|
KORAN
SINDO, 26 Juli 2013
Tidak ada satu orang pun yang bisa sempurna. Tidak ada satu
orang pun yang di dalam hidupnya tidak pernah gagal. Tidak ada satu orang pun
yang tidak pernah melakukan kesalahan di dalam kesehariannya.
Donald Trump pernah bilang, ”Tidak ada satu atlet ice skating yang juara olimpiade yang tidak pernah terjatuh selama dia berkarier.” Lalu, kenapa banyak orang yang sudah tahu apa yang saya tulis di atas, mereka sadari bahwa semua orang pasti akan pernah melakukan kesalahan, tapi takut untuk bertindak? Mereka takut mengambil langkah pertama atau membuat sebuah keputusan karena mereka takut salah.
Kenapa harus takut salah? Satu-satunya kesalahan yang harus kita takuti adalah kesalahan yang apabila dilakukan akan berakibat fatal, kematian. Selebihnya, kayaknyatidak perlu kita takuti. Pada dasarnya setiap manusia sejak lahir telah memiliki rasa takut. Tanpa ada yang menakut- nakuti, hampir semua anak kecil takut dengan kegelapan. Wajar. Untuk bisa menghilangkan rasa takut secara keseluruhan, mungkin tidak bisa.
Mereka para stuntman (pemeran pengganti di film-film action atau para atlet extreme sports) meski tidak takut melakukan adegan-adegan berbahaya, pasti tetap memiliki rasa takut, mungkin di area lain. Nah, pertanyaan yang harus kita tanyakan ke diri sendiri, ”Bagaimana cara untuk setidaknya mengurangi rasa takut yang ada di dalam diri kita?” Banyak orang yang takut ketika harus berbicara di depan orang banyak. Rasanya perut melilit, dengkul akan menjadi lemas, tangan dan jemari akan gemetar. Mungkin dari beberapa hari sebelumnya sudah tidak bisa tidur nyenyak.
Menurut sebuah survei, memang ketakutan untuk berbicara di depan orang banyak ini menduduki peringkat atas dari sekian banyak ketakutan lainnya. Percaya atau tidak, lebih banyak yang takut bicara di depan orang banyak daripada terjun payung! Adalah manusiawi apabila kita takut atau grogi ketika melakukan sesuatu yang memang tidak kita kuasai. Kita takut melakukan kesalahan. Kita takut malu. Wajar.
Kata kunci dari kalimat saya ini: ”tidak kita kuasai.” Jelas, mana bisa seseorang punya percaya diri yang tinggi kalau dia tidak mengetahui hal yang akan dia lakukan? Mungkin ada segelintir orang yang demikian, tapi apakah ini suatu hal yang positif? Saya rasa tidak karena mereka orang-orang yang mungkin over confident atau memiliki rasa percaya diri yang berlebihan.
Kita tahu kan bahwa segala sesuatu yang ”berlebihan” itu tidak baik. Jadi, balik ke pertanyaan di atas, ”Bagaimana untuk bisa mengurangi rasa takut (dalam mengambil keputusan, bertindak, dan melakukan kesalahan)? Jawabannya: Berlatih. Biasakan. Pernah dengar teori ”10.000 jam” yang disampaikan Malcolm Gladwell di buku Outliers? Di buku itu dijelaskan bahwa The Beatles bisa menjadi band terlaris dan legendaris karena sebelum ngetop, dia sudah bermain di kafe-kafe selama kurang lebih 10 tahun (10.000 jam).
Kebanyakan orang baru akan ”melihat” The Beatles ketika mereka ngetop, yang mereka tidak sadari adalah bagaimana mereka terus melatih diri mereka, ”masuk” ke dalam industri musik dengan tekun, selama 10 tahun. Saya yakin ketika mereka sudah ngetop, ketika mereka harus manggung di depan puluhan ribu penggemarnya, mereka tidak lagi grogi atau takut melakukan kesalahan.
Kenapa? Ya karena mereka sudah memiliki percaya diri yang tinggi, hasil dari latihan mereka bertahun-tahun. Mereka sudah terbiasa. Sejak saya kuliah saya sudah membiasakan diri saya untuk memberikan presentasi di depan kelas. Entah berapa presentasi yang saya lakukan saat kuliah dulu. Ketika saya kali pertama kerja, saya sudah mulai memiliki percaya diri lebih ketika harus melakukan presentasi di depan para merchandiser/buyer (kala itu saya bekerja sebagai product line manager Nike yang mempresentasikan model-model sepatu terbaru di tradeshow).
Sejalan dengan karier saya yang berkembang, saya pun semakin terbiasa untuk berbicara di depan tim saya yang berjumlah ratusan orang ketika saya di Oakley dan MRA Group, dua perusahaan terakhir sebelum saya memutuskan untuk banting setir menjadi seorang entrepreneur. Tapi, percaya tidak bahwa ketika saya harus bicara di depan ratusan anak-anak mahasiswa dalam rangkaian Young On Top Campus Roadshow pada Oktober 2009, saya gemeteran.
Kenapa bisa begitu? Karena selama bertahun-tahun, saya bicara ke tim yang telah mengenalsaya. Saya bicara atau memberikan presentasi sebagai seorang GM dan direktur. Tapi, ketika saya harus bicara di kampus, mahasiswa-mahasiswi banyak yang tidak mengenal pribadi saya. Mereka saat itu hanya tahu bahwa saya penulis buku Young On Top. Bahkan mungkin lebihbanyakyangtidakmengenal saya. Cara corporate presentation dan public presentation jelas berbeda. Saya belum pernah melakukan sebelumnya. Saya grogi. Wajar.
Singkat cerita, empat tahun kemudian (sekarang), ketika saya harus bicara di depan ribuan orang sekalipun, selama materi yang harus saya bawakan adalah seputar Young On Top, saya tidak akan takut. Karena apa? Karena selama empat tahun terakhir, saya sudah bicara lebih dari 100 kali di depan publik membawakan materi tentang passion, leadership, dan karakter di kampus maupun di banyak perusahaan.
Nah, sekarang kan saya sudah tidak takut lagi untuk bicara di depan publik, tapi apakah ini berlaku untuk materi-materi yang di luar apa yang saya kuasai? Tentu tidak! Saya yakin saya akan tidak bisa tidur, gemeteran, atau grogi luar biasa kalau saya harus membawakan materi tentang perbankan atau oil and gas, atau apa pun materi yang memang tidak saya kuasai. Saya bukan Superman yang menguasai semua hal. Saya yakin tidak ada satu pun orang di dunia ini yang menguasai semua hal.
Jadi, tidak usah khawatir kalau Anda grogi, takut melakukan kesalahan. Yang Anda harus pikirkan adalah, apa yang ingin Anda capai? Kalau Anda ingin menjadi seorang CEO, ya jelas Anda harus dari sekarang berusaha untuk berani memimpin. Grogi, wajar. Melakukan kesalahan, wajar. Terus berlatih hingga ”10,000 jam”. Terus latih kemampuan Anda. Biasakan. Pernah dengar pepatah, ”Life goes on”? Ya, apa pun kesalahan yang Anda lakukan, hidup jalan terus. Ngapainmesti takut? See you ON TOP! ●
Donald Trump pernah bilang, ”Tidak ada satu atlet ice skating yang juara olimpiade yang tidak pernah terjatuh selama dia berkarier.” Lalu, kenapa banyak orang yang sudah tahu apa yang saya tulis di atas, mereka sadari bahwa semua orang pasti akan pernah melakukan kesalahan, tapi takut untuk bertindak? Mereka takut mengambil langkah pertama atau membuat sebuah keputusan karena mereka takut salah.
Kenapa harus takut salah? Satu-satunya kesalahan yang harus kita takuti adalah kesalahan yang apabila dilakukan akan berakibat fatal, kematian. Selebihnya, kayaknyatidak perlu kita takuti. Pada dasarnya setiap manusia sejak lahir telah memiliki rasa takut. Tanpa ada yang menakut- nakuti, hampir semua anak kecil takut dengan kegelapan. Wajar. Untuk bisa menghilangkan rasa takut secara keseluruhan, mungkin tidak bisa.
Mereka para stuntman (pemeran pengganti di film-film action atau para atlet extreme sports) meski tidak takut melakukan adegan-adegan berbahaya, pasti tetap memiliki rasa takut, mungkin di area lain. Nah, pertanyaan yang harus kita tanyakan ke diri sendiri, ”Bagaimana cara untuk setidaknya mengurangi rasa takut yang ada di dalam diri kita?” Banyak orang yang takut ketika harus berbicara di depan orang banyak. Rasanya perut melilit, dengkul akan menjadi lemas, tangan dan jemari akan gemetar. Mungkin dari beberapa hari sebelumnya sudah tidak bisa tidur nyenyak.
Menurut sebuah survei, memang ketakutan untuk berbicara di depan orang banyak ini menduduki peringkat atas dari sekian banyak ketakutan lainnya. Percaya atau tidak, lebih banyak yang takut bicara di depan orang banyak daripada terjun payung! Adalah manusiawi apabila kita takut atau grogi ketika melakukan sesuatu yang memang tidak kita kuasai. Kita takut melakukan kesalahan. Kita takut malu. Wajar.
Kata kunci dari kalimat saya ini: ”tidak kita kuasai.” Jelas, mana bisa seseorang punya percaya diri yang tinggi kalau dia tidak mengetahui hal yang akan dia lakukan? Mungkin ada segelintir orang yang demikian, tapi apakah ini suatu hal yang positif? Saya rasa tidak karena mereka orang-orang yang mungkin over confident atau memiliki rasa percaya diri yang berlebihan.
Kita tahu kan bahwa segala sesuatu yang ”berlebihan” itu tidak baik. Jadi, balik ke pertanyaan di atas, ”Bagaimana untuk bisa mengurangi rasa takut (dalam mengambil keputusan, bertindak, dan melakukan kesalahan)? Jawabannya: Berlatih. Biasakan. Pernah dengar teori ”10.000 jam” yang disampaikan Malcolm Gladwell di buku Outliers? Di buku itu dijelaskan bahwa The Beatles bisa menjadi band terlaris dan legendaris karena sebelum ngetop, dia sudah bermain di kafe-kafe selama kurang lebih 10 tahun (10.000 jam).
Kebanyakan orang baru akan ”melihat” The Beatles ketika mereka ngetop, yang mereka tidak sadari adalah bagaimana mereka terus melatih diri mereka, ”masuk” ke dalam industri musik dengan tekun, selama 10 tahun. Saya yakin ketika mereka sudah ngetop, ketika mereka harus manggung di depan puluhan ribu penggemarnya, mereka tidak lagi grogi atau takut melakukan kesalahan.
Kenapa? Ya karena mereka sudah memiliki percaya diri yang tinggi, hasil dari latihan mereka bertahun-tahun. Mereka sudah terbiasa. Sejak saya kuliah saya sudah membiasakan diri saya untuk memberikan presentasi di depan kelas. Entah berapa presentasi yang saya lakukan saat kuliah dulu. Ketika saya kali pertama kerja, saya sudah mulai memiliki percaya diri lebih ketika harus melakukan presentasi di depan para merchandiser/buyer (kala itu saya bekerja sebagai product line manager Nike yang mempresentasikan model-model sepatu terbaru di tradeshow).
Sejalan dengan karier saya yang berkembang, saya pun semakin terbiasa untuk berbicara di depan tim saya yang berjumlah ratusan orang ketika saya di Oakley dan MRA Group, dua perusahaan terakhir sebelum saya memutuskan untuk banting setir menjadi seorang entrepreneur. Tapi, percaya tidak bahwa ketika saya harus bicara di depan ratusan anak-anak mahasiswa dalam rangkaian Young On Top Campus Roadshow pada Oktober 2009, saya gemeteran.
Kenapa bisa begitu? Karena selama bertahun-tahun, saya bicara ke tim yang telah mengenalsaya. Saya bicara atau memberikan presentasi sebagai seorang GM dan direktur. Tapi, ketika saya harus bicara di kampus, mahasiswa-mahasiswi banyak yang tidak mengenal pribadi saya. Mereka saat itu hanya tahu bahwa saya penulis buku Young On Top. Bahkan mungkin lebihbanyakyangtidakmengenal saya. Cara corporate presentation dan public presentation jelas berbeda. Saya belum pernah melakukan sebelumnya. Saya grogi. Wajar.
Singkat cerita, empat tahun kemudian (sekarang), ketika saya harus bicara di depan ribuan orang sekalipun, selama materi yang harus saya bawakan adalah seputar Young On Top, saya tidak akan takut. Karena apa? Karena selama empat tahun terakhir, saya sudah bicara lebih dari 100 kali di depan publik membawakan materi tentang passion, leadership, dan karakter di kampus maupun di banyak perusahaan.
Nah, sekarang kan saya sudah tidak takut lagi untuk bicara di depan publik, tapi apakah ini berlaku untuk materi-materi yang di luar apa yang saya kuasai? Tentu tidak! Saya yakin saya akan tidak bisa tidur, gemeteran, atau grogi luar biasa kalau saya harus membawakan materi tentang perbankan atau oil and gas, atau apa pun materi yang memang tidak saya kuasai. Saya bukan Superman yang menguasai semua hal. Saya yakin tidak ada satu pun orang di dunia ini yang menguasai semua hal.
Jadi, tidak usah khawatir kalau Anda grogi, takut melakukan kesalahan. Yang Anda harus pikirkan adalah, apa yang ingin Anda capai? Kalau Anda ingin menjadi seorang CEO, ya jelas Anda harus dari sekarang berusaha untuk berani memimpin. Grogi, wajar. Melakukan kesalahan, wajar. Terus berlatih hingga ”10,000 jam”. Terus latih kemampuan Anda. Biasakan. Pernah dengar pepatah, ”Life goes on”? Ya, apa pun kesalahan yang Anda lakukan, hidup jalan terus. Ngapainmesti takut? See you ON TOP! ●
Tidak ada komentar:
Posting Komentar