran meliput peristiwa ini, termasuk The Guardian dan The Independent, dua surat kabar yang mewakili pandangan pembaca berhaluan kiri yang sebagian antimonarki.
Perbedaan liputan mereka dengan koran-koran kanan, seperti The Times, The Telegraph dan Daily Mail, hanya terletak pada nada tulisan yang terkadang bernada kritis terhadap kerajaan. The Guardian pada hari Selasa, melalui kolumnisnya Zoe Williams, mengkritik pemberitaan media yang ia sebut amat berlebihan dan tanpa isi.

Sementara berita The Independent mengingatkan bahwa sang bayi kerajaan tak akan mengalami kemiskinan, berbeda dengan satu dari tiga anak di Inggris yang mengalami kemiskinan relatif.
Namun, sikap The Independent ini sangat lunak bila dibandingkan dengan penolakannya untuk memuat berita-berita keluarga kerajaan ketika koran itu pertama terbit tahun 1986. Hanya majalah satir Private Eye yang halaman depannya memuat judul polos ”Woman Has Baby”, memandang peliputan besar-besaran kelahiran bayi itu hanya sebagai kekonyolan.

Kehadiran generasi baru calon ahli waris takhta Kerajaan Inggris ini memberi angin segar bagi monarki yang berumur hampir 1.000 tahun itu. Pangeran Cambridge bisa menelusuri silsilah para pendahulunya di kerajaan itu sampai tahun 1066 ketika Raja William Sang Penakluk merebut takhta Inggris.

Sejak itu monarki Inggris mengalami pasang surut, antara lain dengan terbentuknya sebuah republik pada abad ke-17. Namun, pada awal abad ke-21 ini, ancaman kembalinya republik di Inggris terasa amat jauh.
Monarki dan rakyatnya, semua sedang tenggelam dalam kebahagiaan.... ●

Tidak ada komentar:

Posting Komentar