|
KOMPAS,
24 Juli 2013
SEBAGIAN besar masyarakat Inggris
kini bisa merasa lega dan bersukacita dengan kelahiran bayi kerajaan yang kelak
akan bergelar Pangeran Cambridge. Selama berhari-hari, rakyat seolah ikut cemas
dan berdebar-debar menunggu kelahirannya.
Ketegangan memuncak sejak Senin
pagi, setelah Kate Middleton, istri Pangeran William yang bergelar Duchess of
Cambridge, diberitakan masuk ruang bersalin di Rumah Sakit St Mary’s di London
Barat. Akibat minimnya informasi resmi, sepanjang hari media massa di Inggris
sibuk berbual tentang segala aspek kelahiran sang pangeran.
Sebelum sang bayi lahir, William
dan Kate dengan ketat menjaga privasi mereka meski menghadapi rasa ingin tahu
masyarakat yang besar. Dalam setiap acara, mereka selalu menghadapi
pertanyaan-pertanyaan serupa, seperti apakah sudah tahu jenis kelamin sang
bayi, kapan dia akan lahir, dan siapa namanya.
Dengan halus mereka menolak
menjawab sehingga masyarakat hanya bisa menerka-nerka jawabannya.
Para pemerhati monarki Inggris
menghitung, sang bayi kerajaan itu seharusnya lahir pertengahan Juli. Jadi
ketika tanggal itu terlampaui, spekulasi makin ramai tentang persalinan Kate,
mulai dari soal kemungkinan penggunaan hormon perangsang hingga kemungkinan
operasi caesar.
Cuaca terik, yang tak lazim bagi
warga London, juga masuk dalam pembicaraan: bagaimana rasanya melahirkan di
tengah cuaca yang begitu panas? Seakan ruang bersalin untuk Middleton tak
dilengkapi mesin pendingin ruangan.
Tradisi dan modernitas
Setelah dinanti sepanjang hari,
akhirnya kehadiran Pangeran Cambridge diumumkan sekitar empat jam setelah dia
dilahirkan pada pukul 16.24 waktu setempat (22.24WIB), hari Senin. Sesuai
tradisi, pengumuman kelahiran itu dipasang di sebuah plakat kayu berukir di
halaman depan Istana Buckingham.
Namun selain berpegang pada
tradisi, monarki Inggris juga beradaptasi dengan teknologi. Beberapa menit
sebelum pengumuman itu dipasang, pegawai rumah tangga kerajaan mengirim surat
elektronik kepada semua media, mengabarkan kelahiran sang pangeran.
Secara substansial, kemampuan adaptasi
itu bisa dilihat dari pernikahan William dengan Middleton, perempuan dari
keluarga bukan bangsawan yang diterima keluarga kerajaan dan disambut seluruh
rakyat.
Dalam pidato singkatnya menyambut
kelahiran sang pangeran, Perdana Menteri Inggris David Cameron dengan jeli
menangkap kedekatan hubungan keluarga Kerajaan Inggris dengan sebagian besar
rakyatnya dewasa ini. Cameron menyebut, kelahiran sang pangeran sebagai momen
penting dalam kehidupan bangsa Inggris. Dia juga memuji keluarga kerajaan atas ”pengabdian
mereka yang begitu besar dan luar biasa.”
Ucapan selamat dan hadiah pun
berdatangan. Pangeran mungil ini belum memiliki nama, tetapi sudah memiliki
gedung yang didedikasikan kepadanya. PM Australia Kevin Rudd mengatakan, sebuah
fasilitas di Kebun Binatang Taronga Park, Sydney, akan diberi nama pangeran
kecil itu sebagai hadiah dari rakyat Australia. Australia juga mendonasikan
10.000 dollar Australia (Rp 94 juta) atas namanya untuk riset penyelamatan
bilby, hewan gurun marsupial yang terancam
punah.
punah.
”Annus mirabilis”
Dalam dua tahun terakhir, tiga
peristiwa besar membuat keluarga Kerajaan Inggris makin populer. Pernikahan
Pangeran William dan Middleton pada April 2011 disambut warga yang tumpah ruah
di sepanjang rute prosesi pernikahan.
Sepanjang 2012, peringatan 60 tahun
bertakhta Ratu Elizabeth II dirayakan meriah jutaan rakyatnya. Kelahiran
Pangeran Cambridge, Senin malam, melengkapi kegembiraan ini.
Jajak pendapat tahunan lembaga
survei ICM dan surat kabar The Guardian pada tahun 2012 mencatat
popularitas kerajaan mencapai tingkat tertinggi dalam 16 tahun terakhir.
Sekitar 69 persen responden
berpendapat, Inggris Raya akan lebih buruk tanpa monarki, sedangkan 22 persen
mengatakan, negara akan lebih baik jika monarki dihapus. Selisih 47 poin
persentase ini yang terbesar sejak survei digelar tahun 1997.
Dukungan kuat itu merata di semua
lapisan sosial di Inggris dan Wales. Di Skotlandia, 50 persen responden
mengatakan bahwa keberadaan monarki merupakan suatu hal yang positif.
Survei lain juga menunjukkan rekor
popularitas keluarga Kerajaan Inggris. Keadaan ini amat berbeda dengan tahun
1992, yang oleh Ratu Elizabeth disebut annus horribilis, tahun yang
mengerikan, karena sejumlah skandal dan perceraian. Atau tahun 1997 ketika
keluarga kerajaan jadi sasaran sejumlah kritik setelah kematian Putri Diana.
Tahun 2013 tampaknya akan
menjadi annus mirabilis, tahun yang indah bagi Ratu dan keluarganya.
Sorotan media
Bagi 20 persen penduduk Inggris
Raya yang antimonarki, hanya sedikit ruang publik yang tersedia untuk
melampiaskan rasa jenuh atas pemberitaan kelahiran sang pangeran.
Semua koran nasional di Inggris
secara besar-besaran meliput peristiwa ini, termasuk The
Guardian dan The Independent, dua surat kabar yang mewakili pandangan
pembaca berhaluan kiri yang sebagian antimonarki.
Perbedaan liputan mereka dengan
koran-koran kanan, seperti The Times, The
Telegraph dan Daily Mail, hanya terletak pada nada tulisan yang
terkadang bernada kritis terhadap kerajaan. The Guardian pada hari
Selasa, melalui kolumnisnya Zoe Williams, mengkritik pemberitaan media yang ia
sebut amat berlebihan dan tanpa isi.
Sementara berita The
Independent mengingatkan bahwa sang bayi kerajaan tak akan mengalami
kemiskinan, berbeda dengan satu dari tiga anak di Inggris yang mengalami
kemiskinan relatif.
Namun, sikap The
Independent ini sangat lunak bila dibandingkan dengan penolakannya untuk
memuat berita-berita keluarga kerajaan ketika koran itu pertama terbit tahun
1986. Hanya majalah satir Private Eye yang halaman depannya memuat
judul polos ”Woman Has Baby”, memandang peliputan besar-besaran kelahiran bayi
itu hanya sebagai kekonyolan.
Kehadiran generasi baru calon ahli
waris takhta Kerajaan Inggris ini memberi angin segar bagi monarki yang berumur
hampir 1.000 tahun itu. Pangeran Cambridge bisa menelusuri silsilah para
pendahulunya di kerajaan itu sampai tahun 1066 ketika Raja William Sang
Penakluk merebut takhta Inggris.
Sejak itu monarki Inggris mengalami
pasang surut, antara lain dengan terbentuknya sebuah republik pada abad ke-17.
Namun, pada awal abad ke-21 ini, ancaman kembalinya republik di Inggris terasa
amat jauh.
Monarki dan rakyatnya, semua sedang
tenggelam dalam kebahagiaan.... ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar